Saran pencarian

Quadrantid, Hujan Meteor Pertama di 2020 Muncul Malam Ini

Siapkan kursi santaimu untuk berbaring mengamati langit. Jika tidak hujan air, besok Sabtu (4/1) dini hari, kita berkesempatan melihat peristiwa hujan meteor Quadrantid. Apakah berbahaya? Bisakah diamati di Indonesia?
Info Astronomy - Siapkan kursi santaimu untuk berbaring mengamati langit. Jika tidak hujan air, besok Sabtu (4/1) dini hari, kita berkesempatan melihat peristiwa hujan meteor Quadrantid. Apakah berbahaya? Bisakah diamati di Indonesia?

Hujan meteor Quadrantid sendiri memang memiliki waktu puncak kenampakan yang sebentar, tetapi bisa jadi ia merupakan hujan meteor pembuka terbaik setiap tahunnya.

Eits, jangan dulu menganggap bahwa ini adalah peristiwa yang berdampak negatif apa lagi tanda bencana ya. Hujan meteor merupakan peristiwa periodik, yang artinya selalu terjadi setiap tahunnya sejak puluhan bahkan ratusan tahun lalu di tanggal yang sama.

Menurut EarthSky.org, hujan meteor sendiri dapat terjadi ketika orbit Bumi dalam mengelilingi Matahari membawanya melintasi bekas jalur sebuah komet atau asteroid. Jadi nih, ketika komet atau asteroid mendekati Matahari, mereka akan terpapar radiasi dari bintang terdekat Bumi kita itu, membuat permukaannya terkelupas, membentuk jejak berisi debu dan batuan yang tertinggal di sepanjang jalur orbitnya.

Ketika Bumi kita melintasi bekas jalur orbit komet atau asteroid yang berisikan debu dan batuan yang terkelupas dan tertinggal tadi, debris ini akan tertarik gravitasi Bumi, lalu masuk ke atmosfer untuk terbakar sebagai meteor. Nah, karena jumlahnya banyak, maka disebut secara kolektif sebagai hujan meteor.

Baca Juga: Apakah Peristiwa Hujan Meteor Bisa Habis?

Tenang, ukuran meteor-meteor pada hujan meteor kecil-kecil kok. Mereka akan habis terbakar di atmosfer sepenuhnya sebelum bisa tiba di permukaan Bumi sebagai meteorit. Jadi, peristiwa ini aman untuk diamati. Bumi kita tidak akan sampai "dibombardir" secara lebay oleh meteor-meteor besar.

Nah, asal muasal hujan meteor Quadrantid sendiri adalah dari asteroid, atau beberapa astronom juga menyebutnya "komet batu", yang bernama 2003 EH1. Asteroid ini sempat masuk ke bagian dalam tata surya dengan kecepatan 41 kilometer per detik pada tahun 2003 silam. Bumi kita selalu melintasi bekas jalur orbit asteroid ini pada 4 Januari, sehingga tanggal inilah yang menjadi puncak hujan meteor ini.

Oh iya, kenapa namanya "Quadrantid"? Dilansir IFLScience.com, nama hujan meteor selalu berasal dari rasi bintang di mana seolah meteor-meteor muncul. Untuk Quadrantid, awalnya memiliki titik radian di rasi bintang Quadrans Muralis, rasi bintang kuno yang diciptakan pada tahun 1795 oleh astronom Prancis Jérôme Lalande. Sayangnya, rasi bintang Quadran Muralis saat ini tidak termasuk dalam daftar 88 rasi bintang modern versi International Astronomical Union.

Maka dari itu, titik radian hujan meteor Quadrantid kini adalah Bootes, rasi bintang modern yang letaknya bisa dibilang paling dekat dengan bekas titik radian Quadrantid di rasi bintang Quadran Muralis dulu.
Untukmu yang mau mengamati hujan meteor Quadrantid, pakailah jaket yang bisa menghangatkan badanmu, lalu berbaringlah menatap langit mulai pukul 02:45 dini hari waktu setempat daerahmu. Pada saat itu, titik radian hujan meteor ini akan berada di langit timur laut, persis seperti pada gambar di atas.

Tidak tahu mana rasi bintang Bootes? Jangan khawatir, kamu cukup berbaring mengamati langit saja kok. Meteor-meteor bisa muncul dari segala penjuru langit. Namun, titik radian tetap merupakan "sweet point" ya, banyak meteor yang muncul dari sana, lho!

Pada puncaknya, bisa teramati 60 hingga 120 meteor per jam, dengan catatan kamu mengamatinya di lokasi yang bebas polusi cahaya dan cuaca cerah, bukan di tengah kota yang rimbun gedung-gedung pencakar langit pencemar polusi cahaya. Pengamatan pun wajib dilakukan dengan mata telanjang, tanpa teleskop.

Baca Juga: Kiat-kiat untuk Mengamati Hujan Meteor

Agar berhasil mengamati meteor pertama kamu, jauhkan dirimu dari gawai dan fokuslah mengamati langit. Pengamatan 1 atau 2 menit tidak akan membuahkan hasil, percaya deh. Kamu perlu waktu minimal 30 menit menatap langit malam agar matamu menjadi lebih sensitif karena sudah beradaptasi dengan gelapnya suasana malam.

Selamat berburu meteor pertama di tahun 2020!
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com