Akses artikel Premium dengan menjadi member BelajarAstro KLUB, daftar di sini!

Saran pencarian

5 Kesalahpahaman Umum Tentang Gerhana Matahari

Manusia telah menyaksikan gerhana Matahari bahkan sejak zaman prasejarah. Selama rentang waktu yang sangat panjang ini, pemahaman ilmiah kita tentang dunia dan alam semesta telah tumbuh sangat pesat pula.

Info Astronomy
 - Manusia telah menyaksikan gerhana Matahari bahkan sejak zaman prasejarah. Selama rentang waktu yang sangat panjang ini, pemahaman ilmiah kita tentang dunia dan alam semesta telah tumbuh sangat pesat pula.

Kemajuan ilmu pengetahuan tersebut pun membuat banyak pemikiran lama tentang sebab dan akibat gerhana Matahari telah tergantikan oleh penjelasan ilmiah yang terperinci. Walau demikian, beberapa pemikiran lama tersebut hingga sejauh ini masih banyak dipercayai oleh beberapa orang. Apakah termasuk kamu?

Nah, di artikel ini, kami akan membahas setidaknya 5 kesalahpahaman umum yang sering dianggap benar tentang fenomena gerhana Matahari. Padahal, sesungguhnya hanya mitos belaka atau tidak terbukti secara ilmiah. Apa saja, ya?

Cuma Melihat Gerhana Bisa Buta

InfoAstronomy.org sempat mendapatkan pertanyaan yang menarik, "Kenapa hanya saat gerhana cahaya Matahari bisa membuat buta, sedangkan saat tidak gerhana malah tidak bahaya?"

Eits, siapa bilang tuh? Cahaya Matahari, saat sedang gerhana atau saat sedang tidak gerhana, sama-sama berbahaya untuk diamati. Memang, cahayanya tidak serta merta akan membuatmu langsung mengalami kebutaan. Namun, hal lain yang cukup fatal bisa terjadi: menghancurkan retina kamu.

Retina akan mengalami retinopati fotik, kondisi ketika sinar ultraviolet dari Matahari masuk ke mata dan menyerang retina hingga sel-sel di sana bisa lumpuh. Pengamatan Matahari tanpa pelindung mata bisa membuat penglihatanmu buram, atau bahkan membuat dunia yang selama ini kamu amati gelap selamanya.

Baca Juga: Bahayanya Melihat Gerhana Matahari dengan Mata Telanjang

Ibu yang Sedang Hamil Jangan Melihat Gerhana

Pernah dengar mitos yang satu ini? Ya, ini cuma mitos, lho!

Menurut mitos ini, radiasi berbahaya yang dipancarkan selama gerhana Matahari bisa -- entah bagaimana caranya -- membahayakan janin yang berada di dalam perut si ibu (sementara ibunya baik-baik saja).

Memang, Matahari memproduksi apa yang dikenal sebagai neutrino. Jauh di dalam interior Matahari di mana fusi nuklir terjadi, partikel-partikel yang disebut neutrino terbentuk, dan keluar tanpa hambatan dari Matahari ke segala penjuru luar angkasa.

Partikel-partikel neutrino ini juga bisa menembus benda padat. Bahkan, setiap detiknya, tubuh kita terpapar oleh triliunan neutrino ini, tidak peduli apakah Matahari sedang berada di atas kepala atau sedang malam hari.

Satu-satunya konsekuensi dari terpaparnya neutrino ini adalah, setiap beberapa menit sekali, beberapa atom dalam tubuh kita akan ditransmutasikan menjadi isotop yang berbeda. Ini adalah efek yang sama sekali tidak berbahaya, bahkan untuk seorang ibu yang sedang hamil.

Jadi, ibu yang sedang hamil tetap aman kok melihat gerhana, asalkan menggunakan kacamata matahari berfilter khusus ya!

Gerhana Matahari Bisa Meracuni Makanan

Memang terdengar aneh, namun kesalahpahaman ini masih dipercaya oleh beberapa orang. Ada sebuah gagasan palsu yang mengatakan bahwa saat gerhana Matahari terjadi, beberapa jenis radiasi akan dilontarkan Matahari sehingga bisa meracuni setiap makanan di Bumi.

Padahal, gerhana hanyalah tertutupinya Matahari oleh Bulan dalam pandangan dari Bumi. Selama gerhana atau saat tidak ada gerhana, Matahari ya sama saja, tidak ada perbedaan radiasi. Lalu, mengapa saat gerhana dianggap bisa melontarkan radiasi berbahaya? Sangat tidak masuk akal, bukan? Faktanya, kita tetap aman kok kalau mau makan sambil ngamat gerhana, asal bukan makanan orang yang kita makan ya.

Baca Juga: Mengapa Gerhana Matahari Bergerak dari Barat ke Timur?

Gerhana Jadi Pertanda akan Terjadi Hal Buruk

Ini kayaknya yang paling populer nih. Tiap menjelang gerhana, banyak yang mewanti-wanti kalau gerhana adalah pertanda sesuatu yang buruk akan terjadi. Padahal, seperti yang sudah dijelaskan di atas, gerhana hanya tertutupinya Matahari oleh Bulan, itu saja, dan itu fenomena yang biasa terjadi.

Para psikolog menyebut banyak orang yang bisa percaya hal ini karena adanya Bias Konfirmasi, di mana merupakan suatu kecenderungan bagi orang-orang untuk mencari bukti-bukti yang mendukung pendapat atau kepercayaannya dengan mengabaikan bukti-bukti yang menyatakan sebaliknya. Kesalahan pemikiran ini menyebabkan penarikan kesimpulan yang salah.

Sebagai contoh, sebagian besar peristiwa gerhana Matahari rupanya tidak banyak yang tercatat dalam catatan sejarah, hanya gerhana-gerhana yang terjadi bertepatan dengan peristiwa sejarah lainnya yang biasanya dicatat. Misalnya gerhana Matahari pada tahun 763 SM, catatan-catatan Ashur awal menyebutkan sempat terjadi gerhana Matahari sebelum pemberontakan di kota Ashur terjadi, yang sekarang dikenal sebagai Qal'at Sherqat di Irak.

Atau ketika Raja Henry I dari Inggris meninggal pada tahun 1133 M, peristiwa itu bertepatan dengan gerhana Matahari total yang terjadi di hari yang sama, membuat gerhana menjadi kambing hitam penyebab kematiannya. Hal-hal ini menunjukkan bahwa orang-orang kuno sering menghubungkan keduanya, cocoklogi, padahal tidak terkait sama sekali.

Gerhana Matahari Pertanda Bencana

Selain sering dianggap sebagai pertanda hal buruk, gerhana juga dipercaya sebagai pertanda akan sebuah bencana yang akan terjadi. Sayangnya, hal ini lagi-lagi merupakan bias konfirmasi.

Gerhana Matahari tidak menyebabkan bencana apapun akan terjadi di Bumi. Jika selama ini ada bencana besar yang terjadi setelah gerhana, bisa dipastikan bahwa hal itu hanya sebuah kebetulan saja ada dua fenomena alam yang terjadi berbarengan atau berdekatan.

Nah, itulah 5 kesalahpahaman umum tentang gerhana Matahari yang sering dianggap benar oleh sebagian dari kita. Adakah kesalahpahaman yang terjadi di daerah tempat kamu tinggal?
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com