Saran pencarian

Wajib Lihat! Inilah Jadwal Peristiwa Langit Sepanjang Oktober 2016

Tak terasa kita sudah akan tiba di bulan Oktober 2016. Sepanjang bulan Oktober, masih banyak peristiwa langit yang akan terjadi. Namun sayangnya, Oktober adalah saat-saat terakhir melihat bentangan galaksi Bima Sakti di langit karena kita akan segera masuk musim penghujan.
Oktober 2016. Kredit: InfoAstronomy.org
Info Astronomy - Tak terasa kita sudah akan tiba di bulan Oktober 2016. Sepanjang bulan Oktober, masih banyak peristiwa langit yang akan terjadi. Namun sayangnya, Oktober adalah saat-saat terakhir melihat bentangan galaksi Bima Sakti di langit karena kita akan segera masuk musim penghujan.

Berikut ini, kami telah susun jadwal peristiwa langit yang akan terjadi sepanjang Oktober 2016:

1 Oktober 2016: Saat Terbaik Melihat Galaksi Andromeda

Pada tanggal ini, galaksi spiral tetangga Bima Sakti, Andromeda, akan berada pada posisi yang bagus untuk diobservasi. Galaksi Andromeda akan mencapai titik tertinggi di langit pada waktu sekitar tengah malam waktu setempat daerah Anda.

Terletak pada deklinasi +41°16', membuat galaksi Andromeda akan tampak muncul di langit arah utara. Dari Indonesia sendiri, Andromeda akan terlihat pada rentang waktu 19:48-03:59 waktu setempat.

Andromeda akan berada pada ketinggian 16° pukul 19:48 waktu setempat di atas horizon timur laut daerah Anda, dan kemudian mencapai titik tertinggi di langit pukul 23:51 waktu setempat, yakni 42° di atas horizon utara daerah Anda. Selanjutnya akan tenggelam ke ketinggian 17° di atas horizon barat laut daerah Anda pada pukul 03:59 waktu setempat.

Galaksi Andromeda akan mencapai magnitudo +3,5, masih sedikit sulit untuk dilihat dengan mata telanjang kecuali Anda mengamatinya di langit yang benar-benar cerah dan jauh dari polusi cahaya. Temukan galaksi Andromeda dengan mudah menggunakan aplikasi peta langit, silakan unduh di sini: InfoAstronomy.org/unduh.

1 Oktober 2016: Fase Bulan Baru

Pada tanggal ini, posisi Bumi, Bulan dan Matahari akan berada satu garis lurus di bidang Tata Surya, membuat Bulan menjadi hilang dalam silau Matahari selama beberapa hari. Tapi karena kemiringan bidang orbit Bulan terhadap Bumi yang mencapai 5°, gerhana Matahari tidak akan terjadi.

Dalam beberapa hari mendatang, Bulan akan terlihat di langit sore hari dalam fase sabit. Fase Bulan Baru ini menandai berakhirnya Dzulhijjah tahun 1437 H dan dimulainya tahun baru 1 Muharram 1438 H.

Baca juga: Memahami Fase Bulan

6 Oktober 2016: Konjungsi Bulan dan Saturnus

Letak Bulan dan Saturnus, 6 Oktober 2016. Kredit: Stellarium/InfoAstronomy.org
Bulan dan Saturnus tampak berdekatan pada tanggal ini, mereka berdua hanya akan terpisah 3°46' satu sama lain di langit Bumi.

Dari Indonesia, pasangan ini akan mulai terlihat sekitar pukul 17:58 waktu setempat daerah masing-masing. Kala itu, kedudukannya berada setinggi 51° di atas horizon barat daya daerah Anda. Keduanya akan terlihat hingga pukul 21:44 waktu setempat, atau 3 jam 59 menit setelah Matahari terbenam, ketika mereka berada di bawah 10° dari horizon barat.

Pada saat konjungsi, Bulan akan berada di magnitudo -11,0, dan Saturnus di magnitudo 0,3. Dengan begitu, keduanya bisa diamati dengan mata telanjang. Tapi bagi Anda yang ingin melihat cincin Saturnus, kami sarankan menggunakan teleskop.

7 Oktober 2016: Hujan Meteor Draconid

Sebuah peristiwa hujan meteor akan muncul lagi pada tanggal ini. Hujan meteor ini dinamai Draconid karena meteor-meteor akan seolah muncul dari rasi bintang Draco.

Titik radian untuk hujan meteor Draconid hampir bertepatan dengan kepala rasi bintang Draco di langit utara. Itu sebabnya Draconid merupakan hujan meteor yang lebih enak dilihat dari belahan Bumi utara. Sayangnya, intensitas Draconid cenderung lesu, hanya 5-10 meteor per jamnya saja.

Pada tahun 2016, hujan meteor ini bisa disaksikan mulai malam hari, sekitar pukul 22:00 waktu setempat hingga cahaya fajar menghamburkan atmosfer menjadi biru di pagi hari keesokan harinya.

8 Oktober 2016: Malam Pengamatan Bulan Internasional

8 Oktober ditetapkan sebagai Malam Pengamatan Bulan Internasional tahun 2016. Ini merupakan sebuah kegiatan mengamati Bulan baik dengan atau tanpa teleskop yang diselenggarakan lembaga maupun klub astronomi di seluruh dunia, termasuk Indonesia secara periodik atau tahunan.

Langit di Malam Pengamatan Bulan Internasional, 8 Oktober 2016. Kredit: Stellarium, InfoAstronomy.org
8 Oktober 2016 dipilih sebagai Malam Pengamatan Bulan Internasional tahun ini sebab pada tanggal itu, Bulan memasuki fase kuartir awal, sebuah fase terbaik untuk melihat kawah-kawah Bulan.

Selain melihat Bulan dan kawah-kawahnya, pada Malam Pengamatan Bulan Internasional 8 Oktober 2016 mendatang kita juga bisa melihat planet Mars, Saturnus dan Venus. Ini kesempatan bagi Anda yang ingin melihat planet-planet tersebut lebih dekat; gabung dengan klub astronomi yang menyelenggarakan acara ini.

Untuk mengetahui di mana saja lokasi pengamatan Bulan pada InOMN 2016 di Indonesia, Anda dapat langsung mengunjungi situs web InOMN: http://www.lpi.usra.edu/observe_the_moon_night/attend/

15 Oktober 2016: Oposisi Uranus

Oposisi Uranus atau peristiwa di mana Matahari-Bumi-Uranus akan berada satu garis lurus di bidang Tata Surya bakal terjadi pada tanggal ini, tepatnya pukul 17:30 WIB. Sayangnya, karena Uranus berjarak terlalu jauh dari Matahari, menjadikannya cukup sulit diamati jika tanpa menggunakan teleskop.

Uranus akan berada pada jarak kurang lebih sekitar 18 SA (Satuan Astronomi) atau sekitar 2,8 triliun kilometer dari Bumi saat oposisinya tanggal 15 Oktober 2016. Ia akan berada di arah rasi bintang Pisces dan memiliki magnitudo tampak +5,7. Kabar baik bagi Anda yang punya teleskop, Anda dapat menemukan Uranus! Tapi dengan catatan langit saat pengamatan sudah bebas dari polusi udara maupun polusi cahaya.

Sang planet raksasa es ini akan berdiameter 3,7 detik busur jika Anda mengamatinya lewat teleskop dengan pembesaran maksimum. Anda akan menemukan Uranus yang tampak bola biru kehijauan kecil di antara bintang-bintang.

16 Oktober 2016: Bulan Purnama

Bulan akan mencapai fase penuh atau Bulan Purnama pada tanggal ini. Dengan begitu, posisinya di bidang Tata Surya akan terletak hampir tepat di seberang Matahari di langit Bumi, membuatnya akan terlihat sepanjang malam. Terbit saat Matahari terbenam dan terbenam saat Matahari terbit keesokan harinya.

Bulan Purnama pada 16 September 2016. Kredit: Riza Miftah Muharram
Bulan Purnama pada Oktober ini akan bertepatan dengan posisi Bulan yang berada di jarak terdekatnya dengan Bumi, atau yang lumrah disebut perigee. Hal ini akan membuat Bulan Purnama ini terlihat sedikit lebih besar dan lebih terang dari biasanya di langit malam.

Pada saat Bulan mencapai fase penuh, ia akan terletak pada deklinasi +05°47' di rasi bintang Pisces, sehingga akan muncul tinggi di langit dan tentunya dapat dilihat di seluruh Indonesia. Jaraknya dari Bumi diperkirakan akan mencapai 358,000 km.

21 Oktober 2016: Hujan Meteor Orionid

Orionid merupakan hujan meteor kedua di Oktober 2016. Seperti namanya, jelas bahwa hujan meteor ini akan tampak muncul dari rasi bintang Orion yang memiliki ciri khas tiga bintang sejajar bernama Alnilam, Alnitak dan Mintaka, alias Sabuk Orion.

Intensitas hujan meteor Orionid adalah 25 meteor per jam. Tapi pada 2016, ada Bulan Bungkuk yang terbit pada dini hari dan bertepatan dengan puncak hujan meteor Orionid sehingga bisa saja menurunkan intensitas tersebut.

Hujan meteor Orionid terjadi pada rentang waktu 16 sampai 30 Oktober 2016, tapi tentunya akan sangat baik diamati pada puncaknya di tanggal ini. Peristiwa melesatnya meteor pada hujan meteor Orionid dapat disaksikan di seluruh Indonesia mulai tengah malam hingga terbit fajar. Pastikan langit cerah ya!

30 Oktober 2016: Konjungsi Venus dengan Saturnus

Letak Venus dan Saturnus pada 30 Oktober 2016, 18:45 waktu setempat. Kredit: Stellarium/InfoAstronomy.org
Venus dan Saturnus akan tampak berdekatan di langit Bumi saat senja, keduanya hanya akan terpisah sejauh 2°59' satu sama lain jika diamati dengan mata telanjang.

Dari Indonesia, pasangan planet ini akan mulai terlihat saat senja pukul 17:57 waktu setempat, yang mana pada saat itu keduanya akan berada pada ketinggian 32° di atas ufuk barat daya daerah Anda. Mereka kemudian akan tenggelam menuju horizon barat daya sekitar 2 jam 37 menit setelah Matahari terbenam, atau tepatnya pada 20:19 waktu setempat.

Pada saat konjungsi, Venus akan berada di magniutdo -4,4, dan Saturnus di magnitudo 0,3. Venus akan muncul lebih terang daripada Saturnus persis seperti ilustrasi peta langit di atas. Sayangnya, pasangan ini terpisah terlalu luas untuk muat dalam satu bidang pandang teleskop. Tapi tenang saja, keduanya bisa dilihat dengan mata telanjang di seluruh Indonesia.

Nah, itulah beberapa peristiwa langit yang akan terjadi pada Oktober 2016. Mana yang paling Anda tunggu?
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com

Posting Komentar

Kami sangat senang menerima komentar dari Anda. Sistem kami memoderasi komentar yang Anda kirim, jadi mungkin membutuhkan waktu beberapa saat untuk komentar Anda muncul di sini. Komentar dengan link/url akan otomatis dihapus untuk keamanan. Berkomentarlah dengan sopan dan santun.