Akses artikel Premium dengan Astronomi+, mulai berlangganan.

Saran pencarian

Menelisik Asal Muasal Nama Galaksi "Bimasakti" untuk Milky Way

Kenapa di Indonesia galaksi kita disebut sebagai "Bimasakti", padahal di Barat dikenal sebagai "Milky Way"?
Bimasakti adalah nama dalam bahasa Indonesia untuk galaksi tempat kita tinggal, yang lebih dikenal sebagai Milky Way dalam bahasa Inggris. Foto diambil di Bromo, 4 Mei 2025. Kredit: Martin Marthadinata

InfoAstronomy - Galaksi Bimasakti, rumah bagi tata surya kita, adalah salah satu fenomena langit yang paling menakjubkan. Dengan diameter sekitar 100.000 tahun cahaya dan mengandung 100–400 miliar bintang, galaksi spiral ini telah memikat perhatian manusia selama ribuan tahun.

Di berbagai budaya, Bimasakti memiliki nama dan cerita yang berbeda, mencerminkan cara masyarakat dunia dengan budaya berbeda menafsirkan pita bercahaya di langit malam. Di Indonesia, galaksi ini dikenal sebagai "Bimasakti", sebuah nama yang kaya akan makna budaya, khususnya dalam tradisi Jawa. Artikel ini akan menelisik asal-usul nama Bimasakti, hubungannya dengan mitologi Jawa, pengaruh budaya Jawa dalam penamaan ini, dan mengapa nama galaksi berbeda di setiap budaya. Penasaran?

Asal Muasal Nama "Milky Way"

Di usia berapa kamu baru tahu bahwa nama "Milky Way" untuk galaksi kita dalam bahasa Inggris itu berasal dari bahasa Latin, "Via Lactea", yang diterjemahkan dari bahasa Yunani, Galaxias Kyklos, atau "lingkaran susu". Nama ini terinspirasi dari kisah mitologi Yunani, di mana kenampakan galaksi Bimasakti di langit dianggap sebagai tumpahan susu dari dewi Hera saat menyusui Herakles.

Dari Bumi, Bimasakti atau Milky Way memang tampak seperti kabut putih keabu-abuan yang membentang di langit malam, menyerupai jalur tumpahan susu. Penamaan ini mencerminkan pengamatan visual dan narasi mitologi masyarakat Eropa kuno pada masa itu.

Dengan kata lain, nama "Milky Way" hanya diucapkan atau digunakan oleh penutur bahasa Inggris saja. Masyarakat dunia yang bukan penutur bahasa Inggris tidak menggunakan nama ini, termasuk dalam bahasa Indonesia.

Bimasakti: Nama dalam Konteks Indonesia

Di Indonesia, Milky Way disebut "Bimasakti", sebuah nama yang unik dan hanya digunakan oleh masyarakat Indonesia . Kata "sakti" dalam bahasa Jawa dan Indonesia berarti "kuat" atau "memiliki kekuatan gaib", sehingga "Bimasakti" dapat diterjemahkan sebagai "Bima yang perkasa" atau "kekuatan Bima". Kenapa nama ini yang digunakan? Kenapa tidak menerjemahkan "Milky Way" saja menjadi "Jalur Susu"?

Penamaan Bimasakti tidak hanya sekadar terjemahan, tetapi mencerminkan interpretasi visual masyarakat Jawa terhadap kenampakan galaksi ini di langit malam. Dalam budaya Jawa, pita putih bintang-bintang di galaksi ini dianggap menyerupai tubuh Bima, sedangkan garis gelap di tengahnya dilihat sebagai naga yang melilitnya. Interpretasi ini menghubungkan fenomena langit dengan narasi mitologi yang sudah dikenal luas di kalangan masyarakat Jawa, persis seperti bagaimana masyarakat Eropa menamai galaksi ini sebagai Milky Way kan?

Mitologi Jawa dan Cerita Bima

Untuk memahami mengapa Bimasakti dikaitkan dengan Bima, kita perlu menyelami mitologi Jawa, khususnya cerita wayang yang merupakan bagian integral dari budaya Jawa. Bima, atau sering disebut Werkudara, adalah tokoh Pandawa yang terkenal karena kekuatan fisiknya yang luar biasa dan sifatnya yang jujur namun lugu. Dalam tradisi wayang, Bima sering menjadi protagonis dalam cerita-cerita yang mengandung nilai moral dan filosofi Jawa.

Tokoh Bima dalam pewayangan Jawa. Kredit: Album Kisah Wayang

Salah satu cerita wayang yang relevan adalah Dewa Ruci, sebuah lakon yang tidak ditemukan dalam naskah asli Mahabharata dari India, tetapi merupakan interpolasi khas Jawa. Dalam cerita ini, Bima diperintahkan oleh gurunya, Resi Drona, untuk mencari air kehidupan (tirta prawitasari) sebagai bagian dari perjalanan spiritualnya. Perintah ini sebenarnya adalah tipuan untuk melemahkan Pandawa, tetapi Bima, dengan ketaatan dan keberaniannya, menjalani misi tersebut.

Selama perjalanan, Bima menghadapi berbagai rintangan, termasuk melawan dua raksasa, Rukmuka dan Rukmakala, di gua Candramuka .

Meskipun cerita Dewa Ruci lebih menekankan pada pencarian jati diri dan pencerahan spiritual, elemen pertarungan Bima dengan makhluk mitologi seperti naga menjadi simbol kekuatan dan keberaniannya. Masyarakat Jawa kuno, yang mengamati langit malam selama ratusan tahun sebelum terbentuknya negara Indonesia, kemungkinan melihat kemiripan antara pita bercahaya Milky Way dan narasi heroik Bima, sehingga menamakan galaksi ini "Bimasakti".

Pengaruh Budaya Jawa dalam Penamaan

Budaya Jawa memiliki tradisi astronomi yang kaya, yang dikenal sebagai ilmu falak atau ilmu hisab. Para ahli falak Jawa kuno mengamati pergerakan bintang dan planet untuk menentukan waktu pertanian, pelayaran, dan perayaan budaya.

Bimasakti, sebagai salah satu fitur langit yang paling mencolok, digunakan sebagai panduan navigasi dan penanda musim tanam serta panen. Integrasi cerita mitologi, seperti petualangan Bima, ke dalam pengamatan langit memperkuat hubungan antara budaya dan astronomi.

Tradisi wayang kulit juga memainkan peran besar dalam menyebarkan cerita-cerita mitologi Jawa. Lakon seperti Dewa Ruci, yang dipentaskan oleh dalang, tidak hanya menghibur tetapi juga menyampaikan ajaran moral dan filosofi Jawa, seperti konsep Manunggaling Kawula Gusti (persatuan antara hamba dan Tuhan).

Penamaan Bimasakti mencerminkan bagaimana masyarakat Jawa menghubungkan fenomena alam dengan narasi budaya mereka, menciptakan identitas lokal yang kuat dalam memahami alam semesta.

Pengaruh budaya Jawa juga terlihat dalam seni dan sastra. Milky Way sering digambarkan dalam lukisan tradisional, batik, dan ukiran, serta menjadi bagian dari cerita rakyat dan legenda yang diceritakan selama festival malam.

Bentangan galaksi Bimasakti di langit. Kredit: NASA

Mengapa Nama Galaksi Berbeda di Setiap Budaya?

Nama galaksi seperti Milky Way atau Bimasakti bervariasi di seluruh dunia karena setiap budaya memiliki cara unik untuk menafsirkan fenomena langit berdasarkan mitologi, bahasa, dan pengamatan mereka. Terlebih lagi, ketika nama-nama ini diberikan dalam setiap budaya, ilmu pengetahuan manusia belum begitu maju untuk mengetahui bahwa Bimasakti adalah sebuah galaksi, dan ada galaksi-galaksi lain di alam semesta.

Manusia awalnya menganggap Bimasakti sebagai pita bintang atau awan di langit belaka, tanpa memahami bahwa itu adalah galaksi. Kesadaran bahwa Bimasakti adalah galaksi muncul pada awal abad ke-20, setelah pengamatan galaksi lain seperti Andromeda mengungkapkan bahwa alam semesta lebih luas dari yang diperkirakan.

Terobosan besar itu terjadi pada tahun 1923–1924, ketika astronom Edwin Hubble menggunakan Teleskop Hooker 100 inci di Observatorium Mount Wilson untuk mengamati Nebula Andromeda (sekarang sudah diketahui bahwa ini bukan nebula, melainkan galaksi).

Hubble menemukan bintang variabel Cepheid di Andromeda, yang memungkinkan ia menghitung jarak ke nebula tersebut. Variabel Cepheid adalah bintang yang kecerahannya berubah secara teratur, dan periode perubahan ini dapat digunakan untuk menentukan jaraknya.

Galaksi Andromeda dipotret oleh Edwin Hubble pada 4 Oktober 1923. Kredit: Mount Wilson Observatory/Edwin Hubble

Hubble menghitung bahwa Andromeda berjarak sekitar 900.000 tahun cahaya (kemudian direvisi menjadi sekitar 2,5 juta tahun cahaya), jauh di luar batas Bimasakti yang saat itu diperkirakan berdiameter sekitar 100.000 tahun cahaya. Penemuan ini mengonfirmasi bahwa Andromeda adalah galaksi terpisah, bukan bagian dari Bimasakti.

Penemuan Hubble memiliki implikasi besar: jika Andromeda adalah galaksi terpisah, maka Bimasakti, yang memiliki struktur spiral serupa, juga harus dianggap sebagai galaksi di antara banyak galaksi lainnya di alam semesta. Ini menandai pertama kalinya manusia menyadari bahwa Bimasakti bukanlah keseluruhan alam semesta, melainkan salah satu dari miliaran galaksi di kosmos yang luas.

Selain Bimasakti dan Milky Way, galaksi kita ini dikenal juga dengan nama Yínhé dalam bahasa China yang artinya "Sungai Perak"; al-Darb al-Labani dalam bahasa Arab yang artinya "Jalan yang Tampak Seperti Susu"; Samanyolu dalam bahasa Turki yang artinya "Jalur Jerami", merujuk pada penampilan seperti jerami yang tersebar; ทางช้างเผือก (Thang Chang Phueak) dalam bahasa Thailand yang artinya "Jalur Gajah Putih", diambil dari cerita mitologi lokal; dan ada 天の川 (Amanogawa) dalam bahasa Jepang yang artinya "Sungai Langit".

Nama Bimasakti untuk galaksi Milky Way adalah cerminan dari kekayaan budaya Jawa, yang menggabungkan pengamatan astronomi dengan mitologi dan seni. Dengan menghubungkan pita bercahaya di langit dengan kisah heroik Bima yang bertarung melawan naga, masyarakat Jawa menciptakan identitas unik dalam memahami alam semesta.

Pengaruh budaya Jawa dalam penamaan ini menunjukkan bagaimana tradisi lokal dapat membentuk cara kita melihat langit, sementara keragaman nama galaksi di seluruh dunia menggarisbawahi keindahan pluralisme budaya manusia. Dengan memelajari asal-usul nama seperti Bimasakti, kita tidak hanya memahami astronomi, tetapi juga warisan budaya yang memperkaya hubungan kita dengan alam semesta.

Sumber & Referensi:
  • Belkora, L. (2021). Minding the heavens: the story of our discovery of the Milky Way. CRC Press.
  • Boyle, R. (2023). In the Milky Way’s Stars, a History of Violence. Quanta Magazine.
  • Cooper, K. (2025). 100 years ago, Edwin Hubble proved our Milky Way galaxy isn't alone. SPACE.
  • Eckart, A., & Idriz, M. (2023). Knowledge of the Milky Way in the Arabic Cultural Region between the 8th and 15th Centuries. Australian Journal of Islamic Studies, 8(3), 1-15.
  • Green, R. (2018). Mythology Sunday: The Milky Way. Samford University.
  • Susila, R. S. P. (2022). Javanese Puppet Story: Dewa Ruci. PUI Javanologi, Universitas Sebelas Maret.
  • Sawitar, W. (2016). BIMA SAKTI, Mitologi dalam Budaya Jawa. Planetarium Jakarta.
  • Voller, R. (2024). How Edwin Hubble won the Great Debate. Astronomy.
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com

Posting Komentar

Kami sangat senang menerima komentar dari Anda. Sistem kami memoderasi komentar yang Anda kirim, jadi mungkin membutuhkan waktu beberapa saat untuk komentar Anda muncul di sini. Komentar dengan link/url akan otomatis dihapus untuk keamanan. Berkomentarlah dengan sopan dan santun.