Gabung menjadi member BelajarAstro KLUB yuk! Cek benefitnya~

Saran pencarian

Januari 2020: Inilah Fenomena Langit yang Bisa Diamati

Untuk memulai dekade 20-an ini, kita akan disuguhkan fenomena-fenomena langit yang bisa diamati di seluruh wilayah Indonesia. Penasaran ada apa saja di Januari 2020 ini?
Info Astronomy - Hari ini kita memasuki dekade yang baru. Untuk memulai dekade 20-an ini, kita akan disuguhkan fenomena-fenomena langit yang bisa diamati di seluruh wilayah Indonesia. Penasaran ada apa saja di Januari 2020 ini?

Seperti biasa, InfoAstronomy.org telah merangkum fenomena-fenomena langit yang akan terjadi selama sebulan ke depan. Pada Januari ini, kita berkesempatan melihat mulai dari planet-planet tata surya, hujan meteor, hingga gerhana Bulan.

Langsung saja deh ke jadwal fenomena langitnya.

3 Januari 2020: Fase Bulan Perbani Awal

Perbani awal merupakan fase Bulan yang terjadi tujuh hari setelah fase Bulan Baru. Pada fase ini, posisi Bulan di langit Bumi adalah 90 derajat dari posisi Matahari, hal itu membuat kita melihat Bulan tampak separuh saja disinari Matahari, sementara separuh Bulan sisanya sedang malam hari.

Secara astronomis, fase perbani awal akan terjadi pada tanggal ini pukul 11:46 WIB. Untuk menemukan Bulan perbani awal, tengoklah langit atas kepala saat Matahari terbenam, Bulan akan berada setinggi sekitar 80° di atas cakrawala barat laut, yang kemudian akan terbenam pada pukul 23:58 waktu setempat daerahmu.

4 Januari 2020: Hujan Meteor Quadrantid

Menjadi hujan meteor pertama setiap tahunnya, Quadrantid di tahun 2020 ini tampaknya memiliki prospek yang bagus untuk diamati karena bertepatan dengan fase Bulan sehari setelah perbani awal, sehingga Bulan sudah terbenam selepas tengah malam.

Yap, Bulan adalah sumber cahaya yang sangat terang dan bisa mengganggu pengamatan hujan meteor. Tidak adanya Bulan (seharusnya) pengamatan akan jauh lebih mudah karena langit yang cukup gelap.

IFLScience.com mengatakan, akan ada sekitar 120 meteor per jam pada puncak hujan meteor Quadrantid ini. Namun, intensitas per jam ini berlaku jika kamu mengamatinya di area dengan kondisi langit yang sangat gelap (bukan ngamat dari perkotaan) dan titik radian hujan meteor ini berada tepat di atas kepala.

Baca Juga: Kiat-kiat untuk Mengamati Hujan Meteor

Titik radian hujan meteor Quadrantid sendiri adalah rasi bintang Bootes. Pengamatan bisa dilakukan dengan mata telanjang mulai pukul 02:45 dini hari waktu setempat daerahmu, ketika rasi bintang Bootes terbit di atas cakrawala timur. Hujan meteor bisa terus diamati hingga fajar menyingsing sekitar pukul 05:20 waktu setempat daerahmu.

5 Januari 2020: Bumi di Perihelion

Jarak Bumi dari Matahari bervariasi sekitar 3% sepanjang tahun karena orbitnya yang sedikit berbentuk oval, mengikuti jalur yang disebut elips. Namun dalam praktiknya, variasi ini tidak terlalu signifikan, orbit Bumi bisa dikatakan hampir melingkar.

Walau begitu, orbit yang berbentuk oval ini membuat Bumi bisa berada di jarak terjauh (aphelion) dari maupun jarak terdekat (perihelion) dari Matahari. Pada tahun 2020 ini, perihelion Bumi jatuh pada tanggal 5 Januari.

Secara teknis, tanggal ini menandai momen ketika Matahari tampak sedikit lebih besar di langit daripada hari-hari lainnya dalam setahun. Namun, perbedaan ukuran diameter Matahari hanya berubah 3% saja, yang hampir tidak ada dampak apapun, terutama untuk cuaca.

Menurut EarthSky.org, perubahan cuaca di planet kita, misalnya antara musim panas dan musim dingin, disebabkan sepenuhnya oleh kemiringan sumbu rotasi Bumi, bukan oleh perubahan jarak Bumi dari Matahari. Jadi, waspada hoaks yang mengatakan suhu Bumi akan naik di tanggal ini ya, karena suhu Bumi rata-rata akan sama saja, malah Indonesia akan tetap musim penghujan.

11 Januari 2020: Gerhana Bulan Penumbra

Dekade 20-an ini dibuka dengan gerhana Bulan penumbra, sebuah fenomena ketika Bulan masuk bayangan penumbra Bumi sehingga cahaya Bulan purnama yang seharusnya begitu terang jadi tampak meredup. Menurut In-the-sky.org, 89% wajah Bulan akan digerhanai bayangan penumbra Bumi kita.
Seluruh Indonesia bisa menyaksikan gerhana Bulan penumbra ini, bisa tanpa teleskop dan wajib tanpa kacamata gerhana karena cahaya Bulan tidak sesilau cahaya Matahari. Gerhana Bulan penumbra ini sendiri akan dimulai pukul 00:07 WIB, mencapai puncaknya pada 02:09 WIB, dan 04:12 WIB. Semoga cuaca cerah ya!

Baca Juga: Info Lengkap Gerhana Bulan Penumbra 11 Januari 2020


17 Januari 2020: Fase Bulan Perbani Akhir

Tujuh hari setelah fase Bulan purnama yang digerhani penumbra, Bulan masuk fase perbani akhir. Sama seperti perbani awal yang mana posisi Bulan adalah 90 derajat dari Matahari di langit Bumi, fase ini akan membuat Bulan tampak separuh. Bedanya, kita bisa melihat Bulan di langit atas kepala pada saat Matahari terbit. Secara astronomis, fase ini dicapai Bulan pukul 19:58 WIB.

21 Januari 2020: Konjungsi Bulan dengan Mars

Januari ini adalah saat yang bagus untuk mulai melihat Planet Merah lagi dari permukaan Bumi. Tidak, Mars tidak akan muncul sebesar Bulan. Dalam pandangan mata telanjang, kita akan melihat Mars seperti bintang kemerahan dengan cahaya terang dan stabil (tidak berkelap-kelip seperti bintang pada umumnya).

Nah, pada 21 Januari 2020, Bulan akan tampak berada di dekat Mars, kedua benda langit ini akan terpisah sejauh 3 derajat saja di langit, sehingga kita akan melihat Bulan didampingi oleh "bintang" kemerahan terang yang merupakan planet Mars.
Dari Indonesia, pasangan kosmis ini akan terlihat di langit saat dini hari, kamu bisa mengamatinya mulai pukul 03:00 dini hari waktu setempat daerahmu. Selanjutnya, Bulan dan Mars akan mencapai ketinggian 43 derajat di atas cakrawala tenggara sebelum menghilang dari pandangan saat fajar menyingsing pada pukul 05:30 waktu setempat daerahmu.

Pada momen konjungsi ini, Bulan akan berusia 25 hari dan bersinar dengan magnitudo -10,8. Sementara Mars akan bersinar cukup terang di magnitudo 1,4. Keduanya akan menggantung di depan rasi bintang Ofiukus.

23 Januari 2020: Konjungsi Bulan dengan Jupiter

Setelah bertemu Mars, pada tanggal 23 Januari ini Bulan akan mendampingi Jupiter. Sama seperti Mars, Jupiter hanya akan tampak bagai bintang yang terang dengan cahaya yang tidak berkelap-kelip. Bedanya, Jupiter muncul dengan warna kekuningan.

Di langit Indonesia, pasangan kosmis ini tampaknya akan sulit untuk diamati karena mereka akan menggantung tidak lebih tinggi dari 16 derajat di atas cakrawala timur. Kamu bisa melihatnya mulai pukul 05:00 pagi waktu setempat daerahmu.
Mereka akan berada rendah di arah timur pada jam itu. Gunakan teleskop untuk melihat Jupiter lebih jelas lengkap dengan empat bulan terbesarnya, Ganimede, Europa, Kalisto, dan Io.

25 Januari 2020: Fase Bulan Baru

Ini tampaknya menjadi satu-satunya fenomena langit yang tidak bisa diamati. Fase Bulan Baru merupakan fase di mana Bulan akan terbit dan terbenam bersama Matahari, sehingga sisi terangnya sedang membelakangi Bumi dan kita pun tidak bisa melihatnya.

Baca Juga: Mengapa Bulan Memiliki Fase?

Dengan kata lain, pada fase ini, Matahari-Bulan-Bumi sedang segaris lurus. Meski begitu, karena bidang orbit Bulan yang miring 5 derajat terhadap ekliptika, gerhana Matahari tidak selalu terjadi saat fase Bulan Baru.

Secara astronomis, fase Bulan Baru terjadi pada pukul 04:42 WIB.

28 Januari 2020: Konjungsi Bulan dengan Venus

Bulan sabit muda, pada 28 Januari 2020 ini, akan berada sejauh 4 derajat di arah selatan planet Venus, membuat mereka berdua menjadi pemandangan yang cantik di langit barat selepas Matahari terbenam!
Bulan dan Venus sendiri merupakan benda langit paling terang kedua dan ketiga di langit setelah Matahari. Kamu bisa mengamati keduanya berdekatan mulai sekitar pukul 18:30 waktu setempat daerahmu, yang mana pada saat itu pasangan kosmis ini akan berada setinggi 30 derajat di atas cakrawala barat. Pengamatan bisa dilakukan selama 2,5 jam setelah Matahari terbenam, atau tepatnya hingga sekitar pukul 20:45 waktu setempat daerahmu.

Nah, itulah fenomena langit yang bisa diamati pada sepanjang bulan Januari 2020 ini. Jangan lupa catat agar kamu tidak melewatkan semuanya ya!
Dukung kami untuk terus aktif
Merasa artikel ini bermanfaat untuk kamu? Mau kami bisa terus menerbitkan artikel astronomi bermanfaat lainnya? Kami butuh dukunganmu!

Beri Dukungan
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com