Gabung menjadi member BelajarAstro KLUB yuk! Cek benefitnya~

Saran pencarian

Wajib Lihat! Inilah Jadwal Peristiwa Langit Februari 2018

Setelah disuguhi peristiwa langit berupa gerhana Bulan total di akhir Januari 2018, mari kita move on sejenak ke peristiwa langit yang akan terjadi sepanjang bulan Februari 2018. Berikut ini, kami telah susun jadwalnya untuk Anda.
Kredit foto: Pexels
Info Astronomy - Setelah disuguhi peristiwa langit berupa gerhana Bulan total di akhir Januari 2018, mari kita move on sejenak ke peristiwa langit yang akan terjadi sepanjang bulan Februari 2018. Berikut ini, kami telah susun jadwalnya untuk Anda.

7 Februari 2018: Fase Bulan Kuartir Akhir

Sepekan setelah fase Bulan purnama, fase Bulan sudah berubah kembali ke kuartir akhir (last quarter moon). Pada fase ini, Bulan akan menonjol di langit tengah malam sampai menjelang Matahari terbit.

Dari Indonesia, Bulan akan terbit pukul 23.43 WIB, atau 6 jam 15 menit sebelum Matahari terbit, lalu mencapai ketinggian 83° di atas cakrawala tenggara sebelum memudar. dari pandangan saat fajar menyingsing sekitar pukul 05.44 WIB.

8 Februari 2018: Konjungsi Bulan dengan Planet Jupiter

Dini hari hingga menjelang Matahari terbit pada 8 Februari 2018, kita bisa memanfaatkan Bulan untuk menemukan planet Jupiter di langit. Bulan dan Jupiter akan berada di asensio rekta yang sama, dan keduanya akan terpisah sejauh 4°17' satu sama lain.

Ilustrasi konjungsi Bulan dengan Jupiter. Kredit: Stellarium/InfoAstronomy.org
Di langit Indonesia, pasangan benda langit ini akan terlihat sejak ia terbit, yakni pukul 23.44 WIB. Keduanya akan mencapai ketinggian 78° di atas cakrawala tenggara sebelum memudar dari pandangan saat Matahari terbit dan membirukan langit sekitar pukul 05.40 WIB.

Bulan akan bersinar dengan magnitudo -11,8 dan Jupiter dengan magnitudo -2,0. Keduanya berada di rasi bintang Libra, di mana dalam pandangan mata telanjang Jupiter akan tampak bagai bintang kuning terang di sisi selatan Bulan. Gunakan teleskop untuk melihat Jupiter lebih jelas.

9 Februari 2018: Konjungsi Bulan dengan Planet Mars

Setelah kencan dengan Jupiter, kini giliran planet Mars yang akan didekati oleh Bulan. Oh iya, sudah tahukah Anda apa itu konjungsi? Sederhananya, konjungsi memiliki arti "searah". Dengan kata lain, bila kedua benda langit berada di titik konjungsi, maka mereka akan tampak di arah yang sama di langit Bumi.

Konjungsi Bulan dengan planet Mars akan membuat keduanya terpisah 4°18' satu sama lain. Bulan akan berumur 23 hari pada saat konjungsi terjadi.

Konjungsi Bulan dengan Mars. Kredit: Stellarium/InfoAstronomy.org
Dua sejoli ini akan terbit dari langit timur sekitar pukul 00.50 WIB, atau 5 jam 7 menit sebelum Matahari terbit. Mereka baru enak diamati ketika mencapai ketinggian di atas 20° dari cakrawala tenggara, yakni sekitar pukul 02.20 WIB. Magnitudo Bulan akan mencapai -11,4 dan Mars 1,1.

Berada di rasi bintang Ofiukus, sayangnya Bulan dan Mars akan terlalu jauh terpisah agar muat dalam satu bidang pandang teleskop, tetapi Anda masih bisa melihatnya dengan mata telanjang yang nantinya akan menemukan Mars bagaikan bintang merah terang tak berkelap-kelip di dekat Bulan.

12 Februari 2018: Konjungsi Bulan dengan Planet Saturnus

Masih dengan peristiwa konjungsi yang sama, Bulan kali ini akan tampak berada dekat dengan planet bercincin, Saturnus. Keduanya hanya akan terpisah sejauh 2°27' satu sama lain dan akan mencapai jarak terdekat antara keduanya yang dikenal dengan istilah appulse dalam astronomi.

Terbit 3 jam 19 menit sebelum fajar menyingsing, atau sekitar pukul 02.39 WIB, kedua benda langit ini paling baik diamati sekitar pukul 02.30 WIB, yakni pada ketinggian di atas 20° dari cakrawala tenggara daerah Anda.

Konjungsi Bulan dengan Saturnus. Kredit: Stellarium/InfoAstronomy.org
Pada saat konjungsi, Bulan dan Saturnus akan berada di dekat area jantung galaksi Bimasakti, yakni di rasi bintang Sagitarius. Bulan akan tampak dengan magnitudo -10,6 dan Saturnus dengan magnitudo 0,4.

Dalam pandangan mata telanjang, Anda hanya akan melihat Saturnus bagaikan bintang kuning keemasan seperti pada ilustrasi peta langit di atas. Dibutuhkan teleskop dengan pembesaran minimal 75x untuk bisa melihat Saturnus lengkap dengan cincinnya.


16 Februari 2018: Gerhana Matahari Parsial

Seperti biasa, setiap gerhana Bulan pasti akan selalu diikuti oleh gerhana Matahari dua pekan setelahnya. Pada 16 Februari 2018, gerhana Matahari parsial akan terjadi. Namun, gerhana ini tidak bisa diamati di Indonesia.

Gerhana Matahari parsial sendiri adalah peristiwa tertutupnya sebagian Matahari oleh Bulan. Bulan tidak menghalangi Matahari secara total karena orbitnya tidak benar-benar selaras dengan Matahari dan Bumi, melainkan sedikit miring beberapa derajat.

Peristiwa ini bisa disaksikan di Antartika (Matahari 49% tertutup Bulan), Georgia Selatan (Matahari 42% tertutup Bulan), Kepulauan Falkland (Matahari 26% tertutup Bulan), Argentina (Matahari 25% tertutup Bulan), Cile (Matahari 25% tertutup Bulan), dan Uruguay (Matahari 8% tertutup Bulan).

Infografik gerhana Matahari parsial 16 Februari 2018. Kredit: Fred Espenak
Mengapa Indonesia tidak bisa mengamatinya? Persis seperti yang digambarkan pada infografik di atas, Indonesia tidak dilalui atau berada di dalam zona pengamatan gerhana (garis hijau), melainkan sudah mengalami sore atau bahkan malam hari di mana Matahari sudah terbenam.

Kita di Indonesia baru bisa menyaksikan gerhana Matahari kembali pada 26 Desember 2019, yakni berupa peristiwa gerhana Matahari cincin. Wilayah-wilayah Indonesia yang bisa mengamati gerhana Matahari cincin tersebut adalah Pulau Nias, Padang Sidempuan, Pekanbaru, Tebingtinggi, Bangkalis, Batam, Tanjung Pinang, Singkawang, dan beberapa wilayah di Kalimantan Utara. Wilayah lain yang tidak disebutkan akan melihat gerhana Matahari sebagian saja.

17 Februari 2018: Konjungsi Superior Merkurius

Apa itu konjungsi superior? Sederhananya, hal ini merupakan istilah ketika planet-planet tata surya berada di seberang Matahari dalam pandangan dari Bumi. Dengan begitu, bila suatu planet mencapai titik konjungsi superior, maka ia tidak akan bisa diamati dari permukaan Bumi.

Hal ini terjadi pada Merkurius sekali dalam setiap siklus sinode planet (116 hari), dan peristiwa ini pun menandai berakhirnya penampakan Merkurius di langit pagi untuk bertransisi menjadi planet yang teramati di langit senja selama beberapa minggu ke depan.

Pada pendekatan terdekatnya dengan Matahari, Merkurius hanya akan terpisah sejauh 1°58' dari Matahari, sehingga sama sekali tidak teramati selama beberapa minggu karena ia "hilang" dalam silau Matahari.

23 Februari 2018: Fase Bulan Kuartir Awal

Setelah mencapai fase Bulan Baru yang menggerhanai Matahari pada 16 Februari 2018, sepekan kemudian Bulan akan masuk ke fase kuartir awal. Dari Bumi, kita akan melihat Bulan tampak separuh terang karena berada 90 derajat dari Matahari.

Dari langit Indonesia, Bulan separuh ini akan terlihat sekitar pukul 18.26 WIB, yakni ketika ia berada pada ketinggian 66° di atas cakrawala utara daerah Anda. Bulan bisa terus diamati hingga 5 jam 36 menit setelah Matahari terbenam, atau tepatnya pukul 23.48 WIB.

Konjungsi Bulan dengan Aldebaran. Kredit: Stellarium/InfoAstronomy.org

23 Februari 2018: Konjungsi Bulan dengan Aldebaran

Ketika berada di fase kuartir awal, Bulan juga akan mengalami konjungsi dengan Aldebaran, bintang paling terang di rasi bintang Taurus. Kedua benda langit ini akan berada sejauh 3° satu sama lain.

Menariknya, karena keduanya berada di rasi bintang Taurus, Anda juga berkesempatan melihat adanya gugus bintang Pleiades seperti pada ilustrasi peta langit di atas. Pleiades merupakan gugus bintang paling terang yang bisa diamati di langit malam dengan mata telanjang.

Nah, itulah jadwal peristiwa langit yang akan terjadi di sepanjang bulan Februari 2018 ini. Peristiwa mana yang paling Anda tunggu?
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com