Saran pencarian

Wajib Lihat! Inilah Jadwal Peristiwa Langit Sepanjang September 2016

Di September ini, ada dua peristiwa gerhana, konjungsi planet, ekuinoks, dan memasuki saat-saat terakhir mengamati Bima Sakti karena akan masuk musim penghujan.
September 2016. Kredit & Hak Cipta: InfoAstronomy.org
Info Astronomy - Sembilan bulan sudah kita lalui tahun 2016, begitu banyak peristiwa langit yang sudah kita amati dari Januari hingga Agustus kemarin. Di September ini, ada dua peristiwa gerhana, konjungsi planet, ekuinoks, dan memasuki saat-saat terakhir mengamati Bima Sakti karena akan masuk musim penghujan.

Di bawah ini, tim redaksi InfoAstronomy.org telah menyusun ada peristiwa langit apa saja yang bakal terjadi sepanjang September 2016. Bookmark artikel ini atau catat tanggal-tanggalnya ya!


1 September 2016: Gerhana Matahari Cincin

September 2016 diawali dengan peristiwa langka; gerhana Matahari cincin! Sayangnya, peristiwa ini tidak akan terlihat di Indonesia. Wilayah terbaik yang berkesempatan melihat Matahari yang berubah menjadi "Ring of Fire" adalah beberapa negara di Benua Afrika.

Titik terbaik untuk mengamati peristiwa gerhana Matahari cincin 1 September 2016 ini adalah di Tanzania, namun beberapa negara di Afrika Tengah seperti Gabon, Kongo, serta Madagaskar juga kebagian gerhana Matahari cincin.

Lokasi paling awal yang mendapat gerhana Matahari cincin ini akan dimulai pada sekitar pukul 13:13 WIB pada tanggal 1 September 2016. Titik maksimum gerhana Matahari cincin akan berlangsung pada pukul 17:01 WIB, dan puncak gerhana cincin akan berlangsung selama 3 menit dan 6 detik.

Namun, sayang sekali untuk fase gerhana Matahari cincin 1 September 2016 lintasannya tidak melewati wilayah Indonesia. Jadi kita pun harus cukup puas karena hanya bisa menyaksikan gerhana Matahari sebagian/parsial dengan persentase kurang dari 3%, alias secuil gerhana saja.

Di Indonesia sendiri, hanya daerah-daerah seperti Banten, Jakarta, Jawa Barat, Bengkulu dan Lampung yang dapat mengamatinya, itu pun hanya gerhana Matahari parsial yang persentasenya sangat kecil.


2 September 2016: Oposisi Neptunus

Oposisi Neptunus merupakan peristiwa ketika planet kedelapan di Tata Surya tersebut berada pada titik terdekatnya dengan Bumi kita. Namun, walaupun dikatakan titik terdekat, nyatanya Neptunus masih terlampau jauh dan bahkan tidak bisa diamati dengan mata telanjang.

Peristiwa oposisi Neptunus ini terjadi pada pukul 23:23 WIB. Pada saat itu, jarak Bumi ke Neptunus "hanya" 28,9 SA (Satuan Astronomi) atau kurang lebih sekitar 4.323.400.000 kilometer. Sementara magnitudo tampak Neptunus saat itu adalah +7,8, membuatnya sangat redup sehingga sukar diamati dengan mata telanjang.

Namun, bagi Anda yang memiliki teleskop yang memiliki pembesaran cukup kuat, Anda dapat menemukan Neptunus dari saat Matahari terbenam hingga menjelang Matahari terbit. Neptunus akan berada di deklinasi -08°29' di rasi bintang Aquarius.

3 September 2016: Konjungsi Venus dengan Bulan

Pemandangan indah akan tersaji pada 3 September 2016, planet Venus akan nampak berdekatan dengan Bulan Sabit tipis di langit Barat saat senja. Kedua benda langit yang merupakan benda langit paling terang kedua (Bulan) dan ketiga (Venus) di langit malam ini hanya akan terpisah 1,1° satu sama lain.

Ilustrasi. Kredit: Stellarium/InfoAstronomy.org
Peristiwa ini dapat diamati di seluruh Indonesia selama langit cerah, baik dengan mata telanjang maupun dengan teleskop. Tapi ingat, dalam pandangan mata, planet Venus hanya akan nampak bagai bintang paling terang di sisi Selatan Bulan. Hal tersebut terjadi karena Venus berada relatif sangat jauh dari Bumi.


8 September 2016: Konjungsi Saturnus dengan Bulan

Setelah bertemu Venus pada 3 September, lima hari selanjutnya Bulan yang sudah hampir masuk fase Kuartir Awal (First Quarter) akan nampak bersebelahan dengan Saturnus. Sang planet bercincin tersebut akan berada 3,8° di sebelah Selatan Bulan.

Peristiwa ini bisa disaksikan di seluruh Indonesia mulai pukul 18:30 waktu setempat daerah masing-masing. Kala itu, Bulan dan Saturnus akan berada di langit atas kepala. Saturnus akan nampak bagai bintang kuning keemasan terang di dekat Bulan. Untuk melihat cincin Saturnus, dibutuhkan teleskop.

Ilustrasi. Kredit: Stellarium/InfoAstronomy.org
Selain Bulan dan Saturnus, jika langit cerah Anda juga akan menemukan planet Mars yang membentuk satu garis lurus dengan Bulan dan Saturnus seperti pada ilustrasi peta langit di atas. Sementara itu beberapa derajat di Selatan Saturnus akan nampak bintang merah terang Antares.

9 September 2016: Fase Bulan Kuartir Awal

Bulan akan mencapai fase Kuartir Awal atau fase separuh pada 9 September 2016 pukul 18:49 WIB. Dengan begitu, saat Matahari terbenam pada tanggal ini, Bulan sudah nampak tepat di langit atas kepala daerah Anda.

Ini merupakan fase terbaik untuk mengamati Bulan melalui teleskop. Sebab pada fase ini, kawah-kawah di Bulan akan terlihat lebih dramatis karena memiliki bayangan yang tidak tersinari Matahari. Selain itu, fase Kuartir Awal ini akan ditemani oleh Mars dan Saturnus yang akan membentuk formasi segitiga bersama Bulan.

13 September 2016: Konjungsi Inferior Merkurius

Merkurius, planet terdekat dengan Matahari pada tanggal ini akan berada di antara Matahari dan Bumi. Bagi pengamat di Bumi, Merkurius sedang mengalami konjungsi inferior sedangkan jika ada pengamat di Merkurius, maka, Bumi lah yang sedang beroposisi.

Dengan kata lain, kedudukan Matahari-Merkurius-Bumi berada dalam satu garis lurus pada 13 September 2016 tepatnya pukul 07:00 WIB. Walau satu garis lurus, kemiringan bidang orbit masing-masing planet terhadap Matahari membuat Merkurius tidak akan nampak transit di wajah Matahari seperti pada 9 Mei 2016 kemarin.

17 September 2016: Gerhana Bulan Penumbra

Gerhana Bulan penumbra berbeda dengan gerhana Bulan total. Jika pada peristiwa gerhana Bulan total permukaan atau wajah Bulan akan nampak berwana merah darah, maka pada gerhana Bulan penumbra kenampakan Bulan mungkin tidak akan terlalu nampak perubahannya.

Selama gerhana Bulan total, pergerakan orbit Bulan akan melewati bayangan pusat Bumi atau yang disebut umbra. Sementara selama gerhana penumbra, seperti yang akan terjadi pada 17 September 2016 nanti, Bulan hanya akan masuk bayangan luar Bumi, atau yang disebut penumbra.

Infografis gerhana Bulan penumbra 17 September 2016. Kredit: NASA/Fred Espenak
Gerhana Bulan penumbra pada 17 September 2016 ini berbarengan dengan fase Bulan Purnama tentu saja. Sayangnya, gerhana Bulan penumbra cukup sulit untuk dilihat karena bayangan penumbra Bumi tidak akan membuat permukaan Bulan menjadi gelap.

Lokasi terbaik untuk melihat gerhana Bulan penumbra ini adalah di seluruh Eropa, Afrika, Asia, Australia dan Pasifik Barat. Titik gerhana maksimum akan berlangsung pada pukul 00:54:20 WIB, di mana kontak awal gerhana adalah pukul 23:54:40 WIB (tanggal 16 September 2016) dan kontak akhirnya pukul 03:53:57 WIB.

22 September 2016: Konjungsi Bintang Aldebaran dengan Bulan

Aldebaran merupakan bintang paling terang di rasi bintang Taurus. Pada dinihari tanggal 22 September 2016, Aldebaran akan berada 0,2° terpisah dari Bulan. Pemandangan ini akan seperti Bulan yang ditemani bintang merah terang di langit.

Ilustrasi. Kredit: Stellarium/InfoAstronomy.org
Kedua benda langit ini sebenarnya sudah bisa diamati pada pukul 23:20 waktu setempat pada tanggal 21 September 2016, saat mereka berada di ketinggai 10° dari cakrawala Timur. Namun, puncak konjungsinya berlangsung pada 22 September 2016 pukul 05:13 WIB, ketika mereka berada di ketinggian 64° dari cakrawala Utara.


22 September 2016: Ekuinoks Musim Gugur

Ekuinoks September tahun ini terjadi pada tanggal 22 pukul 21:21 WIB. Pada ekuinoks ini, siang dan malam kira-kira sama panjangnya. Wilayah Indonesia yang berada di ekuator sebenarnya tidak terlalu terpengaruh dengan adanya ekuinoks.

Yang terpengaruh adalah wilayah di belahan Bumi selatan, Matahari akan terbit dan terbenam lebih lama, sehingga malam hari terasa lebih cepat. Sementara di belahan Bumi utara, orang di sana akan menikmati hari-hari dingin musim gugur, siang hari akan lebih pendek dari malam hari.

Ekuinoks adalah peristiwa tahunan yang pasti terjadi. Peristiwa ini disebabkan oleh kemiringan sumbu Bumi pada porosnya dan gerakan orbitnya yang tanpa henti mengelilingi Matahari. Planet Bumi kita yang bulat pepat tidak mengorbit dengan tegak, melainkan malah miring pada porosnya sekitar 23,5°. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya pergantian dan perbedaan musim di Bumi.

23 September 2016: Fase Bulan Kuartir Kedua

Enam hari setelah fase Bulan Purnama, satu-satunya satelit alami milik Bumi kita ini akan memasuki fase Kuartir Kedua. Mirip seperti Kuartir Pertama, pada fase Kuartir Kedua ini Bulan akan nampak separuh saja. Bedanya, Bulan baru terbit saat tengah malam.

Nah, itulah peristiwa-peristiwa langit yang akan terjadi sepanjang bulan September 2016. Peristiwa apa saja yang paling kamu tunggu-tunggu? Selamat observasi dan clear sky!
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com

1 komentar

  1. mksih infonya.. cara langganan gmn y, biar aku tak ketinggalan ilmu pengetahuan. dari kecil ak sangat suka alam semesta,astronomi. tiap malam dari dulu sampe sekrg ak sll mengamati bintang dan bulan dg mata telanjang di atas ketinggian.
Kami sangat senang menerima komentar dari Anda. Sistem kami memoderasi komentar yang Anda kirim, jadi mungkin membutuhkan waktu beberapa saat untuk komentar Anda muncul di sini. Komentar dengan link/url akan otomatis dihapus untuk keamanan. Berkomentarlah dengan sopan dan santun.