Gerhana Matahari Parsial di Bali, 2013. Kredit: Malik Nur Hakim |
Secara sederhana, gerhana Matahari terjadi ketika posisi Matahari-Bulan-Bumi berada satu garis lurus sehingga cahaya Matahari yang menuju Bumi terhalang Bulan. Karena berada dalam bayang-bayang Bulan, maka pengamat di Bumi pun akan mendapati piringan Matahari tertutupi oleh piringan Bulan. Matahari kemudian berubah bentuknya dari sebelumnya bulat sempurna menjadi sabit atau bahkan tidak terlihat sama sekali.
Bulan sendiri akan selalu berada di antara Matahari dan Bumi setiap mencapai fase Bulan Baru (New Moon). Yaitu setiap 29,5 hari sekali ketika Bulan tepat mengelilingi Bumi satu putaran penuh. Namun meski begitu, tidak berarti setiap Bulan mencapai fase Bulan Baru akan terjadi gerhana Matahari. Penyebab gerhana Matahari menjadi lebih langka dari yang seharusnya adalah karena orbit Bulan yang miring 5 derajat terhadap orbit Bumi.
Dengan begitu ada saatnya meski Matahari-Bulan-Bumi satu garis lurus, namun posisi Bulan terlalu ke atas atau ke bawah dari orbit Bumi. Sehingga pada waktu-waktu tersebut, bayangan Bulan pun akan berada di atas atau di bawah Bumi dan tidak bisa mengenai permukaan Bumi. Atau kalaupun bisa, bayangan Bulan yang mengenai permukaan Bumi bisa seluruhnya atau sebagian saja.
Baca Juga: Memahami Proses Terjadinya Gerhana Matahari
Di Indonesia, kita hanya akan kebagian gerhana Matahari parsial. Itupun hanya beberapa wilayah saja yang dapat menyaksikannya dengan persentase gerhana yang bisa dibilang secuil. Wilayah-wilayah tersebut adalah Bengkulu, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Yogyakarta. Selain nama wilayah yang disebutkan maka gerhana Matahari tidak terlihat sama sekali.
Mengapa demikian? Mengapa hanya sedikit wilayah Indonesia yang dapat menyaksikannya? Hal ini kembali lagi pada lintasan gerhana Matahari 1 September 2016. Seperti yang ditunjukkan peta gerhana di bawah ini, garis merah menunjukan wilayah-wilayah yang berkesempatan melihat gerhana Matahari cincin:
Diagram gerhana Matahari cincin 1 September 2016. Kredit: Fred Espenak |
Nampak pada diagram gerhana Matahari di atas, wilayah Indonesia hanya dilingkupi sedikit garis hijau, yang menandakan wilayah-wilayah yang berkesempatan melihat gerhana Matahari parsial yang secuil tadi.
Pastikan juga Anda yang berada di wilayah yang terlintasi gerhana Matahari 1 September apabila ingin melihatnya harus mencari lokasi yang medan pandang ke arah ufuk Baratnya luas. Anda bisa mengunjungi tempat-tempat yang tinggi atau ke pantai yang menghadap ke Barat. Hal ini karena Matahari sudah berada di bawah 5 derajat saat gerhana Matahari 1 September terjadi.
Berikut ilustrasi gerhana Matahari parsial 1 September 2016 di wilayah-wilayah Indonesia yang bisa menyaksikannya:
Bengkulu, Indonesia
Kredit: InfoAstronomy.org |
Bandar Lampung, Indonesia
Kredit: InfoAstronomy.org |
Banten & Jawa Barat, Indonesia
Kredit: InfoAstronomy.org |
Jakarta (dan Sekitarnya), Indonesia
Kredit: InfoAstronomy.org |
Jawa Tengah, Indonesia
Kredit: InfoAstronomy.org |
Yogyakarta, Indonesia
Kredit: InfoAstronomy.org |
Seperti ilustrasi persentase di atas, gerhana Matahari parsial yang nampak di wilayah-wilayah Indonesia yang disebutkan hanya mencapai 1 sampai dengan 2 persen saja. Hal ini tentu akan membuat pengamatan menjadi tidak mudah. Anda memerlukan teropong atau teleskop untuk melihat sedikit gigitan pada sisi bawah kiri Matahari.
Dan karena Matahari sudah di bawah 5 derajat saat gerhana Matahari parsial 1 Sepetember 2016 terjadi di Indonesia, maka atmosfer yang tebal di cakrawala akan menjadi "filter alami" yang akan melemahkan cahaya Matahari. Jadi, jika cerah, sembari menikmati sunset Anda juga akan melihat Matahari yang sedikit tergigit.
Selamat berburu gerhana!