Saran pencarian

Memburu 'Cincin Berlian' pada Gerhana Matahari Total 9 Maret 2016

Selama proses gerhana Matahari, sebelum dan sesudah fase total, penampakan cahaya Matahari mengalami perubahan bentuk nan menawan. Itu jadi incaran pemburu gerhana, astrofotografer, dan ahli fisika Matahari. Selain langka, keindahannya juga kerap membuat pemburu lupa tugasnya.
Baily's bead pada saat Gerhana Matahari Total terjadi. Kredit: Fred Espenak
Info Astronomy - Selama proses gerhana Matahari, sebelum dan sesudah fase total, penampakan cahaya Matahari mengalami perubahan bentuk nan menawan. Itu jadi incaran pemburu gerhana, astrofotografer, dan ahli fisika Matahari. Selain langka, keindahannya juga kerap membuat pemburu lupa tugasnya.

Sejak fase Gerhana Matahari Sebagian dimulai, saat piringan Bulan menyentuh piringan luar Matahari, bulatan cahaya Matahari berubah perlahan jadi sabit. Makin lama sabit Matahari tampak kian tipis hingga terjadi Gerhana Matahari Total.

Sabit Matahari itu terulang lagi saat totalitas gerhana berakhir hingga fase Gerhana Matahari Sebagian berakhir. Bedanya, arah sabit Matahari sebelum dan sesudah fase total saling berlawanan arah. Karena Indonesia di khatulistiwa, bagian dalam sabit Matahari sebelum totalitas gerhana menghadap bawah. Setelah fase total, sabit mengarah ke atas.

Proses perubahan sabit Matahari sebelum dan sesudah fase total gerhana masing-masing butuh waktu lebih dari 1 jam. "Untuk memotret sabit Matahari sepanjang gerhana secara teratur, kamera harus bisa mengikuti gerak semu Matahari," kata peneliti Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Emanuel Sungging Mumpuni, Minggu (7/2) seperti dikutip dari HHarian Kompas.

Saat fase sabit Matahari sebelum totalitas hampir berakhir atau menjelang Gerhana Matahari Total, muncul untaian manik mutiara cahaya Matahari dari pinggir piringan Bulan yang menutupi piringan Matahari. Manik-manik ini disebut Baily's Beads, terbentuk karena permukaan piringan Bulan tak rata, ada gunung dan kawah di permukaannya. Sinar Matahari yang menerobos kawah-kawah di Bulan akan membentuk manik-manik Matahari.

Saat untaian mutiara cahaya sesaat itu hampir berakhir dan cahaya Matahari nyaris terhalang piringan Bulan, muncul cahaya dari bagian dalam korona (atmosfer paling atas Matahari). Cahaya korona mengelilingi piringan Bulan membentuk pola cahaya dinamai cincin berlian (diamond ring).

"Di bagian terakhir terbentuk sabit Matahari ada pendaran cahaya korona yang mencelat sehingga efeknya seperti berlian bersinar," ujarnya. Proses munculnya manik mutiara hingga cincin berlian itu beberapa detik jelang totalitas gerhana. Jadi, pemotret kedua efek cahaya itu biasanya fokus mengabadikan karena sesaat sesudah itu muncul cahaya korona menakjubkan.

Cincin berlian alias diamond ring saat fase totalitas gerhana Matahari. Kredit: TimeAndDate.com

Mahkota

Setelah fase Gerhana Matahari Total dimulai, suasana akan menjadi gelap. Setelah sinar Matahari hilang sementara waktu, tampak korona Matahari nan redup. Dialah aktor utama paling dinanti selama gerhana. Dinamakan korona, dalam bahasa Latin berarti 'Mahkota', karena penampakannya bagai mahkota cahaya yang selubungi piringan Bulan. Korona tampak saat totalitas gerhana karena kecerlangannya seperseratus ribu sampai sepersejuta dari langit.

Ahli fisika Matahari yang juga Ketua Program Studi Magister dan Doktor Astronomi Institut Teknologi Bandung, Dhani Herdiwijaya, mengatakan, korona jadi misteri bagi para peneliti. Merki redup dan jauh dari permukaan Matahari yang memancarkan cahaya atau fotosfer, suhu korona bisa jutaan derajat Celcius. Padahal, suhu fotosfer hanya 5.500 derajat Celcius.

"Api dari api unggun, makin jauh kian dingin, Namun, korona Matahari sebaliknya, makin jauh dari permukaan justru kian panasm," tutur Dhani. Suhu jutaan derajat korona itu bukan dari kerapatan partikel di korona yang renggang dan bertahap berubah jadi aliran partikel yang disebut angin Matahari, melainkan diperoleh dari konversi energi magnetik jadi panas.

Selain itu, penampakan korona setiap gerhana juga tak sama. Wujud korona dipengaruhi aktivitas Matahari yang diukur dari jumlah bintik Matahari di permukaan. Saat aktivitas Matahari maksimum atau banyak bintik Matahari, korona terpolarisasi atau terkumpul di beberapa bagian hingga berbentuk mirip helm tentara Romawi.

Korona diperkirakan tampak pada Gerhana Matahari Total 9 Maret 2016. Hal ini membuat magis Gerhana Matahari Total tak pernah lekang oleh zaman. Ia memukau dan selalu diincar pemburu gerhana.

Oleh M. Zaid Wahyudi. Dikutip dari Harian Kompas edisi Rabu, 10 Februari 2016.

Cek apakah daerah Anda bisa melihat Gerhana Matahari Total atau hanya Gerhana Matahari Sebagian pada 9 Maret 2016. Unduh ebook khusus Gerhana Matahari dengan klik di sini.
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com

Posting Komentar

Kami sangat senang menerima komentar dari Anda. Sistem kami memoderasi komentar yang Anda kirim, jadi mungkin membutuhkan waktu beberapa saat untuk komentar Anda muncul di sini. Komentar dengan link/url akan otomatis dihapus untuk keamanan. Berkomentarlah dengan sopan dan santun.