Galaksi Bima Sakti di langit sekitar Gunung Bromo, Indonesia. Kredit: Farah Qoonita |
Dikutip dari akun Facebook-nya, "Malam Langit Gelap" diusulkan untuk adakan saat kemarau dan dipilih setiap tanggal 6 Agustus, sebagai "Hari Keantariksaan" yang dicanangkan LAPAN juga. Tidak perlu sepanjang malam, cukup satu jam saja menurutnya.
Nantinya, di "Malam Langit Gelap" akan dimulai dari semua fasilitas LAPAN dengan kegiatan "nonton bareng keindahan langit tanpa lampu". Kalau mungkin, LAPAN akan mengajak "Malam Langit Gelap" se-Bandung Raya atau se-Bandung Barat (lokasi Observatorium Bosscha) dan mengajak masyarakat untuk melihat keindahan langit tanpa lampu.
Komunitas astronomi di masing-masing daerah juga bakal diajak untuk mengadakan di lokasi yang dipilih. Akan kampanyekan juga "Langit Indah tanpa Lampu" dan "Hemat Energi sambil Mengamati Langit". Earth Hour (memadamkan lampu satu jam pada 19 Maret) untuk kampanye hemat energi mungkin kurang menarik, karena dianggap tidak nyaman di dalam rumah tanpa lampu.
Namun, menurut Thomas, kalau "Malam Langit Gelap" dilakukan secara serentak, orang-orang akan ke luar rumah menikmati langit malam yang indah, sehingga akan banyak yang berminat mematikan lampu satu jam saja. Selain menghemat energi, kita juga bisa melihat keindahan langit dan melindungi Bumi.
Sementara itu, Taman Langit Gelap Nasional di Kupang bakal diselaraskan dengan rencana pembangunan Observatorium Nasional Timau di Kupang. Taman Langit Gelap Nasional bisa jadi objek wisata Kupang/NTT sambil melestarikan Observatorium Nasional. Daerah kering lainnya, seperti Palu, bisa juga membuat Taman Langit Gelap.