Gerhana Matahari dan Bulan. Kredit: Luc Viatour, Fred Espenak |
Bulan membutuhkan waktu sekitar satu bulan kalender untuk mengorbit Bumi. Jika Bulan mengorbit pada bidang yang sama atau lurus dengan ekliptika (bidang orbit Bumi), maka kita bisa melihat dua gerhana setiap bulan kalender.
Dengan kata lain, bakal ada peristiwa gerhana Bulan total pada setiap fase Bulan Purnama, lalu dua pekan kemudian, akan ada gerhana Matahari total di fase Bulan Baru. Jadi, akan ada total minimal 24 gerhana setiap tahun!
Tapi, sayangnya orbit Bulan cenderung miring sekitar 5 derajat terhadap bidang orbit Bumi. Sehingga dalam 1 bulan kalender, belum tentu posisi Bulan saat fase Bulan Purnama ataupun Bulan Baru bisa sejajar dengan Bumi dan Matahari. Maka, hanya akan terjadi setidaknya 2 gerhana selama Bumi mengorbit Matahari. Atau karena orbit Bulan miring 5 derajat, maka hanya akan ada 2 garis potong yang sama.
Saya menyukai analogi astronom Dave Kornreich dari Universitas Negeri Humbolt, AS tentang hal ini. Kornreich menganalogikan jika menggambar menggambar Bumi yang mengorbit Matahari di selembar kertas, maka kita tidak akan bisa secara akurat menggambar orbit Bulan pada lembar kertas yang sama.
Kemiringan bidang orbit Bulan akan membuat Bulan bisa berada di atas kertas, dan bisa juga berada di bawah lembar kertas itu. Hanya ketika Bulan melintasi bidang orbit Bumi (pada selembar kertas tadi) gerhana akan terjadi.
Sekadar tambahan, gerhana Matahari dan Bulan juga selalu terjadi berpasangan, satu gerhana menyusul gerhana lainnya dalam jangka waktu dua minggu. Sebagai contoh, gerhana Bulan parsial akan terjadi pada 7-8 Agustus 2017 nanti akan diikuti oleh gerhana Matahari total pada 21 Agustus 2017.
Sumber: NASA, StarDate.