Low Density Supersonic Decelator, wahana antariksa terbaru NASA. Kredit: NASA |
Setelah beberapa kali ditunda, pesawat yang dinamai Low Density Supersonic Decelator (LDSD) itu diluncurkan dari pangkalan angkalan laut AS di Kauai, Hawaii. Butuh tiga jam agar piring terbang yang dikembangkan untuk ekspedisi ke Mars itu tiba ke ketinggian 36,5 kilometer di atas permukaan Bumi menggunakan sebuah balon gas raksasa.
Tiba di ketinggian 36 km, roket pesawat itu dinyalakan oleh pusat kendali di darat dan mengangkatnya ke ketinggian 54,8 km --lima kali lebih tinggi dari ketinggian terbang pesawat jet penumpang. Ia melesat dengan kecepatan 4.828 km/jam, atau empat kali lebih cepat dari kecepatan suara.
LDSD sengaja di uji pada kecepatan dan ketinggian ekstrem itu untuk mensimulasikan kondisi saat pesawat itu meluncur ke permukaan Mars, yang punya lapisan atmosfer tipis.
Sayangnya uji coba itu tak berakhir mulus. Tujuan utama dari tes itu, menguji parasut supersonic yang berfungsi sebagai rem, justru gagal. Parasut berdiameter 30,5 meter itu tak mengembang dengan sempurna dan piring terbang NASA itu pun jatuh ke lautan.
Masalah yang sama pernah dialami NASA dalam uji coba pertama pada 2014 sialm. Rencananya uji coba serupa akan kembali digelar pada 2016. "Inilah alasan kami menggelar uji coba seperti ini," kata Dan Coatta, salah satu insinyur NASA yang terlibat dalam program LDSD.
Adapun aspek lain dari uji coba itu berjalan lancar, termasuk cincin di sisi bawah LDSD yang berbentuk mirip donat itu mengembang dengan sempurna. Teknologi itu merupakan bagian penting dari sistem pengereman LDSD saat ia masuk ke atsmofer Mars.