![]() |
Hujan meteor. Kredit: Mike Black/NASA |
Hujan meteor Lyrid dapat terjadi karena pada rentang tanggal 16 hingga 25 April, Bumi kita melintasi bekas orbit komet C/1861 G1 (Thatcher), debris yang ditinggalkan sang komet memasuki atmosfer Bumi sehingga terbakar dan menjadi meteor.
Hujan meteor Lyrid memiliki titik radian di rasi bintang Lyra. Hujan meteor ini bisa diamati selepas tengah malam, di saat keadaan langit sudah benar-benar gelap, dan berlangsung hingga menjelang Matahari terbit.
Intensitas hujan meteor Lyrid akan mencapai 20-50 meteor per jam (ZHR) pada puncaknya. Tapi Anda mungkin akan melihat lebih sedikit meteor tahun ini karena puncak aktivitas Lyrid berdekatan dengan fase Bulan Purnama. Cahaya Rembulan yang terang bisa meredupkan meteor-meteor kecil yang lewat.
Peristiwa astronomis yang satu ini tidak berbahaya. Meteor yang berasal dari puing-puing komet akan terbakar di atmosfer Bumi dan akan habis sebelum ke permukaan. Ukurannya juga hanya sebesar kerikil.
Tidak memiliki teleskop? Jangan khawatir. Mengamati hujan meteor tidak butuh teleskop. Cukup dengan mata telanjang, gunakan baju hangat sambil tiduran menatap langit malam. Hujan meteor Lyrid dapat diamati di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Selamat mengamati!