![]() |
Titik radian hujan meteor Draconid. Kredit: Starry Night |
Hujan meteor ini bernama Draconid. Meteor-meteornya berasal dari sisa-sisa debu komet Giacobini-Zinner, malam ini adalah puncaknya.
Namun, hujan meteor yang terjadi tak sederas yang terjadi Oktober 2011 lalu. Komet Giacobini-Zinner telah melintas dekat matahari pada Febuari 2012, sehingga sisa debu sudah menipis sehingga meteor yang dihasilkan tak terlalu banyak.
Pada Oktober 2011, pengamat meteor saat itu memperkirakan hujan meteor diwarnai 600 meteor per jam, tapi untuk tahun ini diduga tak sebanyak itu.
Puncak Hujan meteor Draconids akan terjadi selepas terbenamnya matahari dan hanya berlangsung sekitar dua jam saja. Mulai lepas maghrib, kita dapat melihatnya pukul 19.00 bergerak ke arah barat sampai pukul 22.00, saat rasi Draco mulai terbenam di barat laut.
Namun untuk melihatnya, diperlukan prasyarat mutlak, salah satunya cuaca.
Untuk melihat fenomena meteor Draconids mutlak dibutuhkan cuaca cerah, jauh dari ilusi cahaya dan medan pandangan utara dan barat laut tidak terhalang oleh pohon atau gedung. Kalau mendung jelas tidak mungkin ada meteor yang terlihat.
Hujan meteor kali ini juga tidak membahayakan manusia karena materi komet ini hanyalah sisa-sisa debu dan akan terbakar di atmosfer dalam hitungan detik. Seluruh wilayah Indonesia dapat melihat hujan meteror ini.
Selain hujan meteor Draconids, pada 21 Oktober nanti juga akan terjadi hujan meteor Orionids. Hujan meteor ini terjadi akibat sisa debu komet Halley yang cukup kuat.
Tanggal tersebut Bumi kita berpapasan dengan sisa debu komet tersebut, kita akan melihat hujan meteor lagi dengan 20 meteor dari rasi Orions per jam.