Akses artikel Premium dengan menjadi member BelajarAstro KLUB, daftar di sini!

Saran pencarian

Bulan Kian Menjauh, Sebulan di Bumi Bisa 40 Hari

Bulan Kian Menjauh, Sebulan di Bumi Bisa 40 Hari

Info Astronomy — Pada suatu masa -- jutaan tahun ke depan -- keturunan kita tidak akan bisa melihat bulan seperti sekarang. Tidak ada lagi fenomena gerhana matahari ataupun bulan total, kecuali dalam jejak rekam sejarah sains.

Lambat, tetapi pasti bulan semakin bergerak menjauh dari bumi. Bukan tanpa alasan Neil Armstrong -- manusia pertama yang menginjakkan kakinya di bulan -- meninggalkan jejak panel reflektor yangterdiri atas 100 cermin beberapa menit sebelum dia meninggalkan bulan pada 21 Juli 1969. Reflektor inilah yang kemudian menuntun manusia pada penemuan fakta mencengangkan.

Memanfaatkan reflektor yang tertinggal di bulan, Prof Carrol Alley, fisikawan dari University of Maryland, Amerika Serikat, mengamati pergerakan orbit bulan. Caranya adalah dengan menembakkan laser dari observatorium ke reflektor di bulan. Di luar dugaan, dari hasil pengamatan tahunan, jarak bumi-bulan yang terekam dari laju tempuh laser bumi-bulan terus bertambah.

Diperkuat sejumlah pengamatan di McDonald Observatory, Texas, AS, dengan menggunakan teleskop 0,7 meter diperoleh fakta bahwa jarak orbit bulan bergerak menjauh dengan laju 3,8 sentimeter per tahun.

Para ahli meyakini, 4,6 miliar tahun lalu, saat terbentuk, ukuran bulan yang terlihat dari bumi bisa 15 kali lipat daripada sekarang. Jaraknya saat itu hanya 22,530 kilometer, seperduapuluh jarak sekarang (385.000 km).

Seandainya manusia sudah hidup pada masa itu, hari-hari yang dijalankan terasa lebih cepat. Hitungan kalender pun bakal berbeda. Bagaimana tidak, jika dalam sebulan waktu edar mengelilingi bumi hanya 20 hari, bukan 29-30 hari seperti sekarang. Rotasi bumi ketika itu pun berlangsung lebih cepat, hanya 18 jam sehari.

Jutaan tahun dari sekarang, seiring dengan menjauhnya bulan, hari-hari di bumi pun akan semakin lama, hingga mencapai 40 hari dalam sebulan. Haripun bisa berlangsung semakin lama, hingga 30 jam. Lantas, mengapa ini bisa terjadi?

Takaho Miura dari Universitas Hirosaki, Jepang, dalam jurnal Astronomy & Astrophysics mengemukakan, jika bumi dan bulan, termasuk matahari, saling mendorong dirinya. Salah satunya, ini dipicu interaksi gaya pasang surut air laut.

Gaya pasang surut yang diakibatkan bulan terhadap lautan di bumi ternyata berangsur-angsur memindahkan gaya rotasi bumi ke gaya pergerakan orbit bulan. Akibatnya, tiap tahun orbit bulan menjauh. Sebaliknya, rotasi bumi melambat 0,000017 detik per tahun.

Stabilitas iklim

Fakta menjauhnya orbit bulan ini menjadi ancaman tidak hanya populasi manusia, tetapi juga kehidupan makhluk hidup di bumi. Pergerakan bulan, seperti diungkapkan Dr Jacques Laskar, astronom dari Paris Observatory, berperan penting menjaga stabilitas iklim dan suhu di bumi.

"Bulan adalah regulator iklim bumi. Gaya gravitasinya menjaga bumi tetap berevolusi mengelilingi matahari dengan sumbu rotasi 23 derajat. Jika gaya ini tidak ada, suhu dan iklim bumi akan kacau balau. Gurun Sahara bisa jadi lautan es, sementara Antartika menjadi gurun pasir," ucapnya kepada Science Channel.

Sejumlah penelitian menyebutkan, pergerakan bulan juga berpengaruh terhadap aktivitas makhluk hidup. Terumbu karang, misalnya, biasa berkembang biak, mengeluarkan spora, ketika air pasang yang disebabkan bulan purnama tiba.

Bulan penuh juga dipercaya meningkatkan perilaku agresif manusia. Di Los Angeles, AS, kepolisian wilayah setempat biasanya akan lebih waspada terhadap peningkatan aktivitas kriminal saat purnama.

Menjauhnya bulan dari bumi diyakini ahli geologis juga berpengaruh terhadap aktivitas lempeng bumi. Beberapa ahli telah lama menghubungkan kejadian sejumlah gempa dengan aktivitas bulan.

"Kekuatan yang sama yang menyebabkan laut pasang ikut memicu terangkatnya kerak bumi," ucap Geoff Chester, astronom yang bekerja di Pusat Pengamatan Angkatan Laut AS, seperti dikutip dari National Geographic.

Beberapa kejadian gempa besar di Tanah Air yang pernah tercatat diketahui juga terkait dengan pergerakan bulan. Gempa-tsunami Nanggroe Aceh Darussalam (2004), Nabire (2004), Simeuleu (2005), dan Nias (2005) terjadi saat purnama. Gempa Mentawai (2005) dan Yogyakarta (2005) terjadi pada saat bulan baru dan posisi bulan di selatan. [kompas]
Dukung kami untuk terus aktif
Merasa artikel ini bermanfaat untuk kamu? Mau kami bisa terus menerbitkan artikel astronomi bermanfaat lainnya? Kami butuh dukunganmu!

Beri Dukungan

Posting Komentar

Kami sangat senang menerima komentar dari Anda. Sistem kami memoderasi komentar yang Anda kirim, jadi mungkin membutuhkan waktu beberapa saat untuk komentar Anda muncul di sini. Komentar dengan link/url akan otomatis dihapus untuk keamanan. Berkomentarlah dengan sopan dan santun.