Gabung menjadi member BelajarAstro KLUB yuk! Cek benefitnya~

Saran pencarian

Mengamati Bentangan Galaksi Bimasakti di Tahun 2018

Pernahkah kamu mengamati secara langsung bentangan galaksi Bimasakti di langit malam? Atau justru kamu heran mengapa kita bisa melihat Bimasakti padahal kita ada di dalamnya? Di artikel ini, kami akan membahasnya, sekaligus kiat mengamatinya untuk tahun ini.
Bentangan galaksi Bimasakti. Kredit: Jimmy Richardson
Info Astronomy - Pernahkah kamu mengamati secara langsung bentangan galaksi Bimasakti di langit malam? Atau justru kamu heran mengapa kita bisa melihat Bimasakti padahal kita ada di dalamnya? Di artikel ini, saya akan membahasnya, sekaligus kiat mengamatinya untuk tahun ini.

Satu hal yang perlu diketahui sebelum memulai pengamatan adalah, mengamati bentangan galaksi Bimasakti butuh kondisi langit yang gelap. Sehingga bila kamu tinggal di tengah kota atau wilayah yang tingkat polusi cahayanya tinggi, kemungkinan besar kamu belum pernah dan bahkan tidak bisa mengamatinya.

Untuk seseorang yang belum pernah mengamati bentangan galaksi Bimasakti, mungkin termasuk kamu, mungkin menganggap bahwa untuk mengamati Bimasakti butuh teleskop. Tapi faktanya, teleskop sama sekali tidak dibutuhkan, bahkan tidak membantu.

Galaksi Bimasakti membentang luas di langit, dari satu cakrawala ke cakrawala lainnya. Kamu tidak memerlukan teleskop untuk melihat atau memotretnya. Walau teleskop tentu akan menunjukkan lebih banyak detail, seperti bisa membantumu mengamati objek-objek langit jauh, tapi itu bukan persyaratan utama untuk mengamati bentangan galaksi Bimasakti.

Dalam pandangan kasat mata, bentangan Bimasakti akan tampak bagai pita awan putih yang memanjang, lengkap pula dengan bercak hitam. Namun, pengamatan dengan kasat mata akan sangat berbeda dengan hasil foto bentangan galaksi Bimasakti yang tersebar di internet.

Gambar-gambar bentangan galaksi Bimasakti yang banyak tersebar di internet tersebut diambil dengan fitur paparan panjang (long-exposure) dari kamera, yang mana membuat kamera mampu mengumpulkan lebih banyak cahaya dari bintang-bintang di jalur bentangan Bimasakti, lebih banyak daripada yang bisa dilakukan oleh mata manusia.

Jadi, jangan terkejoed bila pengamatan Bimasakti dengan kasat mata (walaupun di area yang gelap gulita) tidak akan sespektakuler hasil jepretan para astrofotografer~

Mengenal Bimasakti

Galaksi Bimasakti adalah galaksi tempat di mana Bumi dan tata surya berada, ia juga merupakan satu dari setidaknya 2 triliun galaksi di alam semesta. Galaksi kita ini berisi sekitar 100 sampai 400 miliar bintang, dan membentang selebar 100.000 tahun cahaya (dengan 1 tahun cahaya = 9,4 triliun kilometer).

Setiap bintang yang bisa kamu lihat di langit malam merupakan bintang-bintang milik Bimasakti. Satu-satunya benda langit di luar Bimasakti yang bisa kamu lihat (tanpa bantuan alat optik) adalah galaksi Andromeda, galaksi tetangga kita yang berjarak kurang lebih 2,5 juta tahun cahaya jauhnya dari Bumi.

Saat kita berbicara tentang "melihat Bimasakti", kita sebenarnya berbicara tentang melihat inti dari galaksi kita sendiri. Terletak di arah rasi bintang Sagitarius, area inti galaksi Bimasakti inilah yang merupakan bagian terang yang bisa kita amati. Di area tersebut, terdapat banyak jalur debu, nebula, dan gugusan bintang.

Mengapa kita bisa melihat Bimasakti padahal kita ada di dalamnya? Sederhana saja jawabannya, hal itu disebabkan karena Bumi dan tata surya berada di salah satu lengan spiral galaksi Bimasakti. Hal ini memungkinkan kita melihat beberapa bagian Bimasakti dari permukaan Bumi.

Jadi, "melihat Bimasakti" bukanlah pergi ke luar angkasa, jauh meninggalkan galaksi kita, lalu menoleh ke belakang untuk sekadar melihat galaksi Bimasakti secara keseluruhan. Bukan, bukan begitu.

Melihat bentangan Bimasakti adalah melihat sebagian Bimasakti itu sendiri.

Bentangan galaksi Bimasakti di langit Belitung, 2016. Kredit: Martin Marthadinata

Kapan Bentangan Bimasakti Bisa Terlihat?

Area inti galaksi Bimasakti yang akan kita amati rupanya tidak terlihat sepanjang tahun, melainkan hanya terlihat dalam jangka waktu setengah tahun saja. Pada setengah tahun lainnya, area inti galaksi Bimasakti bakal terletak di bawah cakrawala (sehingga baru akan muncul di siang hari).

Hindarilah bulan-bulan musim dingin (Desember - Februari), karena area inti galaksi Bimasakti tidak terlihat sama sekali, terlalu dekat dengan Matahari. Di musim semi (Maret - Mei), area inti galaksi ini akan bisa terlihat beberapa jam sebelum Matahari terbit.

Belanjut pada pada bulan Juni, area inti galaksi Bimasakti akan terbit jauh lebih awal sebelum tengah malam. Nah, waktu pengamatan terbaik umumnya adalah pada bulan-bulan musim panas (Juli - Agustus), sebab area inti galaksi Bimasakti akan terlihat sepanjang malam. Menjelang musim gugur (September - November), inti Bimasakti akan terlihat di awal malam.

Bila kamu tertarik untuk memotret galaksi Bimasakti, rencanakanlah perjalanan ke daerah-daerah minim polusi cahaya pada bulan Juni hingga Agustus. Di bulan-bulan itu kebetulan juga sudah masuk musim kering di Indonesia sehingga cuaca cerah berpotensi lebih mendominasi daripada cuaca hujan.

Oh iya, tahukah kamu mengapa ada saat-saat tertentu untuk mengamati area inti galaksi? Ini bukti bahwa Bumi berotasi dan mengitari Matahari, lho! Perputaran Bumi inilah yang menyebabkan bintang-bintang tampak bergerak melintasi langit setiap malam.

Bumi sebenarnya tidak butuh waktu 24 jam untuk melakukan satu rotasi penuh, melainkan hanya 23 jam 56 menit. Perbedaan 4 menit inilah yang menyebabkan posisi bintang-bintang (termasuk inti galaksi Bimasakti) berubah dari malam ke malam.

Jadi, setiap malamnya, bintang-bintang Bimasakti ini akan terbit dan terbenam 4 menit lebih awal dibandingkan malam sebelumnya. Perubahan ini berjumlah 2 jam setiap bulannya. Sehingga jika Bimasakti terbit pada pukul 00:00 untuk malam ini, maka sebulan dari sekarang ia akan terbit pada pukul 22:00.

Perhatikan Fase Bulan

Walaupun area inti galaksi Bimasakti bisa diamati selama setengah tahun lamanya, tetapi tidak setiap malam kita bisa berburu kenampakannya. Kita masih bergantung pada fase Bulan.

Hemm~ Tapi tunggu dulu, kita, kan, ingin mengamati bentangan galaksi Bimasakti, lalu mengapa harus mengetahui fase Bulan segala?

Jadi, ketika fase Bulan purnama, cahaya Bulan hasil pantulan dari cahaya Matahari akan begitu terang. Saking terangnya, cahaya ini bisa meredupkan seluruh bintang yang sebenarnya sudah redup di langit malam, termasuk menghalangi kita mengamati bentangan galaksi Bimasakti.

Dengan begitu, kita harus cari tahu dulu fase Bulan saat kita ingin mengamati bentangan galaksi Bimasakti. Idealnya, pengamatan Bimasakti bisa dilakukan saat fase Bulan Baru (New Moon) hingga fase separuh awal (first-quarter). Pada fase-fase itu, Bulan sudah akan terbenam sebelum tengah malam, sehingga langit setelah tengah malam akan gelap bebas Bulan.

Bagaimana Cara Memotretnya?

Sampai di sini, kamu sudah bisa memperkirakan kapan waktu yang tepat untuk berburu bentangan galaksi Bimasakti, kan? Selanjutnya, mari kita cari tahu tentang bagaimana cara memotretnya dan apa kamera yang bisa digunakan.

Kita bisa memotret bentangan galaksi Bimasakti dengan kamera DSLR. Tak perlu lensa yang mahal, sebab lensa kit pun bisa digunakan. Selain kamera DSLR, kita juga perlu beberapa peralatan lain seperti tripod, shutter release cable, dan senter (sebagai media penerangan di gelapnya malam). Tapi bila tidak punya shutter release cable, kamu bisa memanfaatkan fitur timer saja.

Alasan mengapa kita menggunakan shutter release cable atau timer adalah karena kita akan memotret dengan paparan panjang. Penggunaan shutter release cable ataupun timer dapat mengurangi goncangan pada kamera (yang akan berdampak pada hasil jepretan) di saat menekan tombol shutter.

Bentangan galaksi Bimasakti di Banyumas, 2017. Kredit: Burhanuddin Rabbani
Untuk memotret bentangan galaksi Bimasakti, yang pada dasarnya adalah memotret suasana malam hari yang gelap, kita membutuhkan paparan panjang supaya kita dapat merekam pemandangan malam.

Maka dari itu, atur diafragma lensa ke yang terbesar untuk lensa kit, yakni f/3,5, ISO atur tertinggi 3200 atau 6400, dan rana atur ke slow speed 30". Jangan lupa juga atur kamera kita ke mode manual. Untuk white balance, atur ke mode Auto.

Hindari kecepatan rana yang lebih dari 30", sebab nantinya bintang-bintang pada hasil jepretan akan tampak bergaris (trail) karena hasil dari rotasi Bumi. Oh iya, sebagai tambahan, karena kita menggunakan lensa kit, maka untuk fokus lensa kita perlu sedikit trik. Fokus sangat diperlukan agar hasil jepretan tidak blur.

Caranya adalah, sebelumnya kita setel lensa ke autofocus, fokuskan dulu secara manual ke cahaya lampu atau bintang, jika memungkinkan kamu bisa minta bantuan teman untuk menyalakan senter dari jarak yang jauh (ya, inilah gunanya senter). Setelah lensa sudah fokus pada cahaya itu, kunci fokus lensa dengan geser ke manual focus. Agar fokusnya tidak berubah kita bisa pasang perekat seperti pada gambar di bawah ini:

Perekat pada lensa untuk mengunci fokus. Kredit: Martin Marthadinata
Bila pengaturan kamera sudah beres, kita bisa mulai memotret-motret langit untuk mendapatkan hasil jepretan terbaik. Arahkan kamera kamu ke rasi bintang Sagitarius atau Skorpius di mana area inti galaksi Bimasakti berada.

Tidak tahu di mana arah rasi bintang Sagitarius atau Skorpius? Kamu bisa menggunakan aplikasi peta langit, simak artikel 5 aplikasi peta langit yang wajib dicoba pada tautan ini.

Nantinya, hasil jepretan yang masih mentah bisa diolah di aplikasi pengolah gambar seperti Lightroom, Photoshop, dan sejenisnya. Pengolahan ini diperlukan untuk memperjelas hasil jepretan Bimasakti.

Nah, itulah sedikit informasi tentang bagaimana kita bisa mengamati dan mengabadikan kenampakan bentangan galaksi Bimasakti di tahun 2018 ini. Selamat berburu!
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com