Akses artikel Premium dengan Astronomi+, mulai berlangganan.

Saran pencarian

Badai Matahari Gilas Bumi Picu Kemunculan Aurora Hijau-Pink

Awal September ini, Bumi kembali digilas oleh badai matahari, menciptakan terbentuknya aurora cantik dengan pendaran warna hijau-pink.
Aurora hijau-pink yang cantik menghiasi langit negara-negara linkar kutub, foto ini diabadikan di Skotlandia, 2 September 2025. Kredit: Alan C Tough

InfoAstronomy - Sebuah badai Matahari baru-baru ini menggilas medan magnet Bumi sekitar pukul 04:00 WIB pada 2 September 2025, memicu badai geomagnetik yang menerangi langit di seluruh Eropa dan Amerika Utara semalaman dengan cahaya aurora.

Badai tersebut mencapai level G2 (moderat) menurut Met Office Inggris dan Pusat Prediksi Cuaca Antariksa (SWPC) NOAA, dan meskipun kondisi yang berbeda bisa menghasilkan aurora yang lebih intens, para pengamat langit masih berhasil mengabadikan pertunjukan cahaya utara yang mempesona.

Uniknya, badai Matahari kali ini digambarkan sebagai "kanibal", yang terjadi ketika Matahari melontarkan dua lontaran massa korona (coronal mass ejection atau CME) dalam waktu yang berdekatan, dengan CME kedua yang bergerak lebih cepat dari lontaran CME pertama, sehingga "memakan" atau bergabung dengan CME pertama di depannya, menciptakan satu gelombang partikel yang lebih besar, lebih cepat, dan lebih kompleks saat menuju Bumi.

Alhasil, badai Matahari ini sempat diprediksi sebagai fenomena gangguan geomagnetik yang kuat, dengan kecepatan angin matahari mencapai lebih dari 670 km/detik dan medan magnet antarplanet menguat menjadi 20–26 nanotesla. Namun, ternyata efeknya tidak separah yang diprediksi. Penyebabnya adalah orientasi medan magnet badai (dikenal sebagai Bz) yang sebagian besar mengarah ke "utara".

Orientasi ini mempersulit energi dari badai Matahari untuk masuk dan berinteraksi dengan magnetosfer Bumi, seolah-olah sebagian besar serangannya "terpental". Fisikawan matahari Tamitha Skov menggambarkannya sebagai "orientasi yang salah" untuk menciptakan badai super.

Meski demikian, badai Matahari tersebut masih cukup kuat untuk menghasilkan aurora yang memukau. Para pengamat dari Skotlandia, Inggris utara, hingga Amerika Utara melaporkan pemandangan langit berwarna hijau cerah dan merah muda, membuktikan bahwa bahkan badai yang sebagian besar berhasil ditangkis pun masih bisa menciptakan keajaiban di langit malam.

Badai Matahari Itu Apa?

Badai matahari adalah peristiwa ketika matahari melepaskan energi sangat besar dalam bentuk cahaya, panas, dan partikel bermuatan. Fenomena ini terjadi akibat gejolak magnetik besar di permukaan matahari, yang kemudian melemparkan "angin matahari" ke luar angkasa.

Matahari ketika melontarkan CME. Kredit: NASA

Ketika angin matahari sampai ke Bumi, efeknya bisa beragam. Salah satu yang paling indah adalah munculnya aurora, cahaya berwarna-warni di langit kutub. Namun, badai matahari juga bisa berdampak pada teknologi kita, seperti mengganggu sinyal satelit, GPS, komunikasi radio, bahkan sistem listrik jika badai cukup kuat.

Meskipun terdengar menakutkan, badai matahari bukanlah sesuatu yang akan membakar atau menghancurkan Bumi. Lebih tepatnya, ia adalah “hembusan kencang dari matahari” yang sesekali mengingatkan kita betapa kuatnya bintang yang menjadi sumber kehidupan kita ini.

Kenapa Aurora Tidak Ada di Indonesia?

Aurora adalah cahaya indah di langit yang muncul ketika partikel dari matahari bertabrakan dengan atmosfer Bumi. Fenomena ini biasanya terlihat di daerah kutub utara dan selatan.

Warna yang muncul pada aurora pun tergantung pada jenis gas dan ketinggian terjadinya tumbukan. Warna hijau merupakan warna paling umum, muncul ketika partikel matahari mengenai oksigen pada ketinggian sekitar 100–300 km di atas permukaan Bumi.

Sementara itu, aurora pink atau merah muda biasanya terlihat di bagian atas aurora. Terjadi karena interaksi partikel dengan oksigen di ketinggian lebih dari 300 km, atau dengan nitrogen di atmosfer. Dengan kata lain, aurora seperti “kembang api alami” di langit, setiap gas memberikan warna yang berbeda ketika terkena energi dari matahari.

Proses pembentukan aurora. Kredit: NOSWE

Alasan aurora tidak muncul di Indonesia adalah karena Bumi memiliki medan magnet yang bentuknya mirip donat. Medan magnet ini mengarahkan partikel matahari ke daerah kutub, di mana gaya magnetnya paling kuat. Akibatnya, aurora hanya tampak di sekitar wilayah tersebut.

Indonesia berada di dekat khatulistiwa, jauh dari kutub. Karena itu, meskipun badai matahari terjadi, kita tidak bisa melihat aurora secara langsung di langit Indonesia. Kita di Indonesia cuma bisa melihat keserakahan, ketidakbecusan, korupsi, dan nepotisme dari penguasa.

Sumber & Referensi:
  • Boudreau, D., McDaniel, M., Sprout, E., Turgeon, A. (2025). Aurora. National Geographic Society.
  • Dobrijevic, D. (2025). Northern lights (aurora borealis): What they are and how to see them. SPACE.
  • Imster, E. (2022). What causes an aurora, the northern or southern lights?. EarthSky.
  • Malewar, A. (2023). Definitive evidence how auroras are formed. Tech Explorist.
  • Windridge, M. (2024). Bands, rays and arcs of green and purple. This is what causes the different shapes and colours of the aurora. BBC Sky At Night Magazine.
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com

Posting Komentar

Kami sangat senang menerima komentar dari Anda. Sistem kami memoderasi komentar yang Anda kirim, jadi mungkin membutuhkan waktu beberapa saat untuk komentar Anda muncul di sini. Komentar dengan link/url akan otomatis dihapus untuk keamanan. Berkomentarlah dengan sopan dan santun.