Akses artikel Premium dengan Astronomi+, mulai berlangganan.

Saran pencarian

Jejak Teknologi Kita yang Mungkin Bisa Dideteksi Kehidupan Luar Bumi

Manusia secara tidak sadar, sejak tahun 1970-an, mengiriman sinyal tanda kehidupannya ke luar angkasa yang bisa saja dideteksi oleh alien cerdas!
Bumi tanpa sadar mengirimkan banyak sinyal-sinyal ke luar angkasa yang mungkin dapat dideteksi kehidupan cerdas di luar sana. Kredit: Science Photo Library

InfoAstronomy - Di sebuah planet pada sudut galaksi yang jauh, jauh sekali, sekelompok peneliti dari bentuk kehidupan cerdas lain luar Bumi mungkin sedang menatap ke arah Matahari kita, yang cuma terlihat bagai bintang putih kecil di langit planetnya, dengan teknologi sejenis teleskop radio raksasa. Kemungkinan, mereka akan menangkap denyut aneh pada spektrum cahaya Matahari.

Jika mereka cukup cerdas, mereka mungkin akan menyadari bahwa denyut aneh itu bukan denyut biasa, melainkan merupakan tanda bahwa di sekitar Matahari ada kehidupan. Denyut anehnya bukan dari Matahari, tapi dari aktivitas teknologi kita di Bumi. Dengan kata lain, kita secara tidak sengaja mengirimkan sinyal ke luar angkasa yang bisa dideteksi alien! Bagaimana bisa?

Sejak awal abad ke-20, Bumi telah berubah menjadi pemancar sinyal raksasa. Aktivitas teknologi kita memancarkan berbagai tanda yang, dalam bahasa sains, disebut technosignatures. Ada yang kita kirim dengan sengaja sebagai salam untuk siapa pun yang mau mendengar, ada pula yang terpancar begitu saja tanpa pernah kita niatkan. Jejak ini, suka atau tidak, telah membentuk gema teknologi yang menyebar ke ruang antarbintang.

Salah satu salam yang paling terkenal dan sengaja dikirim adalah pada tahun 1974 dari teleskop radio Arecibo di Puerto Rico. Pesan ini, yang dikenal sebagai Arecibo Message, ditujukan ke gugus bintang Messier 13 yang berjarak sejauh 25.000 tahun cahaya jauhnya dari Bumi.

Pesan Arecibo (kiri) dan artinya (kanan). Kredit: Phl.upr.edu

Dibuat dalam bentuk kode biner, Arecibo Message membawa potret simbolis manusia, DNA, dan informasi mengenai tata surya kita, semacam kartu pos kosmis yang hanya bisa dibaca oleh peradaban dengan kemampuan teknis tinggi.

Tiga tahun kemudian, tahun 1977, manusia mengirimkan wahana antariksa Voyager 1 dan Voyager 2 meninggalkan tata surya sambil membawa piringan emas yang berisi musik, suara, dan gambar kehidupan di Bumi. Berbeda dengan pesan Arecibo yang menembak langsung lewat gelombang radio, piringan emas ini adalah artefak fisik, semacam “pesan dalam botol” yang dilemparkan ke samudra alam semesta yang luas.

Piringan Emas yang ditempel pada wahana antariksa Voyager 1 dan 2. Kredit: Science Photo Library

Namun, kedua kesengajaan tadi cuma hal-hal kecil, kebanyakan sinyal teknologi yang kita kirimkan tidak pernah direncanakan sebagai pesan untuk makhluk di luar sana. Sejak era radio siaran dan televisi analog dimulai, gelombang dari program hiburan, berita, dan iklan telah memancar ke segala arah, merembes keluar atmosfer dan membentuk gelembung elektromagnetik yang kini membentang hingga seratus tahun cahaya dari Bumi!

Meski kekuatannya tidak seberapa jika diukur dalam skala kosmis, gelembung elektromagnetik ini tetap menjadi riak yang, secara teori, bisa didengar dan dideteksi oleh peradaban yang cukup dekat dari Bumi kita dengan peralatan yang canggih dan sangat sensitif.

Di antara semua kebocoran teknologi ini, radar berdaya tinggi, baik milik militer, astronomi, maupun sistem pelacakan satelit, adalah yang paling nyaring. Pancaran denyutan sinyalnya jauh lebih kuat daripada siaran radio dan televisi dalam hal menembus debu kosmis.

Jika ada alien yang tinggal pada planet dalam radius ratusan tahun cahaya dari Bumi dan memiliki antena radio raksasa, sinyal berdaya tinggi dari planet Bumi kita ini akan menjadi "teriakan" yang jelas di tengah riuhnya galaksi. Sementara itu, komunikasi satelit, navigasi GPS, dan eksperimen laser optik sesekali melepaskan percikan tambahan yang, meski kecil, ikut menambah “desis” khas Bumi.

Jejak keberadaan kita tidak hanya datang dari sinyal aktif. Diamati dari luar angkasa, Bumi memancarkan cahaya buatan yang menandai keberadaan kota dan peradaban malam. Lebih halus lagi, atmosfer kita kini membawa sidik jari industri: gas-gas seperti CFC dan nitrogen dioksida membentuk pola spektrum yang jelas-jelas tidak alami. Alien yang mengamati Bumi dari jauh melalui teleskop optik bisa mengenali perubahan ini tanpa harus menangkap satu pun gelombang radio kita.

Cahaya kota di Bumi pada malam hari dilihat dari luar angkasa. Kredit: NASA

Jika harus menebak sinyal mana yang paling mungkin terdengar pertama kali oleh peradaban cerdas luar Bumi, jawabannya hampir pasti adalah radar berdaya tinggi. Ia begitu terang, terarah, dan memancar di frekuensi yang tahan terhadap hamburan kosmis.

Siaran TV dan radio kita, meski romantis sebagai simbol awal era komunikasi global, mungkin akan segera tenggelam di kebisingan galaksi. Di sisi lain, sidik jari atmosfer tidak menimbulkan "teriakan" sama sekali, ia hanya menunggu untuk dibaca oleh mata yang cukup tajam.

Bagi kita, mencari technosignatures dari luar angkasa adalah seperti mencari jarum di tumpukan jerami. Namun dari sudut pandang kehidupan luar Bumi yang cukup dekat dari kita, planet dan kehidupan kita justru jarum yang sangat dominan di tumpukan jerami, mudah ditemukan.

Setiap hari, kita mencoba menghubungi siapapun yang berada di luar Bumi, entah dengan niat atau tidak disengaja. Dan jika suatu hari ada yang membalasnya, barangkali sejarah sinyal pertama kita akan menjadi kisah yang menarik untuk mereka dengar. Mungkin saja mereka akan berkata, “Pesan dari planet kalian sangat luar biasa, tapi... apa maksudnya iklan ketik REG spasi PRIMBON yang ikut terkirim?”.

Sumber & Referensi:
  • Ashtari, R. (2023). Detecting Technosignatures from Earth-scale civilizations. The Astrophysical Journal, 957(1), 15.
  • Haqq-Misra, J., Berea, A., Balbi, A., & Grimaldi, C. (2019). Searching for technosignatures: Implications of detection and non-detection. arXiv preprint arXiv:1903.06550.
  • Lazio, T. J. W., Djorgovski, S. G., Howard, A., ... & Sussman, G. (2023). Data-Driven Approaches to Searches for the Technosignatures of Advanced Civilizations. arXiv preprint arXiv:2308.15518.
  • Margot, J. L., Croft, S., Lazio, T. J. W., Tarter, J., & Korpela, E. J. (2019). The radio search for technosignatures in the decade 2020-2030. arXiv preprint arXiv:1903.05544.
  • Palencia-Torres, K. D., Quiñones-Martínez, C. F., ... & Méndez, A. (2024). The Last Arecibo Message. arXiv preprint arXiv:2411.09790.
  • Pasachoff, J. (2021, January). History of Astronomy: The Voyager Golden Record in Intellectual History. In American Astronomical Society Meeting Abstracts (Vol. 237, pp. 222-01).
  • Sheikh, S. Z., Huston, M. J., Fan, P., ... & Frank, A. (2025). Earth Detecting Earth: At What Distance Could Earth’s Constellation of Technosignatures Be Detected with Present-day Technology?. The Astronomical Journal, 169(2), 118.
  • Socas-Navarro, H., Haqq-Misra, J., Wright, J. T., Kopparapu, R., Benford, J., & Davis, R. (2021). Concepts for future missions to search for technosignatures. Acta Astronautica, 182, 446-453.
  • Wandel, A. (2022). The Fermi Paradox revisited: Technosignatures and the contact era. The Astrophysical Journal, 941(2), 184.
  • Wright, J. T., Haqq-Misra, J., Frank, A., ... & Sheikh, S. Z. (2022). The case for technosignatures: Why they may be abundant, long-lived, highly detectable, and unambiguous. The Astrophysical Journal Letters, 927(2), L30.
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com

Posting Komentar

Kami sangat senang menerima komentar dari Anda. Sistem kami memoderasi komentar yang Anda kirim, jadi mungkin membutuhkan waktu beberapa saat untuk komentar Anda muncul di sini. Komentar dengan link/url akan otomatis dihapus untuk keamanan. Berkomentarlah dengan sopan dan santun.