Akses artikel Premium dengan Astronomi+, mulai berlangganan.

Saran pencarian

Dua Gerhana akan Terjadi di Ramadan 2025, Terlihat di Indonesia?

Iya, Ramadan ini, akan terjadi dua kali fenomena gerhana, masing-masing gerhana Bulan dan gerhana Matahari. Bahaya kah?
Ilustrasi dua gerhana. Kredit: Science Photo Library

InfoAstronomy - Maret 2025, yang bertepatan dengan Ramadan ini, akan menjadi bulan yang spesial bagi para pengamat langit. Dua peristiwa langit yang menakjubkan, yaitu Gerhana Bulan Total pada 14 Maret dan Gerhana Matahari Partial pada 29 Maret, akan menghiasi langit.

Kedua fenomena ini punya karakteristik unik, wilayah visibilitas yang berbeda, dan cerita menarik di baliknya. Nah, kalau kamu penasaran apa itu gerhana, di mana bisa melihatnya, apakah Indonesia kebagian, dan apa dampaknya bagi Bumi, mari simak artikel ini sampai habis!

Gerhana Bulan Total 14 Maret 2025

Bayangkan pada malam yang cerah, kamu menatap langit, ada Bulan di sana, dan tiba-tiba Bulan yang biasanya putih bersinar perlahan berubah jadi kemerahan. Itulah pemandangan yang akan terjadi pada 14 Maret 2025, saat Gerhana Bulan Total berlangsung.

Fenomena ini terjadi ketika Bumi berada di antara Matahari dan Bulan, sehingga bayangan Bumi menutupi Bulan sepenuhnya. Tapi kenapa Bulan bisa jadi merah? Bukan sulap, bukan sihir, melainkan efek dari atmosfer Bumi yang menyebarkan cahaya Matahari.

Cahaya merah, yang memiliki panjang gelombang lebih panjang, berhasil “menerobos” atmosfer Bumi dan mencapai bayangan umbra Bumi, posisi Bulan ketika puncak gerhana terjadi, menciptakan pemandangan dramatis yang sering disebut “Blood Moon” atau Bulan Darah.

Gerhana Bulan Total. Kredit: Merry Green / Shutterstock

Apakah Terlihat di Indonesia?
Menurut data dari Time and Date, gerhana ini akan dimulai pada pukul 03:57 UTC (atau sekitar 10:57 WIB) dengan fase penumbra—saat bayangan Bumi yang samar mulai menyentuh Bulan. Kemudian, pukul 05:09 UTC (12:09 WIB), fase parsial dimulai, momen ketika Bulan mulai “digigit” bayangan Bumi.

Puncaknya, fase total, terjadi pada pukul 06:26 sampai 07:31 UTC (13:26 sampai 14:31 WIB), dengan titik maksimum pukul 06:58 UTC (13:58 WIB). Setelah itu, gerhana perlahan memudar hingga selesai total pada pukul 10:00 UTC (17:00 WIB). Total durasi fase penuhnya sekitar 1 jam 5 menit—cukup lama untuk menikmati pemandangan langka ini.

Kalau kamu perhatikan jam-jam di atas, gerhana Bulan ini terjadi pada siang hari di Indonesia. Dengan kata lain, kalau masih siang, tidak ada Bulan di langit Indonesia, maka Indonesia tidak kebagian untuk melihat Gerhana Bulan Total 14 Maret 2025 ini, karena Bulan belum terbit saat gerhana berlangsung!

Peta visibilitas Gerhana Bulan Total 14 Maret 2025. Kredit: Leah Tiscione / Sky & Telescope

Gerhana Bulan Total ini hanya akan terlihat di Eropa, Australia, Afrika, hingga Amerika Utara dan Selatan, plus wilayah Pasifik, Atlantik, Arktik, dan bahkan Antarktika. Artinya, hampir separuh dunia punya kesempatan untuk menikmati pemandangan ini, separuh dunia yang sedang malam hari.

Tapi, jangan kecewa dulu! Di wilayah timur Indonesia, seperti di Papua, Papua Barat, Papua Selatan, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua Barat Daya ada sedikit harapan. Wilayah-wilayah ini bisa melihat Gerhana Bulan Penumbra, momen ketika Bulan hanya terhalangi bayangan penumbra Bumi.

Waktu mulai Gerhana Bulan Penumbra di Papua, Papua Barat, Papua Selatan, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua Barat Daya diperkirakan sekitar 17:18 hingga 17:50 WIT, tergantung pada wilayah, dengan akhir yang sama pada 19:00 WIT untuk semua wilayah.

Perbedaan ketika Bulan tidak gerhana (kiri) dengan saat Gerhana Bulan Penumbra (kanna). Kredit: Fred Espenak

Jadi, meskipun tidak seheboh dan semenarik Gerhana Bulan Total, setidaknya sebagian kecil Indonesia masih kebagian “cuplikan” fenomena ini.

Gerhana Matahari Parsial 29 Maret 2025

Dua minggu setelah Gerhana Bulan Total, giliran Matahari yang jadi bintang utama pada 29 Maret 2025. Kali ini adalah Gerhana Matahari Parsial, ketika Bulan akan menutupi sebagian wajah Matahari dalam pandangan dari Bumi. Berbeda dengan gerhana Matahari total yang bikin langit gelap seketika, gerhana Matahari parsial ini tidak akan membuat siang menjadi malam.

Berdasarkan data Time and Date, gerhana ini dimulai pukul 08:50 UTC (15:50 WIB), mencapai puncaknya pukul 10:47 UTC (17:47 WIB), dan selesai pukul 12:43 UTC (19:43 WIB). Durasi totalnya sekitar 3 jam 53 menit, cukup panjang untuk diamati kalau kamu berada di wilayah yang beruntung.

Tapi di mana wilayah itu? Gerhana ini akan terlihat di Eropa, Asia Utara, Afrika Barat Laut, sebagian besar Amerika Utara, Amerika Selatan bagian utara, plus kawasan Atlantik dan Arktik. Dari Greenland sampai Rusia barat laut, jutaan orang akan bisa melihat Matahari “digigit” Bulan dalam tingkat yang berbeda-beda.

Peta visibilitas gerhana Matahari parsial 29 Maret 2025. Kredit: Time and Date

Bagaimana dengan Indonesia?
Meskipun Gerhana Matahari Parsial ini terjadi pada siang hari waktu Indonesia, ketika Matahari ada di langit Indonesia, bukan berarti Indonesia masuk wilayah gerhananya. Gerhana Matahari berbeda dengan gerhana Bulan yang bisa terlihat berbarengan di satu belahan Bumi. Untuk bisa melihat gerhana Matahari, kita perlu berada di dalam jalur gerhananya.

Indonesia lagi-lagi tidak masuk daftar. Wilayah visibilitas gerhana ini terbatas pada belahan Bumi utara dan barat laut, jauh dari Asia Tenggara. Jadi, buat kamu yang berharap melihat Matahari separuh tertutup dari IKN, Jakarta, Balikpapan, Bali, Makassar, atau titik manapun di Indonesia, sepertinya harus puas dengan cuma menonton siaran langsung di internet atau foto-foto dari teman di luar negeri.

Kok Bisa Terjadi Gerhana?

Mungkin kamu bertanya, kok bisa Bulan dan Matahari “bermain petak umpet” begini? Semua bermuara pada tarian kosmik antara Bumi, Bulan, dan Matahari.

Gerhana Bulan terjadi saat fase Bulan Purnama, ketika posisi ketiganya sejajar, dan Bumi menghalangi cahaya Matahari ke Bulan. Sementara itu, Gerhana Matahari terjadi saat fase Bulan Baru, ketika Bulan berada di antara Bumi dan Matahari, melemparkan bayangannya ke permukaan Bumi. Jarak waktu antara gerhana Matahari ke gerhana Bulan adalah 2 pekan, vice versa, karena kesejajaran Matahari, Bumi, Bulan masih berlangsung.

Secara ilmiah, gerhana adalah bukti presisi alam semesta. Jarak dan ukuran Bulan serta Matahari ternyata pas banget sehingga bisa menciptakan pemandangan ini. Bulan, yang jauh lebih kecil dari Matahari, terlihat hampir sama besar dari Bumi karena jaraknya yang lebih dekat. Ini adalah “keajaiban” geometri kosmik yang bikin para ilmuwan dan pengamat langit takjub.

Gerhana Kok Sering Banget? Ada Dampaknya?

Gerhana memang fenomena yang sering banget terjadi sejak Bumi dan Bulan terbentuk 4 miliar tahun yang lalu, kata siapa gerhana itu fenomena langka?

Kalau kamu khawatir soal bencana alam atau perubahan iklim gara-gara gerhana, santai saja. Gerhana, baik gerhana Bulan maupun gerhana Matahari, tidak memiliki dampak seburuk itu bagi Bumi kita. Buktinya, ribuan kali gerhana telah terjadi selama ini, kehidupan di Bumi masih aman-aman saja.

Untuk Gerhana Bulan, efeknya hampir nol pada lingkungan fisik Bumi. Paling-paling, kita cuma dapat pemandangan cantik dan kesempatan buat foto-foto. Bahkan, bagi para ilmuwan, gerhana Bulan bisa jadi alat bantu untuk memelajari atmosfer Bumi. Cahaya merah yang sampai ke Bulan membawa informasi tentang debu, polusi, dan partikel di udara kita—semacam “scanner” alami.

Gerhana Matahari punya efek sedikit lebih terasa, tapi cuma efek sementara aja. Saat Matahari tertutup sebagian atau secara penuh, suhu di wilayah yang dilalui jalur gerhana bisa turun beberapa derajat, dan hewan-hewan tertentu mungkin bingung—ayam kembali ke kandang atau burung berhenti berkicau, misalnya. Tapi begitu gerhana selesai, semuanya balik normal.

Tidak ada bukti ilmiah yang bilang gerhana bakal memicu gempa, tsunami, atau kekacauan lain seperti yang kadang dirumorkan di media sosial.

Jadi, walaupun ada dua gerhana yang terjadi pada Ramadan tahun ini, tidak ada hal-hal negatif yang akan terjadi. Gerhana hanya fenomena luar angkasa yang terjadi karena planet kita punya satelit alami, jangan mau dibohongi pakai gerhana.

Sumber & Referensi:
  • Barry, C. (2025). What You Need To Know About the March 2025 Total Lunar Eclipse. NASA.
  • Carter, J. (2025). Where will the 'Blood Moon' total lunar eclipse be visible in March 2025?. SPACE.
  • Curran, M. (2025). A deep partial solar eclipse on March 29, 2025. EarthSky.
  • Dobrijevic, D. (2025). Partial solar eclipse 1 month away: The moon will take a 'bite' out of the sun on March 29. SPACE.
  • Espenak, F. (2025). Partial Solar Eclipse of 2025 Mar 29. EclipseWise.
  • Ford, D. (2025). Total lunar eclipse. In-th-sky.org.
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com

Posting Komentar

Kami sangat senang menerima komentar dari Anda. Sistem kami memoderasi komentar yang Anda kirim, jadi mungkin membutuhkan waktu beberapa saat untuk komentar Anda muncul di sini. Komentar dengan link/url akan otomatis dihapus untuk keamanan. Berkomentarlah dengan sopan dan santun.