![]() |
Ilustrasi. Kredit: Science Photo Library |
InfoAstronomy - Bayangkan kamu menaiki sebuah wahana antariksa yang meluncur tanpa henti di kegelapan ruang angkasa, melampaui planet-planet, meninggalkan tata surya, dan kini berada di wilayah yang belum pernah disentuh manusia sebelumnya. Itulah yang saat ini terjadi pada Voyager 1 dan Voyager 2.
Dua wahana antariksa kembar yang diluncurkan NASA pada tahun 1977 ini bukan sekadar mesin nirawak; mereka adalah duta polri kehidupan manusia ke alam semesta, membawa pesan tentang kehidupan di Bumi dan terus menjelajah selama lebih dari 47 tahun lamanya.
Namun, pernahkah kamu penasaran bagaimana mereka bisa terus bergerak? Bahan bakar apa yang memberi mereka tenaga? Dan sampai kapan mereka akan bertahan? Mari kita jelajahi kisah epik duo wahana antariksa ini dengan santai, tapi tetap penuh fakta menarik!
Apa Itu Voyager 1 dan 2?
Voyager 1 dan 2 adalah sepasang wahana antariksa yang lahir dari ambisi manusia untuk memahami tata surya. Diluncurkan pada tahun 1977, misi awal mereka cukup sederhana—atau lebih tepatnya, sangat ambisius untuk zamannya: menjelajahi planet-planet luar seperti Jupiter dan Saturnus. Voyager 2 bahkan mendapat bonus dengan mengunjungi Uranus dan Neptunus, berkat perhitungan cerdas dan sedikit keberuntungan kosmik.Tapi setelah tugas planet itu selesai, mereka tidak berhenti. Mereka terus melaju, menembus batas heliosfer—gelembung magnetik yang dibentuk oleh Matahari—dan kini resmi menjadi penjelajah ruang antarbintang.
Bayangkan mereka sebagai dua sahabat yang pergi berpetualang. Voyager 1, yang lebih cepat, meluncur dulu pada 5 September 1977, diikuti Voyager 2 pada 20 Agustus 1977. Meski Voyager 2 diluncurkan lebih awal, Voyager 1 mengambil jalur lebih pendek dan kini lebih jauh dari Bumi. Mereka dirancang untuk bertahan lima tahun, tapi seperti keras kepala, mereka menolak pulang dan terus mengirim kabar hingga hari ini.
![]() |
Ilustrasi posisi Voyager 1 dan 2 saat ini. Kredit: NASA |
Di Mana Mereka Sekarang?
Pada Februari 2025, Voyager 1 sudah berada sekitar 167 AU dari Bumi—satu AU adalah jarak Bumi ke Matahari, sekitar 149,6 juta kilometer. Artinya, Voyager 1 kini sekitar 25 miliar kilometer jauhnya!Voyager 2 sedikit tertinggal di 150 AU, atau sekitar 22,4 miliar kilometer. Mereka sudah keluar dari heliosfer sejak 2012 (Voyager 1) dan 2018 (Voyager 2), dan kini berada di ruang antarbintang, wilayah misterius tempat angin matahari tak lagi berkuasa. Di sana, mereka mengukur plasma antarbintang, partikel kosmik, dan medan magnet—data yang belum pernah kita miliki sebelumnya.
Jarak ini sulit dibayangkan. Cahaya dari Matahari butuh lebih dari 22 jam untuk mencapai Voyager 1, dan sinyal radio mereka—yang sangat lelet dibandingkan standar modern—membutuhkan waktu yang sama untuk sampai ke Bumi. NASA masih mendengarkan mereka melalui Deep Space Network, dengan setiap pesan komunikasi ibaratnya adalah perjalanan waktu yang epik.
Bagaimana Mereka Bergerak Tanpa Henti?
Kalau kamu pernah melempar bola di lapangan dan membayangkannya terus meluncur tanpa hambatan, itulah yang terjadi pada Voyager. Ruang angkasa hampir kosong—tanpa udara, tanpa gesekan. Setelah diluncurkan dengan roket Titan-Centaur, mereka mendapat dorongan awal yang kuat, ditambah bantuan gravitasi dari planet-planet besar seperti Jupiter dan Saturnus. Ini disebut “gravitational slingshot”—seperti ketapel kosmik yang melempar mereka lebih jauh dan lebih cepat.Dengan kata lain, Voyager 1 dan 2 tidak memerlukan bahan bakar untuk terus bergerak, apa lagi bensin oplosan karya koruptor. Wahana antariksa ini akan terus bergerak sampai ada sesuatu yang membuat mereka berhenti, misalnya tertabrak asteroid, atau jatuh ke planet alien.
Sekarang, mereka melaju dengan kecepatan konstan: Voyager 1 sekitar 61.000 km/jam dan Voyager 2 sekitar 55.000 km/jam relatif terhadap Matahari. Mereka tidak butuh bahan bakar untuk terus bergerak, karena hukum fisika sederhana, inersia, menjaga mereka tetap meluncur.
Sekarang, mereka melaju dengan kecepatan konstan: Voyager 1 sekitar 61.000 km/jam dan Voyager 2 sekitar 55.000 km/jam relatif terhadap Matahari. Mereka tidak butuh bahan bakar untuk terus bergerak, karena hukum fisika sederhana, inersia, menjaga mereka tetap meluncur.
Namun, untuk sesekali mengubah arah atau memastikan antena tetap mengarah ke Bumi, mereka punya sedikit daya di lengan mereka—atau lebih tepatnya, di tangki mereka.
Bahan Bakar Apa yang Mereka Pakai?
Meski tidak butuh bahan bakar untuk melaju, Voyager tetap membutuhkan tenaga untuk hidup—untuk menyalakan komputer, instrumen ilmiah, dan radio yang mengirim data ke Bumi. Di sinilah plutonium-238 masuk. Bukan, bukan plutonium seperti di film bom nuklir, tapi versi yang menghasilkan panas saat meluruh secara alami.Setiap Voyager membawa tiga generator termoelektrik radioisotop (RTG), masing-masing diisi dengan sekitar 4,5 kg plutonium-238 dalam bentuk oksida. Totalnya, ada 13,5 kg per pesawat.
RTG ini seperti pembangkit listrik mini. Panas dari peluruhan plutonium diubah menjadi listrik melalui termokopel—sebuah teknologi simpel tapi cerdas. Saat diluncurkan, ketiga RTG ini menghasilkan sekitar 470 watt listrik, cukup untuk menyalakan semua sistem.
Tapi karena plutonium-238 punya waktu paruh (decay time) 87,7 tahun, dayanya perlahan menurun. Sekarang, di 2025, mereka mungkin hanya menghasilkan separuh dari itu, dan para ilmuwan harus pintar-pintar memilih apa yang tetap menyala.
![]() |
Bagian-bagian wahana antariksa Voyager (1 dan 2). Kredit: NASA / JPL-CALTECH |
Lalu ada hidrazin, bahan bakar kimia yang digunakan untuk pendorong kecil mereka. Hidrazin ini disimpan di tangki dan dilepaskan dalam semburan kecil untuk mengatur posisi atau mengoreksi lintasan. Bayangkan seperti menyemprotkan sedikit parfum—cukup untuk menyesuaikan, tapi tidak boros. Setelah 47 tahun, hidrazin ini mulai menipis, dan beberapa tabung pendorong bahkan tersumbat, tapi NASA masih menemukan cara untuk menjaga mereka tetap “menari” di ruang angkasa.
Bagaimana Komputer Mereka Tetap Menyala?
Komputer Voyager bukan seperti laptop modern yang boros daya. Mereka sederhana, hemat energi, dan tangguh—dibuat dengan teknologi 1970-an yang bisa bertahan dari radiasi kosmik. Tidak ada baterai yang diisi ulang di sini; semua daya langsung dari RTG.Awalnya, listriknya cukup untuk menjalankan semua instrumen—dari kamera hingga detektor partikel. Tapi seiring daya RTG menurun, NASA mulai mematikan alat-alat yang kurang penting, seperti pemanas atau kamera yang sudah tak terpakai setelah melewati planet.
Sekarang, mereka fokus menjaga sistem komunikasi dan beberapa alat pengukur antarbintang. Diperkirakan daya RTG akan cukup hingga 2030, tergantung seberapa hemat mereka bisa bertahan. Setelah itu, ketika listrik turun di bawah ambang batas minimum, komputer akan mati, dan Voyager akan menjadi bisu—meski tetap meluncur dalam diam ke arah tak terbatas.
Sekarang, mereka fokus menjaga sistem komunikasi dan beberapa alat pengukur antarbintang. Diperkirakan daya RTG akan cukup hingga 2030, tergantung seberapa hemat mereka bisa bertahan. Setelah itu, ketika listrik turun di bawah ambang batas minimum, komputer akan mati, dan Voyager akan menjadi bisu—meski tetap meluncur dalam diam ke arah tak terbatas.
Pencapaian dan Warisan
Voyager bukan cuma soal teknologi; mereka membawa cerita. Mereka menemukan gunung berapi aktif di Io, bulan Jupiter—kejutan besar pada masanya. Mereka memperlihatkan detail cincin Saturnus yang memesona, dan Voyager 2 memberi kita gambaran pertama tentang Uranus dan Neptunus yang dingin dan misterius. Kini, di ruang antarbintang, mereka mengukur hal-hal yang sebelumnya hanya teori, seperti kepadatan plasma di luar tata surya.![]() |
Planet Jupiter (belakang) dan Io, satelit alaminya, di depannya, dipotret oleh wahana antariksa Voyager 2. Kredit: NASA / JPL-CALTECH |
Dan ada bonus kecil yang romantis: keduanya membawa Golden Record, piringan emas berisi suara dan gambar kehidupan di Bumi—dari suara ombak hingga musik gamelan dari Indonesia. Ini adalah kapsul waktu kita, pesan untuk alien yang mungkin menemukan mereka suatu hari nanti.
Voyager 1 dan 2 adalah bukti bahwa sesuatu yang sederhana bisa mencapai hal luar biasa. Dengan plutonium-238 sebagai jantungnya, hidrazin sebagai napasnya, dan inersia sebagai langkahnya, mereka telah melampaui harapan siapa pun.
Sampai Kapan Mereka Bertahan?
Voyager tidak akan berhenti bergerak dalam waktu dekat—mungkin jutaan tahun, sampai bertabrakan dengan sesuatu di galaksi. Tapi kemampuan mereka untuk berkomunikasi akan berakhir lebih cepat. NASA memperkirakan daya RTG akan habis sekitar 2030, meski beberapa optimis bilang mereka bisa bertahan sampai 2036 untuk data teknis sederhana. Ketika itu terjadi, kita akan kehilangan kontak, dan mereka akan menjadi penjelajah sunyi, membawa cerita manusia ke ujung alam semesta.Voyager 1 dan 2 adalah bukti bahwa sesuatu yang sederhana bisa mencapai hal luar biasa. Dengan plutonium-238 sebagai jantungnya, hidrazin sebagai napasnya, dan inersia sebagai langkahnya, mereka telah melampaui harapan siapa pun.
Mereka bukan cuma mesin; mereka adalah simbol rasa ingin tahu manusia yang tak pernah padam. Jadi, lain kali kamu menatap langit malam, ingat: ada dua titik kecil di sana, jauh di antara bintang-bintang, yang masih membawa nama kita ke tempat yang tak pernah kita bayangkan sebelumnya.
Sumber & Referensi:
- Godfrey, K. (2019). Everything you need to know about the Voyager mission. Scientific American.
- Kurth, W. S., Burlaga, L. F., Kim, T., Pogorelov, N. V., & Granroth, L. J. (2023). Voyager Observations of Electron Densities in the Very Local Interstellar Medium. The Astrophysical Journal, 951(1), 71.
- NASA. (2025). Voyager mission overview. NASA Science.
- Rondoni, L., & Sacco, A. (2024, February). Outer Heliosphere and Interstellar Medium: Investigation on the Signal Fluctuations Collected by Voyager Probes. In International Conference on Nonlinear Dynamics and Applications (pp. 192-205). Cham: Springer Nature Switzerland.
- Wang, J. (2024). Voyager Program: Around the Solar System and Beyond. In Eye Beyond the Sky (pp. 233-245). Springer, Singapore.