![]() |
Jam Kiamat yang baru saja diumumkan. Kredit: Bulletin of the Atomic Scientist |
InfoAstronomy - Tahun 1947, tujuh puluh delapan tahun lalu, para ilmuwan menciptakan sebuah alat penanda waktu simbolis bernama Jam Kiamat (Doomsday Clock) untuk mengukur seberapa dekat umat manusia menghadapi kehancuran dunia.
Pada 28 Januari 2025 kemarin, jam tersebut disetel ulang: 89 detik menuju tengah malam — posisi terdekat menuju tengah malam yang pernah tercatat sejak Jam Kiamat dibuat oleh Bulletin of the Atomic Scientists. Tengah malam melambangkan momen ketika Bumi menjadi tidak layak huni.
Selama dua tahun sebelumnya, jam ini berada di 90 detik menuju tengah malam akibat invasi Rusia ke Ukraina, potensi perlombaan senjata nuklir, genosida di Palestina, dan krisis iklim.
Meski tidak dirancang untuk mengukur ancaman secara pasti, Jam Kiamat bertujuan memicu diskusi tentang isu-isu ilmiah kompleks seperti perubahan iklim.
"Kami mendekatkan jam ke tengah malam karena tidak ada kemajuan positif yang memadai dalam mengatasi tantangan global, seperti risiko nuklir, perubahan iklim, ancaman biologis, dan perkembangan teknologi disruptif seperti AI," ujar Daniel Holz, Ketua Dewan Sains dan Keamanan Bulletin serta profesor di Universitas Chicago, dalam konferensi pers.
Pada 28 Januari 2025 kemarin, jam tersebut disetel ulang: 89 detik menuju tengah malam — posisi terdekat menuju tengah malam yang pernah tercatat sejak Jam Kiamat dibuat oleh Bulletin of the Atomic Scientists. Tengah malam melambangkan momen ketika Bumi menjadi tidak layak huni.
Selama dua tahun sebelumnya, jam ini berada di 90 detik menuju tengah malam akibat invasi Rusia ke Ukraina, potensi perlombaan senjata nuklir, genosida di Palestina, dan krisis iklim.
Meski tidak dirancang untuk mengukur ancaman secara pasti, Jam Kiamat bertujuan memicu diskusi tentang isu-isu ilmiah kompleks seperti perubahan iklim.
"Kami mendekatkan jam ke tengah malam karena tidak ada kemajuan positif yang memadai dalam mengatasi tantangan global, seperti risiko nuklir, perubahan iklim, ancaman biologis, dan perkembangan teknologi disruptif seperti AI," ujar Daniel Holz, Ketua Dewan Sains dan Keamanan Bulletin serta profesor di Universitas Chicago, dalam konferensi pers.
"Negara pemilik senjata nuklir justru memperbesar dan memperluas persenjataan nuklir mereka, menghabiskan ratusan miliar dolar cuma untuk senjata yang bisa menghancurkan peradaban manusia berkali-kali lipat."
Perkembangan teknologi disruptif seperti AI, bioteknologi, dan eksplorasi ruang angkasa juga jauh melampaui regulasi yang ada. Holz menambahkan, "Semua ancaman ini diperparah oleh misinformasi, disinformasi, dan teori konspirasi yang merusak ekosistem komunikasi dan mengaburkan batas antara fakta dan kebohongan."
Perkembangan teknologi disruptif seperti AI, bioteknologi, dan eksplorasi ruang angkasa juga jauh melampaui regulasi yang ada. Holz menambahkan, "Semua ancaman ini diperparah oleh misinformasi, disinformasi, dan teori konspirasi yang merusak ekosistem komunikasi dan mengaburkan batas antara fakta dan kebohongan."
Apa Itu Jam Kiamat?
Bulletin of the Atomic Scientists didirikan oleh ilmuwan yang terlibat dalam Proyek Manhattan (pengembangan bom atom pada Perang Dunia II). Awalnya, jam ini hanya mengukur ancaman nuklir, tetapi sejak 2007, perubahan iklim turut diperhitungkan.Selama 78 tahun, posisi jarum jam terus berubah sesuai ancaman yang diyakini para ilmuwan. Terkadang jarum bergeser, terkadang tidak.
![]() |
Posisi jarum jam pada Jam Kiamat dari tahun 1947-2023. Kredit: Ensiklopedia Britannica |
Jam Kiamat ditetapkan setiap tahun oleh Dewan Sains dan Keamanan Bulletin, dengan masukan dari Dewan Sponsor yang didirikan Albert Einstein pada 1948. Dewan ini terdiri dari sembilan peraih Nobel, sebagian besar di bidang fisika atau kedokteran.
Meski efektif sebagai peringatan, beberapa pihak mempertanyakan kegunaannya. "Ini metafora yang tidak sempurna," kata Michael E. Mann, profesor di Universitas Pennsylvania. Namun, ia mengakui jam ini tetap penting untuk mengingatkan kerapuhan eksistensi manusia.
Meski efektif sebagai peringatan, beberapa pihak mempertanyakan kegunaannya. "Ini metafora yang tidak sempurna," kata Michael E. Mann, profesor di Universitas Pennsylvania. Namun, ia mengakui jam ini tetap penting untuk mengingatkan kerapuhan eksistensi manusia.
Apa Jadinya Kalau Jam Mencapai Tengah Malam?
Jam Kiamat selama ini belum pernah mencapai tengah malam. Para ilmuwan (dan seharusnya juga kita semua) berharap hal itu nggak akan pernah terjadi."Jika sampai terjadi, artinya mungkin telah terjadi perang nuklir atau perubahan iklim katastropik yang memusnahkan manusia. Kita tak akan tahu karena sudah terlambat," kata Rachel Bronson, Presiden Bulletin.
Seberapa Akurat Jam Kiamat?
Jam Kiamat bukan untuk memprediksi kapan kiamat dalam ranah agama akan terjadi, melainkan dibuat untuk pengingat kerusakan Bumi oleh manusia.
Keakuratan Jam Kiamat bukanlah tujuan utama. Yang lebih penting adalah mendorong diskusi publik tentang ancaman eksistensial. Contohnya, pada KTT Iklim 2021, PM Inggris Boris Johnson mengutip Jam Kiamat untuk menyoroti krisis iklim.
Bagaimana Masyarakat Bisa Membantu?
Untuk membantu memundurkan waktu pada Jam Kiamat, masyarakat dapat mengambil berbagai langkah nyata.Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah mendukung pengendalian senjata nuklir dengan mendorong pemerintah untuk berpartisipasi dalam perjanjian nonproliferasi nuklir dan mengurangi persenjataan yang berisiko memicu konflik global.
Selain itu, upaya mengatasi perubahan iklim juga sangat penting. Masyarakat dapat mengurangi penggunaan energi fosil dengan beralih ke sumber energi terbarukan, mengurangi konsumsi dan limbah, serta berpartisipasi dalam kegiatan penghijauan untuk menjaga keseimbangan lingkungan.
Di era informasi saat ini, melawan disinformasi dan meningkatkan literasi sains juga menjadi kunci dalam mengurangi risiko global. Mengedukasi diri sendiri dan orang lain mengenai ancaman dunia berdasarkan sains, serta menyebarkan informasi akurat tentang perubahan iklim, teknologi AI, dan geopolitik, dapat membantu mengarahkan kebijakan dan opini publik ke arah yang lebih baik.
Selain itu, perkembangan teknologi yang pesat menuntut kesadaran etika dalam penggunaannya. Regulasi yang ketat terhadap kecerdasan buatan dan bioteknologi perlu didorong agar tidak disalahgunakan dan tidak memperburuk ketimpangan sosial maupun konflik geopolitik.
Di era informasi saat ini, melawan disinformasi dan meningkatkan literasi sains juga menjadi kunci dalam mengurangi risiko global. Mengedukasi diri sendiri dan orang lain mengenai ancaman dunia berdasarkan sains, serta menyebarkan informasi akurat tentang perubahan iklim, teknologi AI, dan geopolitik, dapat membantu mengarahkan kebijakan dan opini publik ke arah yang lebih baik.
Selain itu, perkembangan teknologi yang pesat menuntut kesadaran etika dalam penggunaannya. Regulasi yang ketat terhadap kecerdasan buatan dan bioteknologi perlu didorong agar tidak disalahgunakan dan tidak memperburuk ketimpangan sosial maupun konflik geopolitik.
Lebih jauh, setiap individu dapat berkontribusi dengan menjadi warga dunia yang aktif, misalnya dengan berpartisipasi dalam kampanye lingkungan dan perdamaian, memilih pemimpin yang memiliki visi keberlanjutan, serta bergabung dalam komunitas yang peduli terhadap masa depan planet ini.
Meskipun perubahan besar membutuhkan peran pemerintah dan organisasi internasional, individu tetap dapat berkontribusi dengan meningkatkan kesadaran, mengubah kebiasaan, serta mendorong kebijakan yang lebih baik demi menciptakan dunia yang lebih aman dan berkelanjutan.
Meskipun perubahan besar membutuhkan peran pemerintah dan organisasi internasional, individu tetap dapat berkontribusi dengan meningkatkan kesadaran, mengubah kebiasaan, serta mendorong kebijakan yang lebih baik demi menciptakan dunia yang lebih aman dan berkelanjutan.
Jangan sampai kita tiba di tengah malam itu.
Sumber & Referensi:
- Lerner, L. (2025). Doomsday Clock moves closest ever to apocalypse—at 89 seconds to midnight. University of Chicago News.
- Mecklin, J. (2025). Closer than ever: It is now 89 seconds to midnight. Bulletin of the Atomic Scientists.
- Ostberg, R. (2025). Doomsday Clock. Encylopedia of Britannica.
- Pappas, S. (2025). Doomsday Clock is now 89 seconds to midnight, the closest yet to catastrophe. LiveScience.