Ilustrasi. Kredit: Tim desain InfoAstronomy.org |
InfoAstronomy - Satelit alami mengitari planet, planet mengitari bintang, bintang mengitari pusat galaksi. Uniknya, menurut pengamatan, galaksi tidak mengitari apapun, tetapi galaksi Bimasakti kita dan 400 galaksi lainnya sedang ditarik ke arah suatu objek tak terlihat, Great Attractor!
Pada tahun 1929, para astronom menemukan fakta bahwa pergeseran merah, perubahan panjang gelombang cahaya dari suatu objek astronomi ke arah yang lebih merah dalam spektrum elektromagnetik, pada sebuah galaksi berbanding lurus dengan jaraknya, sehingga memberi kita cara untuk mengukur jarak galaksi-galaksi jauh, yang mengarah pada penemuan pemuaian alam semesta.
Yup, alam semesta memuai. Dengan kata lain, ruang di antara galaksi-galaksi di alam semesta itu semakin meluas seiring waktu. Kecepatan pemuaiannya diketahui sekitar 70 kilometer per detik per megaparsec. Artinya, setiap jarak 1 megaparsec (3,26 juta tahun cahaya / 30.856.775.812.381.086.000 kilometer), ruang angkasa memuai seluas 70 kilometer.
Energi penyebab pemuaian alam semesta belum diketahui dengan jelas. Maka dari itu, para astronom menyebutnya sebagai energi gelap, suatu bentuk energi misterius yang mendorong percepatan pemuaian alam semesta, menyusun sekitar 68% dari total energi-massa alam semesta.
Pengetahuan ini, selain membantu kita memelajari tentang bentuk alam semesta dan pemuaiannya, juga menghasilkan penemuan yang masih menjadi teka-teki. Ketika para astronom secara aktif memetakan alam semesta teramati, mereka justru menemukan adanya 400 galaksi di sekitar galaksi Bimasakti, termasuk galaksi Bimasakti kita sendiri, sedang bergerak menuju sesuatu yang tidak dapat kita lihat.
Penyebab tidak terlihat? Sesuatu yang menarik 400 galaksi itu rupanya berada di "Zona Penghindaran (Zone of Avoidance)", atau area langit yang tertutup oleh bidang galaksi kita dan debu kosmik di dalamnya, sehingga kita sulit melihatnya dari Bumi. Apapun itu, untuk bisa menarik galaksi dalam jumlah besar, dibutuhkan massa yang besar pula. Kita tidak bisa melihatnya, tapi kita sedang terseret menuju sesuatu yang sangat besar itu.
Para astronom menjuluki sesuatu ini sebagai Great Attractor.
Ilustrasi arah pergerakan galaksi menuju Great Attractor. Kredit: Phys.org |
Menurut pengamatan terakhir, meskipun sebagian besar apa yang menjadi Great Attractor ini masih terhalang oleh Zona Penghindaran, para astronom telah mempunyai gambaran yang cukup baik tentang apa yang tidak bisa kita lihat itu.
Gambaran itu didapat setelah para astronom mengamati galaksi-galaksi lain di sekitar Bimasakti yang menunjukkan bahwa galaksi-galaksi tersebut berkumpul membentuk sebuah supergugus galaksi, kumpulan dari gugusan galaksi, yang disebut Supergugus Galaksi Laniakea.
Laniakea terdiri dari gugus galaksi Grup Lokal (tempat Bimasakti berada), gugus galaksi Norma, gugus galaksi Virgo, gugus galaksi Antlia, gugus galaksi Hydra, gugus galaksi Coma, gugus galaksi Centaurus, gugus galaksi NGC 5846, gugus galaksi Abell 3565, gugus galaksi Abell S0753, dan gugus galaksi Abell 3574.
Nah, pergerakan galaksi-galaksi di seantero Supergugus Galaksi Laniaka teramati kompak menuju ke arah gugus Norma dan Centaurus, mendekati lokasi yang disebut sebagai Great Attractor. Sayangnya, belum diketahui dengan jelas apa dan kenapa bisa ada Great Attractor, penjelasan paling memuaskan sejauh ini adalah adanya akumulasi massa yang begitu besar di gugus galaksi Norma, sehingga menarik gugus-gugus galaksi lain ke arahnya.
Maka dari itu, disimpulkanlah bahwa Great Attractor adalah area di mana galaksi-galaksi di area alam semesta lokal kita akan berkumpul, menjadi titik gravitasi pusatnya.
Apakah Bahaya Bagi Galaksi Kita?
Pertanyaan yang mungkin ada di pikiran kamu sekarang adalah, apakah Great Attractor berbahaya bagi galaksi Bimasakti kita? Akankah galaksi Bimasakti bertabrakan dengan galaksi-galaksi lain nantinya?
Sayangnya, (atau untungnya?) tidak. Great Attractor ternyata fana, tidak akan bertahan lama. Memuainya alam semesta sehingga semakin meluasnya alam semesta pada akhirnya akan memisahkan galaksi Bimasakti dan 400 galaksi lainnya dari pengaruh Great Attractor.
Dengan kata lain, dalam perlombaan "tarik tambang" antara gravitasi antargalaksi dengan pemuaian alam semesta, pemuaian akan menang kali ini. Energi gelap yang merupakan penyebab pemuaian alam semesta akan merobek supergugus ini dan menjauhkan mereka satu sama lain. Galaksi kita tidak akan pernah mencapai titik penarik utama Great Attractor.
Sumber:
- https://www.scienceabc.com/nature/universe/what-is-the-great-attractor-and-how-will-it-destroy-us.html
- https://phys.org/news/2016-05-great-attractor-milky.html
- https://www.nasa.gov/mission_pages/hubble/science/great-attractor.html
Sumber Jurnal:
- Mutabazi, T. (2021). Does the Great Attractor partake in large scale motions?. New Astronomy, 87, 101597.
- Riddle, B. (2018). Motions of the Earth and beyond. Science Scope, 41(7), 96-101.
- Thévenot, M., Cornen, C., Goodwin, B. L., Macmillan, C., Stenner, A. G., & Téglás, B. (2020). Galaxies in the Zone of Avoidance with the Spitzer Space Telescope. Research Notes of the AAS, 4(9), 159.
- Quintana, H., Proust, D., Dünner, R., Carrasco, E. R., & Reisenegger, A. (2020). A redshift database towards the Shapley supercluster region. Astronomy & Astrophysics, 638, A27.