Info Astronomy - Sebulan dari sekarang, atau tepatnya pada 20 April 2023 mendatang, sebuah fenomena gerhana Matahari hibrida akan terjadi. Indonesia akan menjadi salah satu negara yang dilalui gerhana ini, lho!
Namun, tunggu dulu, "hibrida"? Fenomean gerhana seperti apa itu ya?
Jadi, selain gerhana Matahari total, gerhana Matahari cincin, dan gerhana Matahari sebagian, ada juga yang dikenal sebagai gerhana Matahari hibrida, diambil dari kata "hybrid" yang bisa diartikan sebagai "berubah".
Ya, gerhana Matahari hibrida ini adalah gerhana yang bisa berubah. Gerhana Matahari hibrida didefinisikan sebagai gerhana Matahari cincin dan gerhana Matahari total yang terjadi pada satu waktu bersamaan secara berurutan.
Bagaimana Proses Terjadinya?
Dalam mengelilingi Bumi, Bulan tidak melintasi jalur yang melingkar sempurna, melainkan berbentuk elips. Nah, gerhana Matahari hibrida bisa terjadi karena jarak antara Bulan dan Bumi yang bervariasi karena orbitnya berbentuk elips itu.
Dengan begitu, sebuah gerhana Matahari bisa menjadi hibrida, yang mana biasanya dimulai dengan gerhana Matahari cincin, diikuti perubahan menjadi gerhana Matahari total, lalu kembali lagi menjadi gerhana Matahari cincin, dalam waktu yang singkat.
Biar lebih paham, lihat diagram di bawah ini deh:
Pada diagram di atas, kita melihat bahwa jalur orbit Bulan berbentuk elips. Saat gerhana Matahari hibrida dimulai, Bulan sedang berada di titik terjauh dalam orbitnya, sehingga umbra (bayangan gelap Bulan) tidak mencapai permukaan Bumi. Hasilnya, yang muncul adalah bayangan antumbra, sehingga yang teramati dari Bumi adalah gerhana Matahari cincin karena diameter sudut Bulan lebih kecil.
Ya, seperti yang sempat kita pelajari dulu di bangku sekolah, gerhana Matahari cincin terjadi ketika diameter sudut Bulan lebih kecil daripada Matahari di langit Bumi, sehingga membentuk struktur cincin di sekitar Bulan ketika ia berada tepat di depan Matahari.
Kembali lagi ke gerhana Matahari hibrida, Bulan yang terus bergerak dalam orbitnya itu lambat laun semakin dekat dengan Bumi, sehingga diameter sudutnya mulai membesar, membuat bayangan umbra akhirnya mencapai permukaan Bumi. Terjadilah gerhana Matahari total.
Sudah lebih memahami? Gerhana Matahari hibrida bisa berubah dari gerhana Matahari cincin menjadi gerhana Matahari total karena jarak Bulan dalam orbitnya berubah akibat jalur orbitnya yang elips. Gerhana unik inilah yang bisa diamati pada 20 April 2023 mendatang.
Gerhana Matahari hibrida ini dimulai dan diakhiri dengan gerhana Matahari cincin yang terjadi di Samudera Hindia dan Samudra Pasifik. Gerhana Matahari hibrida akan dimulai di Samudera Hindia, kemudian bergerak ke utara melintasi Australia barat di wilayah Exmouth, dan berlanjut ke Timor Leste, Maluku Barat Daya, Maluku Tengah, Papua Barat, Papua, hingga akhirnya berakhir di Samudera Pasifik.
Gerhana Matahari hibrida ini merupakan gerhana pertama dari empat peristiwa gerhana yang akan terjadi sepanjang tahun 2023 ini. Dalam keempat gerhana tersebut, tiga di antaranya dapat diamati dari Indonesia, yaitu gerhana Matahari hibrida 20 April, gerhana Bulan penumbra pada 5 Mei, dan gerhana Bulan parsial pada 28 Oktober.
Seperti ini peta visibilitasnya:
Jalur totalitas di indonesia akan melintasi Pulau Kisar, Pulau Maopora, Pulau Damar, Pulau Manaoka (wilayah bagian baratnya), Oeta (Kepulauan Watubela), Antalisa, Papua Barat (wilayah "leher"), Roswar, Pulau Num, Pulau Roon, Biak.
Selain wilayah yang tidak disebutkan di atas artinya tidak bisa melihat gerhana Matahari hibrida, melainkan hanya gerhana Matahari parsial saja. Jakarta misalnya, yang hanya akan melihat gerhana Matahari parsial di mana Matahari tertutup sekitar 50%.
Jam Berapa Bisa Diamati?
Waktu terjadinya gerhana Matahari hibrida berbeda-beda tergantung letak Matahari dan Bulan di langit. Nah, berikut ini adalah perbedaannya.
Untuk Indonesia bagian barat:
- Lokasi pertama dimulainya gerhana Matahari parsial: 08:34:22 WIB
- Lokasi pertama dimulainya gerhana Matahari total: 09:37:04 WIB
- Waktu terjadinya puncak gerhana: 11:16:49 WIB
- Lokasi terakhir berakhirnya gerhana Matahari total: 12:56:36 WIB
- Lokasi terakhir berakhirnya gerhana Matahari parsial: 13:59:18 WIB
- Lokasi pertama dimulainya gerhana Matahari parsial: 09:34:22 WITA
- Lokasi pertama dimulainya gerhana Matahari total: 10:37:04 WITA
- Waktu terjadinya puncak gerhana: 12:16:49 WITA
- Lokasi terakhir berakhirnya gerhana Matahari total: 13:56:36 WITA
- Lokasi terakhir berakhirnya gerhana Matahari parsial: 14:59:18 WITA
- Lokasi pertama dimulainya gerhana Matahari parsial: 10:34:22 WIT
- Lokasi pertama dimulainya gerhana Matahari total: 11:37:04 WIT
- Waktu terjadinya puncak gerhana: 13:16:49 WIT
- Lokasi terakhir berakhirnya gerhana Matahari total: 14:56:36 WIT
- Lokasi terakhir berakhirnya gerhana Matahari parsial: 15:59:18 WIT
- Beall, A. (2023). A stellar year ahead. New Scientist, 257(3420), 48.
- Stockman, L. M. (2020). The Planets in 2023. Yearbook of Astronomy 2021, 78.