Info Astronomy - Pada masa sekolah dulu, kita sudah pernah belajar kalau bintang adalah satu-satunya objek di alam semesta yang bisa bersinar lewat fusi nuklir. Lalu, kenapa kok Bulan juga bisa bersinar ya? Dari mana asal cahayanya?
Ini memang tampaknya merupakan pertanyaan yang sangat sederhana. Namun, ternyata tidak semua orang tahu, lho. Tapi sebelum lanjut, tahukah kamu kalau Bulan bisa dikatakan hanya merupakan bongkahan batu besar berdiameter sekitar 3.474 kilometer yang mengitari Bumi kita?
Menurut UniverseToday.com, tidak ada fusi nuklir yang terjadi di Bulan, sehingga ia tidak bisa memancarkan cahayanya sendiri layaknya bintang, layaknya Matahari. Nah, asal muasal cahaya Bulan tentu saja dari... Matahari.
Sadarkah kamu bagaimana bisa terjadi siang hari di Bumi? Siang adalah kondisi ketika Bumi disinari oleh Matahari. Karena sama-sama berada di luar angkasa, Bulan pun juga ikut terkena sinar Matahari tuh. Sinar Matahari yang menyinari permukaan Bulan lantas dapat kita lihat dari permukaan Bumi. Itulah kenapa Bulan bisa bercahaya.
Sama seperti Bumi, hanya separuh bagian Bulan saja yang disinari Matahari karena bentuknya bulat. Itulah mengapa kita bisa melihat fase-fase Bulan, mulai dari fase sabit, fase separuh, hingga fase purnama, semuanya tergantung posisi Bulan dan sinaran Matahari pada permukaannya.
Dengan kata lain, ketika kita melihat cahaya Bulan dari permukaan Bumi, tandanya kita sedang melihat sisi siang hari di Bulan, sementara bagian gelap pada Bulan adalah sisi malam harinya yang sedang tidak terkena sinar Matahari.
Fenomena ini juga terjadi pada planet-planet di tata surya. Kita bisa melihat planet-planet tata surya di langit malam karena mereka juga disinari Matahari seperti Bumi. Dan karena jaraknya paling dekat dengan Bumi, Venus menjadi planet paling terang di langit, bahkan menjadi objek langit paling terang ketiga setelah Matahari dan Bulan.
Itulah bagaimana Bulan bisa bersinar. Bisa dengan mudah untuk dinalar, kan?