Gabung menjadi member BelajarAstro KLUB yuk! Cek benefitnya~

Saran pencarian

Apa yang Terjadi Kalau Kita Mendarat di Planet Jupiter?

Cara terbaik untuk menjelajahi sebuah planet tentunya adalah dengan mendarat di permukaannya.

Info Astronomy - Cara terbaik untuk menjelajahi sebuah planet tentunya adalah dengan mendarat di permukaannya. Itulah mengapa para astronom selama ini telah banyak mengirim wahana antariksa baik berawak maupun nirawak ke Bulan, Venus, Mars, hingga bulan terbesar milik Saturnus, Titan.

Sayangnya, tidak semua objek angkasa bisa didarati, salah satunya adalah planet Jupiter.

Alasannya sederhana. Menurut ScientificAmerican.com, Jupiter dikenal sebagai raksasa gas dengan atmosfernya terutama terdiri atas gas hidrogen dan helium. Planet ini tertutup awan tebal berwarna merah, cokelat, kuning dan putih (garis-garis yang bisa kamu lihat pada permukaan teratas planet ini) yang tebalnya sekitar 50 kilometer.

Di bawah lapisan awan tebal ini terdapat lapisan hidrogen dan helium lagi setebal 2.100 kilometer, yang menariknya telah berubah dari gas menjadi bentuk cair seiring dengan meningkatnya kedalaman dan tekanan pada bagian dalam Jupiter.

Jadi, ada kemungkinan besar Jupiter tidak memiliki permukaan padat sama sekali. Tidak ada permukaan yang bisa didarati atau dipijak seperti yang sedang kamu lakukan di Bumi saat ini. Namun, diyakini bahwa Jupiter mungkin memiliki inti batuan kecil yang terletak di bawah puluhan ribu kilometer atmosfernya.

Bagaimana Kalau Nekat Mendarat?
Pertama-tama, begitu kita memasuki atmosfer Jupiter, tubuh kita akan langsung hancur di bawah tekanan yang sangat besar pada bagian dalam Jupiter. Selain itu, tidak ada oksigennya di atmosfer Jupiter tentu membuat kita akan kehabisan napas.

Namun, mari kita asumsikan bahwa kita sedang memakai baju astronaut khusus yang dirancang sedemikian rupa untuk dapat melindungi kita dari suhu Jupiter yang sangat panas, radiasi yang mematikan, kekurangan oksigen, dan tekanan yang sangat besar. Dengan baju astronaut canggih ini, kita tidak bisa hancur atau mati, dan mari kita lihat apa yang akan terjadi pada kita jika jatuh ke Jupiter.

Dari atmosfer teratasnya, gravitasi Jupiter yang kuat akan mulai mempercepat gerak jatuh kamu melewati lapisan atmosfer dengan kecepatan sekitar 180.000 kilometer per jam, atau 2,25 kali lebih cepat daripada jika kita jatuh ke Bumi dari luar angkasa.

Kamu akan mulai jatuh memasuki awan amonia putih dengan tekanan 0,5 atmosfer. Pada ketinggian ini, kamu masih dapat melihat cahaya Matahari, tetapi akan merasa dingin karena suhu di area tersebut berada di bawah minus 150 derajat Celcius.

Segera setelah itu, kamu akan terjebak dalam satu tornado raksasa, yang tercipta dari angin awan teratas Jupiter yang berembus secepat 482 kilometer per jam. Angin kencang ini tercipta karena Jupiter adalah planet dengan rotasi tercepat di tata surya kita. Bayangkan saja, Bumi butuh 24 jam untuk sekali berotasi, sementara Jupiter hanya butuh 9 jam.

Saat kamu berhasil mencapai dasar awan amonia putih tersebut, kamu akan mulai merasakan tekanan 1 atmosfer. Pada titik kedalaman ini, kita kemungkinan masih bisa melihat sinar Matahari.

Tunggu dulu, bagaimana kita bisa tahu tentang bagian dalam Jupiter ini? Memangnya sudah ada manusia yang pernah ke sana? Memang, belum ada manusia yang rela mati untuk masuk ke Jupiter. Namun, pada tahun 1995, wahana antariksa Galileo milik NASA berhasil mencapai kedalaman 120 kilometer sebelum akhirnya hancur oleh tekanan Jupiter yang besar. Wahana antariksa nirawak tersebut hanya aktif sekitar 58 menit di dalam atmosfer Jupiter.

Jatuh lebih dalam lagi, kamu akan melihat sekelilingmu yang gelap gulita. Namun, akan ada sumber cahaya berupa badai petir yang terjadi di sekitarmu. Suhu udara akan mulai memanas karena tekanan yang terus meningkat, yang mana sudah mencapai 10 atmosfer.

Pada kedalaman sekitar 4.500 kilometer, suhunya di sekelilingmu sudah mencapai 3.372 derajat Celcius. Suhu ini sudah cukup panas untuk melelehkan tungsten yang merupakan logam dengan titik leleh tertinggi di alam semesta. Oh iya, pada titik ini, kita masih belum mencapai separuh perjalanan untuk mencapai inti planet Jupiter.

Memasuki Bagian Terdalam
Setelah beberapa jam tenggelam, kamu akan berada pada kedalaman hampir 21.000 kilometer di Jupiter, titik di mana kamu akan mencapai lapisan terdalam Jupiter. Di sini, kamu akan mengalami tekanan dua juta kali lebih kuat dari tekanan di Bumi. Baju astronautmu harus benar-benar kuat, atau tubuhmu akan remuk seketika.

Pada saat yang sama, suhu akan mencapai 6.000 derajat Celcius, yang mana ini merupakan suhu yang lebih panas dari permukaan Matahari. Pada titik kedalaman ini, kamu akan berenang melalui cairan superkritis (zat yang bukan cair atau gas), yang dikenal sebagai hidrogen metalik. Wilayah tersebut akan berupa cairan yang sangat padat, yang tidak memungkinkan kamu untuk bergerak dengan mudah. Kamu akan berada dalam keadaan mengambang bebas di pertengahan Jupiter.

Jika entah bagaimana kamu berhasil bergerak dan melarikan diri, kamu akan mulai jatuh lagi karena tarikan gravitasi Jupiter yang kuat, mencapai kedalaman ribuan kilometer sampai kamu mencapai dasar batuan yang akan menjadi inti Jupiter. Ini akan menjadi tahap terakhir dari perjalananmu nekat menyelami Jupiter. 

Jika kamu selamat, kamu mungkin akan berakhir dengan berdiri di permukaan inti Jupiter yang 10 kali lebih besar dari Bumi, terbuat dari batu dan es eksotis. Tekanannya sekitar 25 juta atmosfer. Walau begitu, struktur inti Jupiter ini masih hipotesis. Tidak diketahui secara pasti apakah Jupiter memiliki inti berbatu yang panas atau hanya berupa gas.

Itulah yang terjadi, secara hipotesis, kalau kamu mendarat di planet Jupiter.

Sumber:

Sumber Jurnal:
  • Atreya, S. K., Mahaffy, P. R., Niemann, H. B., Wong, M. H., & Owen, T. C. (2003). Composition and origin of the atmosphere of Jupiter—an update, and implications for the extrasolar giant planets. Planetary and Space Science, 51(2), 105-112.
  • Mankovich, C. R., & Fortney, J. J. (2020). Evidence for a dichotomy in the interior structures of Jupiter and Saturn from helium phase separation. The Astrophysical Journal, 889(1), 51.
  • Notsu, S., Eistrup, C., Walsh, C., & Nomura, H. (2020). The composition of hot Jupiter atmospheres assembled within chemically evolved protoplanetary discs. Monthly Notices of the Royal Astronomical Society, 499(2), 2229-2244.
  • Wahl, S. M., Hubbard, W. B., Militzer, B., Guillot, T., Miguel, Y., Movshovitz, N., ... & Bolton, S. J. (2017). Comparing Jupiter interior structure models to Juno gravity measurements and the role of a dilute core. Geophysical Research Letters, 44(10), 4649-4659.
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com

Posting Komentar

Kami sangat senang menerima komentar dari Anda. Sistem kami memoderasi komentar yang Anda kirim, jadi mungkin membutuhkan waktu beberapa saat untuk komentar Anda muncul di sini. Komentar dengan link/url akan otomatis dihapus untuk keamanan. Berkomentarlah dengan sopan dan santun.