Saran pencarian

Blanet: Istilah Baru untuk Planet Pengorbit Lubang Hitam

Blanet, sebutan untuk planet yang mengitari lubang hitam.
Info Astronomy - Sebagian dari kita masih banyak yang salah mengartikan lubang hitam sebagai lubang dalam artian yang sebenarnya. Padahal, ia sama sekali bukan lubang, bahkan justru bisa diorbiti oleh objek yang disebut blanet. Eh, apa itu blanet?

Seringkali kita menganggap bahwa lubang hitam merupakan "penyedot debu" kosmis yang rakus, yang menghisap segala sesuatu di sekitarnya. Namun, sebenarnya tidak demikian, lho. Lingkungan di sekitar lubang hitam supermasif aktif sangat lah kompleks, dan tahun lalu, sekelompok astronom menunjukkan bahwa ada zona aman di sekitar setiap lubang hitam supermasif di mana ribuan planet bisa mengorbitinya.

Dari temuan itu, kelompok astronom yang dipimpin oleh Keiichi Wada dari Universitas Kagoshima di Jepang ini memberikan istilah baru bagi planet-planet yang mengitari lubang hitam, yaitu "blanet", atau yang merupakan singkatan dari "black hole's planet".

Kalau kamu pernah menonton film Interstellar (2014), ada adegan di mana dua astronaut dalam film itu mendarat di sebuah planet berair bernama Miller, planet yang mengitari lubang hitam supermasif yang dijuluki sebagai Gargantua. Nah, Miller adalah gambaran dari blanet ini.

Dalam jurnal ilmiahnya yang diterbitkan di The Astrophysical Journal, Wada dan rekan-rekan satu timnya mempelajari bagaimana proses pembentukan blanet pada debu di sekitar lubang hitam. Penelitian mereka menunjukkan bahwa blanet dapat terbentuk di sekitar inti galaksi aktif dengan luminositas rendah.

Sejauh ini, para astronom sebenarnya sudah mengetahui bahwa bintang dapat ditangkap oleh lubang hitam supermasif di pusat galaksi untuk mengitarinya, seperti yang berhasil diamati pada lubang hitam supermasif di pusat galaksi Bimasakti, yang dinamai Sagitarius A*.

Selain itu, juga telah dihipotesiskan bahwa planet ekstrasurya dapat ditangkap oleh lubang hitam supermasif apabila ia bersama bintang induknya berjarak terlalu dekat dengan lubang hitam dalam perjalanannya mengitari pusat galaksi.

Namun, Wada dan timnya mengusulkan jenis baru planet ekstrasurya, yang terbentuk langsung di sekitar lubang hitam supermasif aktif di jantung setiap galaksi. Hal ini cukup masuk akal karena memang lubang hitam yang aktif dikelilingi oleh cakram akresi, fitur raksasa yang terdiri atas debu dan gas yang berputar-putar mengitari lubang hitam sebelum terhisap.

Cakram akresi pada lubang hitam aktif ini sangat mirip dengan cakram protoplanet pada bintang yang baru saja terbentuk, yang mana merupakan tempat planet-planet menggumpal.

Dalam proses pembentukan planet, awan gas dan debu yang membentuk cakram pada mulanya akan saling menempel karena gaya elektrostatik. Seiring waktu, mereka menggumpal, saling menabrak hingga menjadi terakumulasi menjadi gumpalan besar. Jika tidak ada yang mengganggu proses pembentukannya ini, setelah beberapa juta tahun, sebuah planet bisa terbentuk sempurna.

Gumpalan awan gas dan debu pada cakram akresi lubang hitam akibat keruntuhan gravitasi dianggap juga mampu membentuk planet. Eh, blanet.

Dalam jurnal ilmiah mereka tahun lalu, Wada dan timnya menemukan bahwa, pada jarak tertentu dari lubang hitam, pembentukan blanet mungkin bahkan lebih efisien daripada pembentukan planet di sekitar bintang, karena kecepatan orbital cakram akresi cukup cepat untuk menjaga benda-benda di sana keluar dari orbit ataupun jatuh menuju lubang hitam.

Tetapi ada beberapa masalah dengan perhitungan yang telah dilakukan Wada dan timnya. Pertama, mungkin saja, jika kecepatan tumbukan gumpalan gas dan debu pada cakram akresi cukup tinggi, gumpalan ini malah akan hancur saat bertemu alih-alih saling menempel. Kedua, gumpalan gas dan debu pada cakram akresi bisa saja tumbuh sangat cepat pada tahap tumbukan, yang tidak sesuai dengan model kepadatan debu yang lebih alami.

Dengan mempertimbangkan masalah-masalah ini, Wada dan timnya pun menghitung ulang model pembentukan blanet mereka di luar "garis beku", jarak dari objek pusat pembentukan planet di mana senyawa volatil dapat mengembun menjadi es. Dan mereka menemukan bahwa, jika model pembentukan planet kita benar, seharusnya memang ada kondisi di mana blanet dapat terbentuk.

Menurut Wada dan timnya, di sekitar lubang hitam supermasif yang 1 juta kali massa Matahari, sebuah blanet dapat terbentuk dalam waktu 70-80 juta tahun. Semakin jauh jarak mereka dari lubang hitam, semakin besar mereka bisa tumbuh. Menurut perhitungan tim ini, jika terbentuk pada jarak sekitar 13 tahun cahaya dari lubang hitam, sebuah blanet dapat memiliki massa antara 20 sampai 3.000 kali massa Bumi, yang sesuai dengan massa planet seperti yang kita kenal.

Sementara itu, untuk sebuah lubang hitam dengan ukuran 10 juta kali massa Matahari, mereka dapat membentuk blanet dengan jenis kerdil cokelat, sebuah objek yang terlalu besar untuk disebut planet, tetapi terlalu kecil untuk disebut bintang karena hanya mampu melakukan fusi deuterium dalam intinya.

Sayangnya, kita belum dapat benar-benar mendeteksi keberadaan blanet ini, yang artinya blanet masih murni sebatas hipotesis untuk saat ini. Meski begitu, mereka secara resmi masuk ke objek-objek unik di alam semesta bersama Bulanbulan (sebuah subsatelit alami yang mengitari satelit alami) dan ploonet (satelit milik planet asing yang tertendang keluar dari orbitnya sehingga malah mengitari bintang induknya).
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com