Saran pencarian

5 Kiat Melihat Hujan Meteor Perseid 2020

Pada 12 Agustus 2020 mendatang, hujan meteor Perseid akan mencapai puncaknya.
Info Astronomy - Pada 12 Agustus 2020 mendatang, hujan meteor Perseid akan mencapai puncaknya. Sayangnya, puncak Perseid tahun ini bertepatan dengan fase Bulan separuh akhir, sehingga cahaya Bulan akan mengganggu pengamatan.

Walau begitu, dilansir EarthSky.org, pada artikel ini kami akan memberikan 5 kiat mengamati hujan meteor Perseid walaupun langit malam diterangi oleh cahaya Bulan, yang mana menjadi polusi cahaya alami. Siap untuk melihat banyak meteor?

1. Mulai pengamatan sebelum Bulan terbit
Pada 12 Agustus 2020, Bulan akan terbit pada waktu sekitar tengah malam. Dengan begitu, mulailah pengamatan sebelum tengah malam. Meskipun titik radian hujan meteor ini, rasi bintang Perseus, baru terbit pada dini hari, pengamatan sebelum Bulan terbit tetap bisa dilakukan. Kamu mungkin dapat menemukan beberapa meteor yang melintas.

2. Belakangi cahaya Bulan
Kalau kamu berencana untuk mengamati hujan meteor Perseid lewat tengah malam, ketika Bulan sudah terbit, kamu bisa siasati dengan membelakangi cahaya Bulan, atau melihat ke arah yang berlawanan dari posisi Bulan di langit.

Atau, bisa juga cari area pengamatan di dataran tinggi dengan pegunungan tinggi yang bisa dimanfaatkan untuk menghalangi Bulan. Tapi, kalau kamu tidak tinggal di dekat pegunungan, carilah lokasi pengamatan di mana Bulan bisa terhalangi gedung tinggi, bangunan, atau bahkan pepohonan. Kuncinya adalah, belakangi cahaya Bulan.
3. Jangan mengamati di tengah kota besar
Seperti yang kita tahu, kota besar identik dengan polusi cahaya pada malam hari. Kiat yang satu ini tampaknya tidak perlu diinformasikan lagi karena memang wajib kalau kamu serius mau mengamati fenomena hujan meteor. Carilah area jauh dari kota besar, seperti misalnya di pantai atau pegunungan. Semakin minim polusi cahaya, semakin banyak meteor yang bisa diamati.

4. Cari area terbuka untuk pengamatan
Pengamatan hujan meteor membutuhkan lokasi pengamatan dengan medan pandang yang luas. Itu karena meteor-meteor akan muncul dari segala penjuru langit. Kalau medan pandang ke langit kamu tidak cukup luas, kamu akan melihat sangat sedikit meteor, atau bahkan tidak ada sama sekali.

Area-area seperti persawahan atau lapangan yang luas adalah pilihan yang cocok. Namun, kembali lagi harus mengikuti kiat nomor 3 di atas ya.

5. Adaptasi mata dan mati semalaman
Kalau kamu cuma melihat 1-3 menit saja, jelas kamu tidak akan melihat meteor sama sekali. Selain itu, sebelum bisa mendapatkan meteor pertama, kamu wajib melakukan adaptasi mata dengan gelapnya langit malam terlebih dulu.

Caranya adalah, siapkan kursi santai, kenakan pakaian hangat, lalu berbaringlah menatap langit. Amati langit selama minimal 45 menit pertama agar mata kamu bisa beradaptasi. Jika sudah berhasil beradaptasi, lanjutkan rebahan sambil mengamati langit untuk melihat meteor-meteor melesat di langit.
Menurut American Meteor Society, Perseid adalah hujan meteor yang berasal dari debris yang ditinggalkan oleh Komet 109P/Swift-Tuttle. Komet ini memiliki orbit 133 tahun dan terakhir memasuki tata surya bagian dalam pada tahun 1992.

Meskipun komet tersebut sekarang terletak di bagian luar tata surya, jauh dari Bumi, kita masih menemukan puing-puing yang tertinggal selama ia mendekati Matahari dalam orbitnya 28 tahun yang lalu.

Saat sedang mengamati hujan meteor ini, jangan hanya fokus melihat ke langit atas kepala, karena biasanya akan lebih banyak meteor yang terlihat di dekat kaki langit. Ada baiknya juga kamu melihat ke titik radian hujan meteor ini. Titik radian adalah titik kemunculan meteor paling banyak. Pada 12 Agustus 2020, titik radian Perseid ada di langit timur laut pada pukul 03.00 dini hari waktu setempat daerahmu.

Selamat berburu meteor. Semoga cuaca cerah ya!
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com