Gabung menjadi member BelajarAstro KLUB yuk! Cek benefitnya~

Saran pencarian

Hujan Meteor Perseid 2019 Siap Mencapai Puncaknya

Perseid dikenal sebagai peristiwa hujan meteor paling populer setiap tahunnya. Tetapi sayangnya, pada tahun 2019 ini mereka akan kalah oleh cahaya Bulan yang sudah dekat dengan fase purnama.
Info Astronomy - Perseid dikenal sebagai peristiwa hujan meteor paling populer setiap tahunnya. Tetapi sayangnya, pada tahun 2019 ini mereka akan kalah oleh cahaya Bulan yang sudah dekat dengan fase purnama.

Di langit dengan Bulan, pada puncaknya diperkirakan hanya akan ada 10 hingga 15 meteor Perseid per jam, atau mungkin lebih sedikit lagi. Padahal bila tanpa cahaya Bulan, misalnya seperti pada tahun 2016 silam, hujan meteor Perseid bisa mencapai 150-200 meteor per jam.

Jadi, tahun ini, kita tidak akan melihat meteor yang sangat banyak pada puncak Perseid. Walau begitu, Perseid juga dikenal sebagai hujan meteor dengan kemunculan fireball atau meteor terang yang cukup banyak.

Untuk melihat Perseid, carilah lokasi paling gelap yang kamu ketahui, jauh dari polusi cahaya, dan siapkan kursi santai atau tikar untuk rebahan mengamati langit atas kepalamu seluas mungkin. Kemunculan Perseid sendiri akan meningkat mulai sekitar pukul 10 malam sampai subuh waktu daerahmu. Bisa sih melakukan pengamatan di awal malam, tapi akan ada lebih sedikit meteor atau bahkan tidak ada sama sekali.

Dari Mana Asal Perseid?
Meteor-meteor pada peristiwa hujan meteor bisa berasal dari asteroid ataupun komet. Untuk Perseid, mereka berasal dari Komet Swift-Tuttle, komet besar yang secara periodik mengelilingi Matahari melintasi tata surya bagian dalam. Nukleus komet ini diketahui berdiameter sekitar 26 kilometer lebarnya.

Terakhir melewati Bumi pada tahun 1992, komet ini akan kembali pada tahun 2126 mendatang. Nah, ketika komet ini mendekat ke Matahari di tahun 1992, ia menguap, mengelupasi lapisan terluarnya hingga tertinggal di sepanjang jalur orbitnya. Material yang tertinggal itu disebut sebagai debris atau meteoroid.

Bumi kita selalu melewati bekas jalur yang pernah dilalui Komet Swift-Tuttle dari 17 Juli hingga 24 Agustus, dengan 12-13 Agustus menjadi masa-masa ketika Bumi melewati daerah paling padat dan paling berdebu dari bekas jalur komet itu. Akibatnya, di tanggal itu menjadi puncak hujan meteor.

Ketika Bumi melintasi bekas jalur orbit komet ini, meteoroid-meteoroid yang ada akan tertarik oleh gravitasi Bumi, lalu masuk ke atmosfer, terbakar, dan jadilah ia disebut sebagai meteor. Meteor bergerak sangat cepat, bisa mencapai hingga 60 kilometer per detik. Tapi tenang, sebagian besar meteor ini berukuran sangat kecil, sehingga semuanya akan terbakar habis di atmosfer.

Oh iya, nama "Perseid" sendiri berasal dari nama rasi bintang di mana meteor-meteor ini seolah muncul, rasi bintang Perseus.
Persiapan Sebelum Ngamat
Kunci agar berhasil melihat hujan meteor adalah, medan pandang luas dan jauh dari polusi cahaya. Pergilah ke daerah gelap, misalnya seperti di pinggiran kota, pedesaan, atau mungkin berkemah di atas gunung, lalu mulailah pengamatan dengan mengamati area langit yang luas selama 30 menit.

30 menit ini merupakan waktu bagi mata kamu untuk menyesuaikan diri dengan gelapnya langit malam. Semakin lama matamu beradaptasi, semakin banyak meteor yang nantinya akan terlihat. Nantinya, kenampakan meteor akan muncul dengan warna kuning, bergerak sangat cepat, dan akan memiliki ekor yang cukup panjang.

Seluruh Indonesia bisa menyaksikan peristiwa hujan meteor ini selama cuaca cerah. Peristiwa ini tidak berbahaya dan kamu bisa mengamatinya dengan mata telanjang. Selamat berburu meteor!
Dukung kami untuk terus aktif
Merasa artikel ini bermanfaat untuk kamu? Mau kami bisa terus menerbitkan artikel astronomi bermanfaat lainnya? Kami butuh dukunganmu!

Beri Dukungan
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com