Info Astronomy - Setiap tahunnya, tanggal 22 April diperingati sebagai Hari Bumi. Sebuah hari peringatan kerusakan lingkungan yang digagas oleh Gaylord Nelson, seorang Senator AS dari pada tahun 1970-an.
Setelah menyaksikan kerusakan akibat tumpahan minyak besar-besaran tahun 1969 di Santa Barbara, California, Nelson mencetuskan adanya Hari Bumi untuk peringatan kerusakan lingkungan Bumi yang sudah semakin parah.
Namun, seberapa rusak Bumi kita sebenarnya? Menurut USA Today, kerusakan Bumi saat ini semakin nyata adanya. Dan Hari Bumi lah momen yang tepat untuk menumbuhkan kesadaran kepada publik bahwa Bumi kita perlu lebih dirawat lagi.
Bagaimana tidak, perubahan iklim adalah nyata dan semakin menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari saat ini. Penelitian dan studi-studi baru yang dilakukan dalam enam bulan terakhir bahkan menyoroti fakta terbaru tentang perubahan yang disebabkan manusia pada sistem cuaca global kita dan pengaruhnya terhadap planet kita.
Menurut sebuah studi yang diterbitkan di jurnal Nature pada Februari 2019 yang lalu, manusia merupakan 99,9999% penyebab pemanasan global. Tidak percaya? Mari kita lihat dari apa yang telah manusia lakukan dan telah berlangsung selama beberapa dekade terakhir.
Manusia membakar bahan bakar fosil seperti minyak, batu bara, dan gas, yang melepaskan karbon dioksida (CO2), metana, dan gas lainnya ke atmosfer dan lautan Bumi. CO2 adalah gas rumah kaca yang paling berdampak besar dalam pemanasan global.
Penulis utama penelitian itu, Benjamin Santer dari Lawrence Livermore National Laboratory di Livermore, California, mengatakan bahwa "narasi di luar sana yang mengatakan bahwa para ilmuwan tidak tahu penyebab perubahan iklim adalah salah."
Kitalah penyebab dari perubahan iklim pada Bumi kita sendiri.
Karbon dioksida naik 46%
Peningkatan jumlah karbon dioksida dan gas-gas lain yang dilepaskan ke atmosfer oleh industri, transportasi, dan penggunaan energi dari pembakaran bahan bakar fosil meningkatkan apa yang dikenal sebagai efek rumah kaca alami bagi planet kita ini.
Karbon dioksida adalah yang paling umum di antara semua gas rumah kaca yang dihasilkan oleh aktivitas manusia. Tingkat karbon dioksida atmosfer pada Maret 2019 kemarin, menurut USA Today, adalah 411,97 bagian per juta dan terus meningkat. Dengan kata lain, itu mengalami peningkatan 46% dari sebelum Revolusi Industri pada 1800-an, ketika tingkat CO2 baru sekitar 280 bagian per juta.
Menurut para ilmuwan, untuk menjaga planet Bumi yang laik huni, kita perlu memotong levelnya menjadi 350 bagian per juta.
Terpanas dalam sejarah
Lima tahun terakhir telah menjadi tahun-tahun terpanas sejak pencatatan suhu Bumi dimulai pada akhir 1800-an. Menurut NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration), Bumi telah mengalami 42 tahun berturut-turut (sejak 1977) dengan suhu global di atas rata-rata.
Berdasarkan lima data terpisah yang melacak iklim Bumi, suhu rata-rata global untuk 10 bulan pertama tahun 2018 adalah sekitar 1,8 derajat di atas apa yang terjadi pada akhir 1800-an. Saat itulah industri mulai mengeluarkan sejumlah besar gas rumah kaca ke atmosfer.
Australia mengalami rekor musim panas terpanas di bulan Januari tahun ini. Bahkan, kota Port Augusta mencapai hari terpanas sejak pencatatan iklim pertama pada tahun 1962. Panasnya begitu terik hingga menyebabkan kelelawar jatuh dari pohon karena mati kepanasan.
Naiknya permukaan air laut
Konsekuensi dari suhu yang lebih tinggi dari rata-rata tentu saja adalah mencairnya es di kutub, yang menyebabkan permukaan laut menjadi naik. Bayangkan saja, menurut penelitian di jurnal Naturefound, lautan dunia telah meningkat sekitar satu inci dalam 50 tahun terakhir karena pencairan gletser saja, belum pencairan blok-blok es di kutub-kutub Bumi.
Dalam studi itu, disebutkan bahwa Bumi kita saat ini kehilangan hingga 390 miliar ton es dan salju per tahun. Pemanasan global telah menyebabkan lebih dari 3 triliun ton es mencair dari Antartika dalam seperempat abad terakhir dan tiga kali lipat hilangnya es di sana dalam dekade terakhir.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Di sini, kita mulai sadar bahwa apa yang kita lakukan selama ini rupanya merusak lingkungan, mulai dari hal-hal kecil seperti naik motor hanya untuk ke warung sebelah, hingga menggunakan pendingin ruangan berjam-jam.
Tapi, kita juga belum terlambat. Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan lingkungan. Salah satu hal pertama yang dapat kamu lakukan adalah mencoba membawa perubahan pada orang-orang di sekitarmu. Dengan kata lain, mulailah dari dirimu sendiri.
Masih banyak orang yang tidak menyadari bahwa mereka penyebab pencemaran lingkungan. Jadi, kamu dapat mengawali perubahan dengan melakukan hal-hal di bawah ini, menjadi teladan bagi yang lain agar yang lain itu bisa mengikutimu.
Jadi, berikut adalah beberapa hal yang dapat kamu lakukan untuk menyelamatkan lingkungan dan planet kita:
1. Mulai menggunakan transportasi umum
Dengan banyaknya orang yang mulai menggunakan transportasi umum, itu artinya ada lebih banyak orang pula yang bersinergi menjaga udara lebih bersih dibandingkan dengan banyak orang yang menggunakan kendaraan pribadinya sendiri atau bahkan menggunakan taksi.
Polusi adalah awal dari kerusakan lingkungan. Dengan berkurangnya polusi, berkurang pula pemanasan global, berkurangnya pencairan es di kutub-kutub Bumi, dan pada akhrinya tidak banyak spesies yang punah akibat kerusakan habitatnya.
Jadi, ini "win-win solution"-nya: Kamu naik transportasi umum untuk kurangi polusi sehingga bisa menyelamatkan kehidupan binatang. Dan, di sisi lain, biaya transportasi umum yang murah bisa menghemat pengeluaran hingga akhir bulan.
2. Gunakan energi secara efisien
Perlu dicatat: efisien. Gunakan lebih sedikit energi di sekolah, kantor, dan bahkan rumah. Matikan lampu pada siang hari serta kipas dan pendingin udara saat tidak digunakan. Mulailah menggunakan perangkat hemat energi seperti CFL, LED, dll. Instal panel surya jika memungkinkan. Kamu tidak hanya membantu memelihara lingkungan, tetapi juga untuk diri sendiri, 'kan?
3. Kurangi, gunakan kembali, daur ulang
Nah, ini tak perlu diingatkan lagi sepertinya. Cobalah untuk mendaur ulang apapun yang masih bisa didaur ulang. Kurangi jumlah plastik dan limbah yang sulit didaur ulang yang biasa kamu gunakan. Bawalah selalu tas jinjing non-plastik saat berbelanja.
Dengan tiga cara sederhana di atas, kamu sebenarnya sudah bisa mengurangi dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan 99,9999% oleh manusia itu. Jadilah kurang dari 1% manusia yang mau berubah lebih baik dalam pengelolaan lingkungan Bumi.
Bumi tidak butuh kita, kita yang butuh Bumi. There is no plan(et) B.
Hari Bumi 2019: Rusaknya Bumi, Siapa yang Salah?
Setiap tahunnya, tanggal 22 April diperingati sebagai Hari Bumi. Sebuah hari peringatan kerusakan lingkungan yang digagas oleh Gaylord Nelson, seorang Senator AS dari pada tahun 1970-an.
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com