Info Astronomy - Melihat komet di bintang lain? Ah, melihat planet asing saja masih sulit dilakukan, bagaimana bisa para astronom melihat komet asing yang ukurannya jauh lebih kecil?
Faktanya, hal itu berhasil dilakukan berkat Transit Exoplanet Survey Satellite (TESS), sebuah satelit terbaru yang berfungsi untuk pengamatan planet asing yang sangat sensitif. Dengan TESS, para astronom telah menemukan sebuah komet yang mengorbit Beta Pictoris, bintang yang telah memberi kita wawasan terbaik mengenai proses pembentukan sistem planet.
Komet di Beta Pictoris ini sebenarnya pertama kali terdeteksi pada tahun 1984, bahkan ia lebih dulu ditemukan daripada penemuan planet di bintang lain selain Matahari. Tetapi baru-baru ini, dengan teknologi termutakhir milik TESS, para astronom dapat mempelajari komet di Beta Pictoris dengan lebih jelas dan mendetail, yang tidak bisa dilakukan oleh instrumen sebelumnya.
Pada tahun 1984, sebuah studi terhadap radiasi inframerah dari Beta Pictoris menunjukkan bahwa sumbernya adalah sebuah cakram yang ukurannya hampir sama dengan tata surya, hal yang memberikan tanda pertama bahwa keluarga planet dan komet pada Matahari kita bukanlah hal yang spesial di alam semesta. Mbok ya gimana, bintang lain juga punya planet dan komet juga ternyata.
Tiga tahun kemudian, data penyerapan cahaya dari Beta Pictoris mendeteksi keberadaan ekor komet asing di sana. Tapi pengamatan tersebut belum bisa membuktikan bahwa itu memang komet atau bukan.
30 tahun kemudian, ada belasan bintang lain yang sejauh ini memancarkan sinyal komet yang serupa dengan yang terjadi pada Beta Pictoris. Dan sekarang, Profesor Konstanze Zwintz dari Universitas Innsbruck telah mengumumkan dalam sebuah makalah yang diterbitkan dalam jurnal Astronomy and Astrophysics, bahwa ia dan rekan-rekannya mendeteksi komet di Beta Pictoris.
Profesor Zwintz dan rekan-rekannya mengamati adanya kedipan (sesekali terang, sesekali redup) pada cahaya bintang Beta Pictoris. Hal itu disinyalir terjadi ketika sebuah komet melintas di depan sang bintang dalam pandangan dari Bumi.
Pola peredupan yang diamati Profesor Zwintz itu sama persis dengan yang pernah dijabarkan dalam makalah ilmiah tahun 1999 yang mengusulkan kepada para astronom apa yang harus mereka perhatikan untuk membedakan peredupan yang disebabkan oleh komet dengan sumber peredupan lainnya.
Sejauh ini Profesor Zwintz belum dapat menentukan orbit komet pada bintang Beta Pictoris dengan pasti, tetapi dalam makalah ilmiahnya ia mengusulkan bahwa komet di sana kemungkinan berada pada orbit yang sangat eksentrik, tidak lebih jauh dari tiga kali jarak antara Bumi dan Matahari. Ekor komet teramati cukup kecil, dengan sebagian besar debu terkonsentrasi di dekat nukleusnya saja.
Komet di sana kemungkinan juga tidak hanya ada satu, tetapi ada beberapa. Hal itu disebabkan karena selain berhasil mendeteksi sinyal komet di sana, hasil pengamatan spektral mengungkapkan adanya karbon monoksida, yang mana merupakan produk tabrakan antarkomet.
Beta Pictoris sendiri berjarak 63 tahun cahaya jauhnya dari Bumi, menjadikannya salah satu bintang terdekat dengan planet kita. Bintang tersebut diperkirakan sudah berusia 20-an juta tahun, dan diketahui memiliki sebuah planet yang sangat besar, 13 kali massa Jupiter, yang terletak begitu jauh darinya.
Mempelajari tentang sistem komet asing yang mengitari bintang lain seperti ini memang tidak memiliki manfaat praktis bagi kehidupan manusia. Tapi hanya untuk menambah pengetahuan saja kalau di luar sana ada komet juga seperti di tata surya. Posisi kita di alam semesta memang tidak sebegitu spesial.
Mengamati Komet yang Mengitari Bintang Lain
Melihat komet di bintang lain? Ah, melihat planet asing saja masih sulit dilakukan, bagaimana bisa para astronom melihat komet asing yang ukurannya jauh lebih kecil?
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com