Saran pencarian

Bulan Sempat Pernah Laik Huni

Sebuah riset terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Astrobiology menunjukkan bahwa Bulan secara mengejutkan sempat laik huni bagi kehidupan di masa lalu, lebih tepatnya dalam dua periode berbeda: tak lama setelah Bulan terbentuk, dan ketika aktivitas vulkanik di Bulan berada pada puncaknya.
Info Astronomy - Saat ini, Bulan diketahui tidak ramah bagi kehidupan. Walaupun ada sejumlah air yang terperangkap dalam es atau batuan di sana, tetap saja suasana Bulan kering dan tidak berangin, suhunya pun berfluktuasi hingga ratusan derajat antara siang dan malamnya. Tapi dahulu kala, hal itu lain cerita.

Sebuah riset terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Astrobiology menunjukkan bahwa Bulan secara mengejutkan sempat laik huni bagi kehidupan di masa lalu, lebih tepatnya dalam dua periode berbeda: tak lama setelah Bulan terbentuk, dan ketika aktivitas vulkanik di Bulan berada pada puncaknya.

Riset ini berfokus pada panas dan energi di Bulan. Menurut teori, Bulan terbentuk setelah tabrakan antara Bumi dengan sebuah proto-planet yang disebut Theia. Tepat setelah terbentuk, Bulan kemungkinan besar memiliki banyak uap air, cukup banyak hingga ia bisa memiliki atmosfer yang cukup tebal dan memiliki genangan air di permukaanya. Aktivitas vulkanik yang tinggi juga membuat atmosfer Bulan stabil tebalnya.

Tapi, itu semua terjadi sekitar 4 miliar tahun yang lalu.

Sejak 500 juta tahun setelah Bulan terbentuk, data menunjukkan bahwa aktivitas vulkanik di Bulan menurun, tidak seaktif ketika ia baru saja terbentuk. Alhasil, atmosfer pada Bulan tidak dapat bertahan, perlahan menipis. Dan seperti Mars, Bulan mengering. Air di permukaannya menguap karena panas.

Penurunan aktivitas vulkanik itu membuat Bulan saat ini tidak bisa dihuni. Ia tidak lagi memiliki atmosfer yang tebal, tidak ada air dalam bentuk cair di permukaannya, tidak memiliki magnetosfer yang dapat melindungi permukaannya dari angin Matahari dan radiasi kosmis, dan tidak ada material kimiawi yang mendukung kehidupan.

Walau begitu, analisis sensitif terhadap sampel batuan dan tanah Bulan sejauh ini telah mengindikasikan bahwa Bulan tidak kering seperti yang diperkirakan sebelumnya. Bulan kemungkinan memiliki tudung air es di kawah-kawah yang berada di kutubnya, area yang tidak pernah terkena sinar Matahari.

Selain itu, di lain penelitian juga menunjukkan bahwa interior Bulan mengandung lebih banyak air daripada yang pernah diperkirakan sebelumnya. Bahkan, mantel Bulan memiliki jumlah air yang sama banyaknya seperti mantel Bumi.

Jadi, apa artinya semua ini? Mungkinkah pernah ada semacam kehidupan sederhana di Bulan? Sayangnya, belum ada astronom yang begitu yakin. Riset ini tidak mengklaim pernah adanya kehidupan di Bulan, tetapi hanya memaparkan bahwa Bulan pernah memiliki kondisi laik huni di masa lalu.

Bulan kemungkinan akan laik huni lagi ketika manusia dapat menciptakan modul kehidupan di sana. Bisa jadi, dalam 30 hingga 50 tahun mendatang, kita sudah menjadikan Bulan sebagai rumah kedua selain Bumi.
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com