Gabung menjadi member BelajarAstro KLUB yuk! Cek benefitnya~

Saran pencarian

Apa yang Terjadi Bila Bintang Terbesar Sejagad Meledak?

Pernahkah kamu bertanya-tanya apa yang akan terjadi bila bintang terbesar di alam semesta meledak dalam supernova? Seberapa besar ledakan tersebut dan akankah mempengaruhi kehidupan di Bumi?
Info Astronomy - Pernahkah kamu bertanya-tanya apa yang akan terjadi bila bintang terbesar di alam semesta meledak dalam supernova? Seberapa besar ledakan tersebut dan akankah mempengaruhi kehidupan di Bumi? Saya akan coba bahas di artikel ini.

Pertama, mari pahami bahwa apapun yang terjadi di alam semesta tidak selalu memiliki dampak terhadap Bumi dan kehidupannya. Alam semesta begitu luas, lebih luas daripada yang pernah kita bayangkan. Satu kejadian ledakan bintang di sudut jauh alam semesta memiliki kemungkinan kecil untuk mempengaruhi atau memberikan dampak negatif terhadap Bumi.

Tapi, bagaimana bila ledakan bintang yang terjadi adalah dari bintang terbesar? Oke, mari kita cari tahu dulu bintang apa yang terbesar di alam semesta.

Ketika berbicara tentang kebesaran di antara bintang-bintang, kita harus mendefinisikan dulu istilah "besar" itu. Sebab, di alam semesta ada bintang terbesar dan ada bintang termasif. Hemm, apa bedanya?

Bintang terbesar di alam semesta sudah pasti memiliki massa yang besar, tapi bintang termasif di alam semesta belum tentu memiliki ukuran fisik (diameter) yang besar.

Nah, sejauh ini, bintang termasif di alam semesta adalah R136a1, bintang yang 265 kali lebih berat massanya dari Matahari kita. Tapi dalam hal ukuran fisik, bintang UY Scuti lah yang dianggap merupakan bintang terbesar. Dengan radius 1.700 kali lebih besar dari Matahari, bintang UY Scuti massanya hanya 30 kali massa Matahari. Sudah paham bedanya, kan?

Bintang Termasif
Terletak di salah satu galaksi satelit Bimasakti, Awan Magellan Besar, sekitar 160.000 tahun cahaya jauhnya dari Bumi, R136a1 adalah bintang yang dikenal sebagai Wolf-Rayet. Suhu permukaan bintang ini diketahui lebih dari 55.000 derajat Celsius.

Walaupun memiliki massa 265 kali massa Matahari, radius bintang ini diketahui hanya sekitar 30 kali radius Matahari kita, membuatnya bukan merupakan bintang terbesar, tetapi hanya termasif saja yang pernah ditemukan sejauh ini.
Dalam beberapa dekade terkahir, menurut teori, tidak ada bintang yang dapat memiliki massa di atas 150 kali massa Matahari tapi terbentuk dalam proses normal. Lalu, bagaimana R136a1 bisa tumbuh begitu besar?

Suatu hipotesis mencoba menjelaskan bahwa bintang supermasif seperti R136a1 terbentuk melalui penggabungan banyak bintang. Pada 2012, para astronom di Universitas Bonn, Jerman, menyarankan bintang-bintang monster seperti R136a1 pada awalnya merupakan bintang-bintang bermassa rendah, namun berada dalam sistem bintang ganda ketat yang akhirnya bergabung.

Tetapi, jika bintang supermasif seperit R136a1 ini terbentuk dengan proses di atas, mengapa kita tidak menemukan lebih banyak bintang sepertinya? Jawabannya mungkin bintang raksasa tidak berumur panjang. Mereka berevolusi sangat cepat, berbeda dengan bintang-bintang yang kurang masif seperti Matahari kita.

Bintang Terbesar
Nah, bila R136a1 adalah yang termasif, mari kita bahas dulu UY Scuti si bintang terbesar.

Terletak di galaksi Bimasakti, sekitar 9.500 tahun cahaya jauhnya dari Bumi, UY Scuti diperkirakan memiliki massa hanya sekitar 30 kali massa Matahari kita. Tetapi, radius bintang ini diperkirakan mencapai sekitar 1.700 kali lebih besar dari radius Matahari.

Dengan kata lain, jika -- entah bagaimana -- UY Scuti menggantikan Matahari kita sebagai pusat peredaran tata surya, diameternya akan melampaui orbit planet Jupiter (yang terletak sekitar lima kali lebih jauh dari Matahari daripada Bumi), membuat planet-planet terestrial di tata surya tertelan.
Apa Jadinya Bila Mereka Meledak?
Karena termasuk merupakan bintang dengan massa yang besar, kedua bintang ini akan meledak dalam peristiwa supernova.

Namun, mengingat jaraknya yang sangat jauh dari Bumi, ledakan kedua bintang monster tersebut tidak akan punya pengaruh besar terhadap Bumi. Karena rupanya, ada sebuah jarak aman dari supernova, yakni 50 hingga 100 tahun cahaya jauhnya.

Apa yang akan terjadi jika supernova meledak di dekat Bumi? Katakanlah, supernova berjarak 30 tahun cahaya meledak. Maka menurut Mark Reid, seorang astronom senior di Pusat Astrofisika Harvard-Smithsonian, supernova tersebut akan menyebabkan efek besar pada Bumi, kemungkinan kepunahan massal.

Sinar-X dan sinar-gamma yang energik dari supernova tersebut dapat menghancurkan lapisan ozon yang melindungi planet kita dari sinar ultraviolet Matahari. Kedua sinar radiasi tersebut juga bisa mengionisasi nitrogen dan oksigen di atmosfer, yang mengarah ke pembentukan sejumlah besar nitro oksida seperti kabut di atmosfer.

Terlebih lagi, jika supernova meledak dalam jarak 30 tahun cahaya, fitoplankton dan komunitas terumbu karang akan sangat terpengaruh. Peristiwa semacam itu akan sangat menguras basis rantai makanan laut.

Nah, baik R136a1 dan UY Scuti, keduanya berada di jarak yang sangat jauh dari Bumi, ribuan tahun cahaya. Dengan kata lain, Bumi berada di jarak yang amat sangat aman apabila kedua bintang tersebut meledak, setidaknya aman dari dampak langsung seperti kepunahan massal.

Lalu, seberapa besar potensi terjadinya supernova yang berjarak 50 hingga 100 tahun cahaya dari Bumi? Jawabannya tergantung pada jenis supernova.

Untuk supernova tipe II, ledakan bintang masif yang menua yang runtuh, potensinya sangat kecil. Ditambah lagi, tidak ada bintang yang cukup besar untuk meledak dalam supernova tipe II yang terletak dalam 50 tahun cahaya Bumi.

Tetapi ada juga supernova tipe I, yang disebabkan oleh runtuhnya bintang kecil kerdil putih. Bintang-bintang jenis ini cukup redup dan sulit ditemukan, jadi para astronom tidak bisa memastikan berapa banyak yang ada di sekitar Bumi kita. Tapi menurut estimasi terbaik, kemungkinan ada beberapa ratus bintang ini dalam jarak 50 tahun cahaya dari Bumi.

Salah satu jenis bintang itu adalah IK Pegasi B, yang merupakan bintang kandidat supernova tipe I. Ia adalah bagian dari sistem bintang biner, yang terletak sekitar 150 tahun cahaya dari Matahari dan tata surya kita.

Bintang utama dalam sistem tersebut, IK Pegasi A, merupakan bintang deret utama seperti Matahari. Nantinya, ketika IK Pegasi A berevolusi menjadi raksasa merah, bintang itu diperkirakan akan tumbuh hingga radius di mana kerdil putih IK Pegasi B dapat mengumpulkan, atau mengambil, material dari permukaan gas A yang diperluas. Ketika bintang B menjadi cukup besar, ia akan runtuh dengan sendirinya, meledak dalam supernova tipe I.
Dukung kami untuk terus aktif
Merasa artikel ini bermanfaat untuk kamu? Mau kami bisa terus menerbitkan artikel astronomi bermanfaat lainnya? Kami butuh dukunganmu!

Beri Dukungan
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com