Gabung menjadi member BelajarAstro KLUB yuk! Cek benefitnya~

Saran pencarian

Cincin Saturnus Masih Berusia Muda

Siapa sangka, di balik ikoniknya cincin Saturnus, rupanya ada suatu masa ketika sang planet raksasa gas itu belum dikelilingi cincinnya seperti sekarang. Karena faktanya, sistem cincin Saturnus masih belum lama terbentuk.
Info Astronomy - Siapa sangka, di balik ikoniknya cincin Saturnus, rupanya ada suatu masa ketika sang planet raksasa gas itu belum dikelilingi cincinnya seperti sekarang. Karena faktanya, sistem cincin Saturnus masih belum lama terbentuk.

Hal itu terungkap setelah para astronom melakukan studi analisis terhadap data ilmiah wahana antariksa (wantariksa) Cassini yang sempat mengukur gravitasi dari sistem cincin Saturnus sebelum akhirnya misinya berakhir pada September tahun 2017 silam.

Menurut studi ini, cincin Saturnus baru terbentuk antara 10 juta hingga 100 juta tahun yang lalu, sementara planet Saturnus sudah terbentuk lebih dulu sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu. Itu artinya, sistem cincin Saturnus kemungkinan baru terbentuk ketika dinosaurus masih berjalan-jalan di muka Bumi.

Dari Bumi, cincin Saturnus memang terlihat bagai satu kesatuan yang solid. Tetapi bila diamati dari dekat, cincin Saturnus terdiri atas partikel-partikel kecil yang tak terhitung jumlahnya, kebanyakan terbuat es, beberapa berbatu.

Ukurannya partikel cincin tersebut ada yang mulai dari sebesar butiran gula, hingga ada yang sebesar Gunung Salak. Partikel-partikel itu saling terikat secara gravitasi, ditambah pula dengan gravitasi Saturnus yang besar sehingga bisa menahannya untuk dapat mengorbit sebagai cincin.

Usia cincin Saturnus sendiri memang telah lama menjadi perdebatan pada astronom. Beberapa astronom berpendapat bahwa fitur ikonik tersebut terbentuk bersama dengan planet Saturnus sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu dari puing es yang tersisa pada orbit di sekitarnya setelah pembentukan tata surya.

Namun, beberapa astronom lain berpendapat lain, mengatakan bahwa cincin Saturnus masih berusia sangat muda, mungkin berasal dari tarikan gravitasi Saturnus yang merobek komet atau bulan-bulan esnya hingga menjadi partikel krucil-krucil.

Hemm, pendapat mana yang benar? Karena ini sains, maka perlu dikumpulkan data-data sebagai bukti. Bila tidak ada bukti yang mendukung, pendapat tetaplah pendapat.

Salah satu cara untuk mencari pendapat mana yang benar adalah dengan "menimbang" cincin Saturnus. Oh, tentu tidak dengan timbangan yang biasa digunakan di posyandu, tetapi dengan pengukuran yang dilakukan oleh Cassini.

Ketika wantariksa Cassini diterjunkan ke atmosfer Saturnus untuk mengakhiri misinya yang telah berlangsung selama 20 tahun, ia sempat bergerak di celah antara planet Saturnus dan cincinnya. Hal itu pun memungkinkan instrumen-instrumen ilmiah Cassini secara presisi mengukur seberapa banyak jumlah material di cincin Saturnus, yang pada akhirnya bisa "menimbang" seberapa berat massa cincin tersebut.

Mengetahui berapa massa cincin Saturnus memungkinkan para astronom untuk menentukan usia cincin. Diketahui, massa cincin Saturnus memiliki berat sekitar 40% dari massa salah satu bulan milik Saturnus, Mimas. Sebuah bulan berpermukaan halus dan dilengkapi satu kawah besar sehingga mirip Death Star dari film "Star Wars".

Dengan kata lain, sistem cincin Saturnus memiliki massa sekitar setengah kali massa seluruh lapisan es Antartika, atau sekitar 15,4 juta miliar metrik ton.

Nah, kini massa total cincin Saturnus sudah dikantongi. Bagaimana para astronom tahu usianya? Jadi, menurut model studi saat ini, semakin masif sistem cincinnya, semakin tua mestinya, begitupun sebaliknya. Karena kini kita tahu bahwa cincin Saturnus kurang masif, itu artinya usia cincin kemungkinan juga lebih muda.

Hal itu lantas membuat sebagian besar astronom setuju bahwa cincin tidak terbentuk bersama dengan Saturnus. Dan hal itupun membawa kita ke pertanyaan lain yang belum terjawab: Dari mana cincin itu berasal?

Para astronom mengatakan bahwa cincin Saturnus berasal dari potongan-potongan benda langit yang terfragmentasi. Benda-benda langit tersebut termasuk bulan, komet, atau asteroid, yang bergerak terlalu dekat dengan planet Saturnus.

Ketika bergerak terlalu dekat itu, sang benda langit akan terperangkap di antara dua gaya gravitasi: satu menariknya ke arah Saturnus, dan yang lain menariknya keluar. Benda langit itu akhirnya pecah menjadi partikel yang lebih kecil. Seiring waktu, pecahan tadi merata menjadi cakram cincin yang halus.

Secara keseluruhan, para astronom sepakat bahwa cincin Saturnus terbentuk antara 10 juta hingga 100 juta tahun yang lalu. Sebagai perbandingan, dinosaurus terakhir berjalan di Bumi terjadi sekitar 66 juta tahun yang lalu.

Baca hasil studi ini lebih lengkap di jurnal Science.


Foto: NASA/Cassini, ESA, JPL
Dukung kami untuk terus aktif
Merasa artikel ini bermanfaat untuk kamu? Mau kami bisa terus menerbitkan artikel astronomi bermanfaat lainnya? Kami butuh dukunganmu!

Beri Dukungan
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com