Saran pencarian

Saturnus akan Kehilangan Cincinnya dalam 100 Juta Tahun

Kristal es dan debu yang menyusun cincin Saturnus saat ini banyak yang ditarik oleh gravitasi sang planet raksasa gas. Dalam 100 juta tahun, Saturnus diperkirakan kehilangan cincinnya.
Saturnus. Kredit: NASA/JPL-Caltech
Info Astronomy - Ketika wahana antariksa Voyager terbang lintas dekat Saturnus beberapa dekade yang lalu, mereka menemukan bahwa material yang menyusun cincin sang planet raksasa gas tersebut rupanya jatuh akibat tarikan gravitasinya.

Data-data pengamatan dari Voyager pun digunakan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi ke depannya, dan data terbaru telah mengonfirmasi bahwa sistem cincin Saturnus kemungkinan akan benar-benar hilang dalam 100 juta tahun mendatang.

Seperti yang dilaporkan dalam jurnal Icarus, kristal es berdebu yang membentuk cincin Saturnus saat ini banyak yang telah ditarik oleh gravitasi planet. Beberapa kristal es ini juga dipengaruhi oleh medan magnet yang kuat dari Saturnus. Potongan-potongan bermuatan listrik dari cincin bergerak mengikuti garis magnetik yang tak terlihat yang mengarah ke atmosfer teratas Saturnus.

Menurut James O'Donoghue dari Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA yang memimpin studi ini, seluruh sistem cincin Saturnus akan hilang dalam 100-300 juta tahun. Dengan kata lain, cincin Saturnus bukanlah fitur yang permanen.

Cincin Saturnus sebagian besar terbuat dari potongan-potongan es yang dapat berukuran mulai dari sebongkahan batu hingga seukuran mikroskopis. Nah, karena diterpa radiasi sinar ultraviolet dari Matahari, potongan es ini menjadi bermuatan listrik, sehingga terpengaruh medan magnet Saturnus.

Hal itu membuat cincin Saturnus tidak seimbang, sehingga mereka tertarik gravitasi, bagaikan hujan bebatuan es yang jatuh pada atmosfer teratas Saturnus.

Dari mana material cincin Saturnus berasal sejauh ini masih menjadi misteri bagi para astronom. Satu teori menyatakan bahwa mereka kemungkinan terbentuk pertama kali setelah bulan-bulan es kecil di orbit Saturnus bertabrakan, membuat mereka terpecah hingga jutaan potongan.

Saturnus pertama kali diamati di langit malam pada tahun 1610 oleh Galileo, yang menggunakan teleskop rakitannya yang belum sempurna sehingga dia tidak dapat memahami fakta bahwa Saturnus memiliki cincin. Barulah pada 1659, ketika astronom Belanda Christiaan Huygens sedang mengamati Saturnus, para pandai besi kala itu menyadari bahwa Saturnus punya cincin.

Sayangnya, dalam ratusan juta tahun lagi, anak cucu kita kemungkinan sudah tidak bisa melihat keberadaan cincin itu.
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com