Akses artikel Premium dengan menjadi member BelajarAstro KLUB, daftar di sini!

Saran pencarian

Salah Satu Bintang Tertua Sejagad Ada di Bimasakti

Setiap kali kita mendengar ditemukannya bintang tertua yang terbentuk tepat setelah Big Bang, kita berpikir mereka pasti berjarak sangat jauh. Tapi baru-baru ini, sebuah bintang yang berusia sekitar 13,5 miliar tahun ditemukan berada di galaksi Bimasakti kita sendiri.
Bentangan jantung Bimasakti di Bromo. Kredit: Martin Mathadinata
Info Astronomy - Setiap kali kita mendengar ditemukannya bintang tertua yang terbentuk tepat setelah Big Bang, kita berpikir mereka pasti berjarak sangat jauh. Tapi baru-baru ini, sebuah bintang yang berusia sekitar 13,5 miliar tahun ditemukan berada di galaksi Bimasakti kita sendiri.

Dikatalogkan sebagai 2MASS J18082002–5104378 B, bintang ini diketahui menjadi salah satu bintang tertua di alam semesta.

Bagaimana para astronom tahu kalau bintang ini merupakan salah satu bintang tertua? Sederhana saja, mereka menemukan bahwa bintang ini miskin logam. Di alam semesta yang sangat awal, tidak ada logam. Material tersebut terbentuk di inti bintang-bintang generasi pertama, yang pada akhirnya dimuntahkan ke luar angkasa setelah kematian mereka dalam ledakan supernova.

Material tersebut lalu tercampur dalam pembentukan bintang-bintang baru, dengan setiap generasi bintang berikutnya tumbuh dengan lebih kaya dan lebih kaya dalam logam. Semakin muda usia bintang, semakin besar kandungan logamnya. Sebagai contoh, Matahari kita memiliki kandungan logam sekitar 100.000 kali lebih banyak dari bintang-bintang generasi pertama.

2MASS J18082002–5104378 B teramati memiliki kandungan logam terendah dari setiap bintang yang pernah ditemukan, yakni bahkan hanya sekitar 10 persen dari kandungan logam Bumi. Menariknya, sang bintang tidak berjarak jauh dari Bumi, tetapi di salah satu bagian cakram galaksi Bimasakti.

Penemuan ini pun menambah wawasan baru tentang galaksi kita: cakram padat bintang di galaksi kita rupanya jauh lebih tua dari 8-10 miliar tahun seperti yang diperkirakan sebelumnya.

Bintang tertua yang ditemukan di galaksi Bimasakti ini juga berukuran kecil, hanya sekitar 10 persen dari massa Matahari, tepat di tepi batas bawah untuk bisa melakukan pembakaran hidrogen di intinya.
Perbandingan ukuran. Kredit: JHUAPL
"Kami belum pernah menemukan bintang yang berukuran sangat kecil dan miskin logam seperti ini," kata astrofisikawan Andrew Casey dari Monash University, salah satu astronom dalam studi ini, dilansir dari ScienceAlert.

"Penemuan ini memberi tahu kita bahwa bintang-bintang pertama di alam semesta tidak selalu harus bintang masif yang sudah lama mati. Bintang-bintang kuno ini dapat terbentuk dari jumlah material logam yang sangat sedikit."

Ukurannya yang sangat kecil adalah penyebab 2MASS J18082002–5104378 B baru bisa terdeteksi saat ini. Ia juga diketahui sangat redup. Para astronom dapat menemukannya karena bintang ini memiliki pendamping biner. Ketika para astronom mempelajari bintang pendampingnya, mereka melihat gerakan samar dari bintang 2MASS J18082002–5104378 B.

Merasa penasaran, para astronom pun melakukan analisis spektroskopi lanjutan untuk mengungkapkan kandungan logam dari sang bintang, serta menganalisis orbitnya dalam cakram galaksi Bimasakti.

Kehadiran bintang ini pun dianggap menentang gagasan populer tentang bagaimana rupa bintang tua di alam semesta. Kini diketahui bahwa bintang-bintang tua tidak selalu berukuran besar, berjarak sangat jauh, atau mungkin sudah lama mati karena usianya yang tua, sebuah gagasan yang dipegang oleh para ilmuwan hingga akhir tahun 1990-an.
2MASS J18082002–5104378 B. Kredit: ESO/Beletsky/2MASS
Bintang-bintang seperti ini sangat langka, seperti menemukan jarum di antara satu hektar tumpukan jerami. Tapi dengan sejumlah besar data dari teleskop berbasis darat dan ruang angkasa, penelitian di masa yang akan datang memiliki prospek yang bagus: kita lebih mudah untuk memahami bagaimana bintang terbentuk di alam semesta awal.

Penelitian tim ini akan dipublikasikan dalam Astrophysical Journal, dan dapat kamu baca sepenuhnya pada versi pra-cetak arXiv.
Dukung kami untuk terus aktif
Merasa artikel ini bermanfaat untuk kamu? Mau kami bisa terus menerbitkan artikel astronomi bermanfaat lainnya? Kami butuh dukunganmu!

Beri Dukungan
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com