Gabung menjadi member BelajarAstro KLUB yuk! Cek benefitnya~

Saran pencarian

Bumi Tidak Akan Memasuki Zaman Es Mini Tahun 2019

Melalui surel dan media sosial, InfoAstronomy.org mendapatkan banyak pertanyaan mengenai benar atau tidaknya informasi Bumi yang akan masuk zaman es mini tahun 2019 mendatang. Baiklah, di artikel ini, kami akan mencoba menjawabnya.
Bumi. Kredit: DSCOVR
Info Astronomy - Melalui surel dan media sosial, InfoAstronomy.org mendapatkan banyak pertanyaan mengenai benar atau tidaknya informasi Bumi yang akan masuk zaman es mini tahun 2019 mendatang. Baiklah, di artikel ini, kami akan mencoba menjawabnya.

Ya, ini lagi-lagi adalah waktu di mana media-media arus utama mengatakan bahwa "zaman es mini" akan terjadi pada Bumi karena Matahari akan mendingin. Hemm, mendingin? Mendingin? Hehe, mendingin???

Menurut informasi-informasi yang telah viral itu, dikatakan bahwa "Matahari mati", sehingga akan menyebabkan Bumi kita tercinta ini mendingin. Informasi tersebut diklaim diprediksi oleh NASA. Benarkah NASA memprediksi hal semacam itu?

Tapi tunggu dulu. Sebelum kita mencatut nama NASA, mari kita cari tahu dulu satu hal: zaman es berkaitan dengan iklim atau musim, lalu apakah Matahari memiliki efek pada musim di Bumi?

Seperti yang kita telah pelajari bersama sejak bangku sekolah dasar, Bumi memiliki empat musim yang berbeda. Bervariasinya musim tersebut disebabkan oleh kemiringan sumbu rotasi Bumi yang mencapai 23,7 derajat.

Kemiringan itu bisa membuat salah satu area Bumi lebih condong ke Matahari. Misalnya dari Juni hingga September, belahan Bumi utara lebih condong tersinari Matahari, membuat Eropa, AS, dan negara-negara di belahan Bumi utara mengalami musim panas, tapi sebaliknya di Australia.

Lalu pada Desember sampai Maret, giliran belahan Bumi selatan yang lebih condong ke Matahari, membuat Australia, Selandia Baru, dan negara-negara di Amerika Selatan, mengalami musim panas. Sebaliknya, belahan Bumi utara mengalami musim dingin.

Bila Bumi tidak miring seperti sekarang ini, empat musim mungkin tidak akan terjadi di Bumi. Planet kita hanya akan mengenal musim hujan dan musim kemarau saja. Nah, sekarang mari kita bahas, bisakah Matahari mendingin sampai-sampai Bumi masuk zaman es mini?

Mari kita cari tahu lagi apa itu "zaman es". Penyebab terjadinya zaman es salah satunya adalah akibat terjadinya proses pendinginan aerosol. Letusan gunung Krakatau yang terjadi pada tahun 1883 silam adalah salah satu contohnya dalam skala kecil, sedangkan salah satu teori kepunahan dinosaurus (tumbukan Chicxulub) adalah salah satu contoh skala besar.

Menurut para ilmuwan, pemicu dimulainya zaman es 75 ribu tahun yang lalu merupakan akibat dari meletusnya gunung Toba, yang menyebabkan atmosfer dipenuhi debu sulfur vulkanik dalam jumlah besar, dan Bumi mengalami penurunan suhu yang ekstrem.

Kesimpulan tersebut didasarkan pada penelitian tentang lapisan es di kutub utara yang memiliki kadar sulfur yang tinggi pada lapisan masa 75 ribu tahun yang lalu, penelitian fosil binatang laut pada masa yang sama juga menunjukkan lonjakan kadar sulfur yang sangat tinggi,dan hasil kecocokan forensik dari debu vulkanik gunung Toba yang terdapat pada lapisan es dan fosil tersebut.

Nah, bagaimana dengan "zaman es mini" yang (((diprediksi))) akan terjadi tahun 2019 mendatang? Apakah akan ada gunung yang meletus?

Sepertinya tidak. Yang terjadi di sini adalah kesalahpahaman. Matahari kita tidak akan mendingin (tapi justru memanas karena fusi termonuklir terus terjadi di intinya). Fenomena yang terjadi adalah, Matahari sedang mencapai fase minimumnya, sebuah siklus 11 tahunan ketika aktivitas Matahari mencapai titik terendah.

Dalam fase minimum, Matahari sangat sedikit menciptakan bintik matahari di permukaannya, dan jarang-jarang melontarkan partikel bermuatan ke se-antero tata surya. Siklus ini sendiri juga sangat teratur terjadi, dan bukan merupakan fenomena yang langka.

Fase minimum ini tidak akan membuat Matahari mendingin. Suhu permukaannya masih tetap mencapai 5.500 derajat Celcius. Lalu, dari mana informasi "Matahari mendingin" tersebut muncul?

Menurut penelusuran InfoAstronomy.org, semuanya berasal dari suatu artikel di SpaceWeatherArchive.com yang diterbitkan pada bulan September 2018.

Martin Mlynczak, narasumber dalam artikel itu, dari Langley Research Center NASA mengatakan, "Kami melihat tren pendinginan. Tinggi di atas permukaan Bumi, dekat tepi angkasa, atmosfer kita kehilangan energi panas. Jika tren ini berlanjut, itu bisa mengganggu satelit."

Coba resapi bersama-sama komentar Pak Mlynczak itu, teman-teman. Sudah?

Ya, komentar Mlynczak di atas jelas tidak mengacu pada perubahan iklim, bukan? Ia berbicara tentang atmosfer Bumi, khususnya wilayah yang disebut termosfer. Selama aktivitas minimum Matahari, termosfer menyusut, sehingga mengurangi jumlah tarikan atmosfer pada satelit. Mlynczak bahkan tidak menyebut "tahun 2019" secara eksplisit maupun implisit.

Matahari sebenarnya tidak memiliki pengaruh besar terhadap iklim planet kita bila dibandingkan dengan aktivitas manusia. Penebangan hutan serampangan, gas buang dari penggunaan kendaraan pribadi yang berlebihan, hingga asap buangan dari pabrik-pabrik lah yang berpengaruh besar dalam iklim Bumi ke depannya.

Tidak ada zaman es mini yang akan terjadi. Justru yang terjadi adalah sebaliknya, pemanasan global membuat suhu Bumi naik. Tidakkah kamu merasakan kepanasan beberapa hari terakhir ini? Mamam~

#2019TanamPohon!
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com