Saran pencarian

Jangan Lewatkan Puncak Hujan Meteor Orionid 21 Oktober 2018

Bersiaplah wahai warga bumi, pada malam tanggal 20 sampai menjelang Matahari terbit tanggal 21 Oktober ini, kita berkesempatan mengamati peristiwa melesatnya banyak meteor di langit yang dikenal sebagai hujan meteor Orionid.
Hujan meteor Orionid 2017. Kredit: Lu Shupe
Info Astronomy - Bersiaplah wahai warga bumi, pada malam tanggal 20 sampai menjelang Matahari terbit tanggal 21 Oktober ini, kita berkesempatan mengamati peristiwa melesatnya banyak meteor di langit yang dikenal sebagai hujan meteor Orionid.

Sesuai namanya, hujan meteor ini akan tampak muncul dari rasi bintang Orion, sebuah rasi dengan ciri khas tiga bintang sejajarnya yang bernama Alnitak, Alnilam, dan Mintaka. Bila kamu mengamati di lokasi pengamatan yang bebas polusi cahaya dan cuaca cerah, akan ada 15 sampai 20 meteor per jamnya.

Meteor-meteor Orionid sendiri berasal dari debris yang ditinggalkan oleh Komet 1P/Halley, atau yang lebih dikenal sebagai Komet Halley saja. Komet terkenal yang mengunjungi orbit Bumi setiap 75 hingga 76 tahun sekali.

Ketika sebuah komet es seperti Halley mengelilingi Matahari, radiasi dari bintang induk kita tersebut akan menerjang sang komet, sehingga ia akan meninggalkan jejak berupa remah-remah rengginang komet. Nah, pada waktu-waktu tertentu dalam setahun, orbit Bumi dalam mengelilingi Matahari dapat melintasi area jejak remah-remah komet tersebut.

Remah-remah komet ini sendiri terdiri atas material es yang membeku. Ukurannya mulai dari sebutir pasir hingga sebesar bola kasti saja. Dengan begitu, ketika mereka mencoba memasuki atmosfer Bumi, atmosfer kita akan menahannya dengan membakar habis mereka semua sebelum sempat mencapai permukaan Bumi.

Dengan kata lain, hujan meteor adalah peristiwa yang aman untuk diamati.
Titik radian hujan meteor Orionid. Kredit: Stellarium/InfoAstronomy.org
Hujan meteor Orionid bisa terlihat dari mana saja di seluruh Bumi, termasuk Indonesia, serta dapat dilihat di arah langit mana saja, asalkan cuaca cerah. Namun, untuk pemandangan terbaik, carilah rasi bintang Orion. Titik radian Orionid akan berada di dekat pedang Orion, di sebelah utara bahu kirinya (bintang Betelgeuse).

Pada 21 Oktober 2018 nanti, rasi bintang Orionid akan berada pada ketinggian di atas 30 derajat dari cakrawala timur saat tengah malam, persis seperti gambar peta langit di atas.

Seperti halnya dengan pengamatan langit malam hari, polusi cahaya dapat menghalangi pandangan kamu terhadap hujan meteor Orionid. Jadi, jika memungkinkan, rencanakanlah perjalanan jauh dari lampu-lampu kota, seperti misalnya ngamat di pantai atau pegunungan saja.

Pengamatan disarankan dimulai saat tengah malam, ketika lebih banyak remah-remah komet yang masuk ke atmosfer Bumi. Sebelum menemukan meteor pertama, lakukan juga adaptasi matamu dengan kegelapan malam selama sekitar 20 menit.

Jangan lupa gunakan jaket biar tidak kedinginan. Kalau kamu sakit, aku yang khawatir. Pengamatan tidak memerlukan teleskop sama sekali, kamu cukup berbaring di kursi santai dan arahkan pandangan ke langit penuh bintang.

Beberapa meteor Orionid akan muncul sangat cepat dan cerah, karena mereka dapat mencapai hingga 238.000 kilometer per jam saat memasuki atmosfer Bumi, atau sekitar enam kilometer per jam lebih lambat daripada meteor-meteor pada hujan meteor Leonid di bulan November mendatang.

Jadi, sudah siap untuk berburu meteor? Selamat observasi!
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com