Gabung menjadi member BelajarAstro KLUB yuk! Cek benefitnya~

Saran pencarian

Wajib Lihat! Inilah Jadwal Peristiwa Langit Oktober 2018

Mengamati langit malam merupakan hal yang menarik, terlebih bila cuaca cerah dan ada peristiwa langit tertentu. Nah, di artikel ini, kami akan jabarkan jadwal peristiwa langit yang akan terjadi di sepanjang bulan Oktober 2018.
Ilustrasi. Kredit: Pexels.com
Info Astronomy - Mengamati langit malam merupakan hal yang menarik, terlebih bila cuaca cerah dan ada peristiwa langit tertentu. Nah, di artikel ini, kami akan jabarkan jadwal peristiwa langit yang akan terjadi di sepanjang bulan Oktober 2018.

Hemm, ada apa saja ya bulan ini? Mari simak~

7 Oktober 2018: Hujan Meteor Drakonid
Oktober tahun ini akan dibuka dengan pertunjukan langit berupa hujan meteor. Tampak memancar dari rasi bintang Drako, hujan meteor ini pun dikenal sebagai hujan meteor Drakonid.

Karena rasi bintang Drako terletak jauh di utara langit, hujan meteor ini sebenarnya paling baik diamati di wilayah-wilayah yang berada di belahan Bumi utara, seperti AS, Kanada, Eropa, dan Asia utara. Namun, kita di Indonesia masih tetap bisa mengamatinya dengan cukup mengamati langit arah utara.
Titik radian hujan meteor Draconid. Kredit: Stellarium/InfoAstronomy.org
Di tahun 2018 ini, puncak hujan meteor Drakonid terjadi pada malam tanggal 7 sampai dini hari tanggal 8 Oktober. Fase Bulan baru pada 9 Oktober 2018 pun menjamin langit gelap untuk pengamatan hujan meteor Drakonid tahun ini. Namun, hujan meteor ini termasuk hujan meteor minor, dengan hanya ada 5 meteor per jam saja.

Pengamatan bisa dilakukan di seluruh Indonesia dengan mata telanjang tanpa bantuan teleskop. Cukup cari langit gelap dan pakailah jaket agar kamu tidak kedinginan.

9 Oktober 2018: Fase Bulan Baru
Di tanggal 9 Oktober ini, secara astronomis Bulan akan memasuki fase Bulan baru. Pada fase ini, posisi Bulan hampir sejajar di antara Matahari dan Bumi. Namun, karena bidang orbit Bulan yang miring 5 derajat terhadap Bumi, peristiwa gerhana Matahari tidak terjadi.

Posisi Bulan yang berkonjungsi dengan Matahari ini akan membuat sisi terang Bulan tidak teramati dari Bumi, sehingga kita mengenalnya sebagai Bulan baru (bukan Bulannya yang baru, tapi fasenya yang diulang dari awal lagi, baru).

Fase Bulan baru terjadi pukul 10:48 WIB.
Konjungsi Bulan-Jupiter. Kredit: Stellarium/InfoAstronomy.org
12 Oktober 2018: Konjungsi Bulan dengan Jupiter
Masih berusia dua hari setelah fase Bulan baru, Bulan sabit tipis akan tampak berada di dekat planet Jupiter saat senja pada tanggal 12 Oktober 2018 ini. Planet Jupiter akan berada sejauh 4° dari Bulan dalam pandangan dari Bumi.

Peristiwa yang dikenal sebagai konjungsi ini akan membuat Bulan dan Jupiter tampak berdekatan, tapi padahal kenyataannya mereka masih sangat berjauhan. Kedekatan mereka ini terjadi hanya dalam pandangan dari permukaan Bumi saja, ketika keduanya berada searah.

Di mana pun kamu di Indonesia, kamu bisa mengamati keduanya mulai pukul 18:00 sore waktu setempat daerahmu, ketika keduanya berada setinggi 30° di atas cakrawala barat. Keduanya bisa terus diamati selama 2 jam 24 menit ke depan saat mereka terbenam di barat. Saat konjungsi, Bulan akan bersinar dengan magnitudo -10 dan Jupiter dengan magnitudo -1,8. Gunakan teleskop untuk melihat Jupiter lebih jelas.

14 Oktober 2018: Konjungsi Venus dengan Merkurius
Pernah melihat dua planet tata surya tampak berdekatan? Pada 14 Oktober, kita berkesempatan mengamatinya. Sama seperti konjungsi Bulan dan Jupiter di atas, planet Venus dan Merkurius tidak berdekatan sungguhan, hanya pandangan dari Bumi saja yang membuatnya tampak bersebelahan satu sama lain.
Konjungsi Venus-Merkurius. Kredit: Stellarium/InfoAstronomy.org
Sayangnya, di Indonesia, kedua benda langit ini akan terlalu rendah di atas ufuk barat untuk diamati. Kita bisa mengamatinya mulai pukul 18:00 sore, yang mana ketika itu Venus dan Merkurius akan berada setinggi 11° dari ufuk barat, dan keduanya terpisah sejauh 6° satu sama lain.

Punya binokuler atau teleskop? Kamu bisa gunakan untuk mengamati keduanya lebih mudah.

15 Oktober 2018: Konjungsi Bulan dengan Saturnus
Sang planet bercincin akan menemani Bulan di malam tanggal 15 Oktober ini. Diamati dari Bumi, kita akan melihat Bulan yang sudah berusia 6 hari akan berada sejauh 1° dari planet Saturnus yang tampak bagai bintang kuning terang bila diamati dengan kasat mata.

Ya, kamu perlu teleskop untuk bisa mengamati Saturnus lengkap dengan cincinnya. Pengamatan bisa dimulai pukul 18:00 sore waktu setempat daerahmu, cukup tengok langit tenggara dan kamu akan menemukan Bulan dan Saturnus pada ketinggian 63°.
Konjungsi Bulan-Saturnus. Kredit: Stellarium/InfoAstronomy.org
Keduanya bisa diamati di Indonesia hingga 5 jam ke depan, tepatnya hingga pukul 22:45 malam, ketika mereka akhirnya terbenam di ufuk barat. Magnitudo Bulan akan mencapai -11,4 dan planet Saturnus mencapai magnitudo 0,3. Keduanya berada di arah rasi bintang Sagitarius.

18 Oktober 2018: Konjungsi Bulan dengan Mars
Setelah berkencan dengan Saturnus pada 15 Oktober, giliran planet Mars yang didekati Bulan pada 18 Oktober. Pada momen konjungsi ini, Bulan akan berada sejauh 2° dari Planet Merah di langit Bumi.

Carilah Bulan dan Mars yang berada pada ketinggian 67° dari cakrawala tenggara pada pukul 18:00 sore. Dalam padangan mata, Mars akan muncul seperti bintang merah terang yang tidak berkelap-kelip di dekat Bulan. Penggunaan teleskop diperlukan kalau mau melihat Mars lebih jelas.

Muncul dengan magnitudo -12 untuk Bulan dan -0,9 untuk Mars, keduanya bisa diamati hingga tengah malam, ketika pada akhirnya mereka terbenam di barat.
Konjungsi Bulan-Mars. Kredit: Stellarium/InfoAstronomy.org
21 Oktober 2018: Hujan Meteor Orionid
Orionid termasuk dalam salah satu hujan meteor terbaik tiap tahunnya, dan sepertinya juga di tahun ini. Berasal dari debris yang ditinggalkan oleh Komet 1P/Halley, hujan meteor ini akan menghasilkan kurang lebih 20 sampai 25 meteor per jam bila diamati di lokasi langit yang gelap gulita.

Bagaimana cara mengamatinya? Mudah saja. Simpan binokuler atau teleskopmu, karena kita tidak membutuhkannya. Pengamatan hujan meteor wajib dilakukan dengan mata telanjang saja. Kamu hanya perlu mencari titik radian hujan meteor ini.

Orionid memiliki titik radian di rasi bintang Orion, rasi bintang dengan ciri khas tiga bintang sejajarnya. Nah, rasi bintang Orion akan berada setinggi 20° dari ufuk timur pada tengah malam, sehingga inilah waktu mulai pengamatan yang disarankan.
Titik radian Orionid. Kredit: Stellarium/InfoAstronomy.org
Bila kesulitan mencari rasi bintang ini, kamu hanya perlu tiduran di kursi santai sambil menatap langit dari tengah malam sampai menjelang Matahari terbit. Meteor-meteor akan melesat cepat di langit bila cuaca cerah.

24 Oktober 2018: Fase Bulan Purnama
Bulan purnama Oktober jatuh pada tanggal 24, tepatnya pada pukul 23:47 WIB. Bulan purnama sendiri terjadi ketika Bulan berada di titik oposisi terhadap Matahari di langit Bumi, yakni sejauh 180° dari Matahari, sehingga seluruh permukaan Bulan tampak penuh tersinari Matahari dalam pandangan dari Bumi.

Karena itu pula, Bulan purnama baru akan terbit ketika Matahari terbenam. Nantinya, pada saat purnama, Bulan akan berada di depan rasi bintang Pises, muncul dengan diameter sudut selebar 31'06", dan berada pada jarak sekitar 383.000 kilometer jauhnya dari Bumi.

24 Oktober 2018: Oposisi Uranus
Tak hanya Bulan yang akan berada di titik oposisi pada tanggal 24 Oktober, sebab ada pula planet Uranus yang mencapai oposisinya terhadap Matahari.

Oposisi sebenarnya merupakan momen optimal untuk mengamati sebuah planet, sebab selain akan diterangi sepenuhnya oleh Matahari, sebuah planet di oposisi juga berada di jarak terdekat dari Bumi dalam orbitnya. Tapi untuk Uranus, planet ketujuh dari Matahari, kenampakannya masih sangat redup walaupun ia mencapai oposisi.
Oposisi Uranus. Kredit: Stellarium/InfoAstronomy.org
Peristiwa oposisi ini akan membuat Uranus berada pada jarak sekitar 18,8 AU (1 AU = 150 juta kilometer) dari Bumi. Sementara itu, kenampakan diameter sudutnya di langit akan mencapai 3,7 detik busur, ditambah magnitudonya +5,7, membuatnya masih terlalu redup walaupun diamati dengan teleskop.

30 Oktober 2018: Konjungsi Jupiter dengan Merkurius
Menjadi penutup peristiwa langit di Oktober ini, planet Jupiter dan Merkurius akan tampak terpisah sejauh 3° satu sama lain pada 30 Oktober 2018.

Namun, mereka akan terlalu rendah dari ufuk barat saat Matahari terbenam (pukul 18:00 sore), yakni di ketinggian 16°. Dengan begitu, keduanya hanya bisa diamati selama 1 jam 30 menit, hingga mereka terbenam di barat pada jam 19:12 malam waktu setempat daerahmu.

Planet Jupiter akan muncul bagai bintang kuning terang tak berkelap-kelip dengan magnitudo -1,7, begitu pun dengan Merkurius tetapi dengan magnitudo -0,2. Keduanya akan berada di depan rasi bintang Libra.
Konjungsi Jupiter-Merkurius. Kredit: Stellarium/InfoAstronomy.org
Nah, itulah peristiwa-peristiwa langit yang akan terjadi di sepanjang bulan Oktober 2018 ini. Untuk jadwal lengkap setiap bulannya, kamu bisa mengunduh InfoAstronomy App untuk Android secara gratis di sini: InfoAstronomy.org/app

Semoga cuaca cerah~
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com