Saran pencarian

Galaksi Bimasakti Pernah Mati, Lalu Hidup Lagi

Tahukah kamu kalau galaksi bisa mengalami fase hidup dan mati? Galaksi dianggap hidup atau mati tergantung pada tingkat pembentukan bintangnya. Menariknya, galaksi Bimasakti kita pernah mati, lalu hidup lagi.
Ilustrasi. Kredit: Riza/InfoAstronomy.org
Info Astronomy - Tahukah kamu kalau galaksi bisa mengalami fase hidup dan mati? Galaksi dianggap hidup atau mati tergantung pada tingkat pembentukan bintangnya. Menariknya, galaksi Bimasakti kita pernah mati, lalu hidup lagi.

Galaksi muda terang cenderung mampu membentuk bintang dengan sangat cepat, sementara galaksi yang lebih tua dan lebih masif cenderung sulit membentuk bintang, sehingga seringkali digambarkan sebagai galaksi merah dan mati.

Terkadang pula, galaksi dapat “kembali dari kematian”, jika mereka bisa memiliki cukup material baru untuk kembali aktif membentuk bintang. Tampaknya, Bimasakti adalah salah satu dari galaksi yang dilahirkan kembali ini.

Hal itu terungkap melalui studi yang dilakukan oleh Masafumi Noguchi dan rekan-rekannya dari Universitas Tohoku Jepang. Studi yang diterbitkan di jurnal Nature, ini berfokus pada komposisi kimia bintang di galaksi kita.

Menurut perhitungan Noguchi, bintang-bintang di galaksi Bimasakti terbentuk dalam dua generasi, dipisahkan selama 5 miliar tahun. Model yang digunakan oleh Noguchi menunjukkan bahwa bintang-bintang pertama di galaksi kita terbentuk ketika gas intergalaksi dingin mulai mengalir ke Bimasakti primordial.

Generasi bintang pertama tersebut lalu berakhir sebagai supernova, yang buntutnya memiliki dua konsekuensi. Pertama, supernova itu menghasilkan unsur-unsur berat, lalu menyebar di ruang angkasa dan memperkaya gas antarbintang, hingga mengubah komposisi kimianya.

Konsekuensi kedua adalah panas. Supernova tadi menciptakan gelombang listrik kuat yang menaikkan suhu gas antarbintang dari mana bintang-bintang terbentuk. Panas inilah yang pada akhirnya menghambat pembentukan bintang di Bimasakti. Sebab, pembentukan bintang membutuhkan suhu yang dingin.

Model Noguchi ini secara khusus menyoroti bagaimana berbagai jenis supernova melepaskan unsur kimia yang berbeda dalam jumlah yang berbeda. Supernova bintang generasi pertama di Bimasakti sendiri dikenal sebagai supernova Tipe II, yang kaya akan unsur alfa (seperti oksigen, magnesium, dan silikon).

Hal ini menjelaskan mengapa generasi yang lebih tua di Bimasakti saat ini memang lebih kaya dalam elemen-elemen ini. Supernova Tipe II sendiri merupakan jenis supernova dari bintang-bintang masif, sehingga terjadi begitu cepat.

Kemudian, karena memanas, hiatus pembentukan bintang terjadi di Bimasakti. Sampai pada akhirnya, supernova yang terjadi lebih lama, yang disebut Tipe I, meledak dan melepaskan unsur besi. Bintang generasi kedua yang lebih kaya zat besi pun mulai terbentuk. Nah, Matahari kita ada di antara bintang-bintang generasi kedua ini.

Meledaknya supernova-supernova Tipe I berasal dari bintang yang tidak terlalu masif. Peristiwa ini pun membuat galaksi Bimasakti seperti terlahir kembali, aktif lagi membentuk bintang-bintang baru setelah sebelumnya terlalu panas dari supernova Tipe II bintang-bintang generasi pertama.

Tapi, apakah hal ini hanya terjadi di galaksi Bimasakti? Beberapa astronom berpikir bahwa Andromeda, galaksi tetangga yang memiliki ukuran yang sama dengan galaksi kita, juga memiliki proses formasi bintang serupa. Observasi lanjutan masih diperlukan untuk lebih jauh mengetahui bagaimana galaksi berevolusi.
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com