Io, salah satu bulan milik Jupiter. Kredit: NASA/JPL-Caltech |
Banyaknya gunung berapi yang aktif di Io ini diketahui disebabkan oleh tarikan gravitasi dari planet Jupiter dan interaksi dengan tiga satelit Galileanya yang lain, yakni Europa, Kalisto, dan Ganimede. Mereka mengoyak inti Io sehingga membuatnya memiliki banyak hotspot di permukaannya.
Gunung berapi terbaru kali ini ditemukan oleh para astronom berkat wahana antariksa Juno milik NASA yang kini sedang aktif mengorbit Jupiter sejak Juli 2017. Ketika Juno terbang melewati Io, salah satu instrumen ilmiahnya diarahkan ke Io dan menunjukkan keberadaan gunung berapi yang sebelumnya tidak dikenal. Gunung berapi tersebut diketahui berada di dekat kutub selatan Io.
Penemuan tersebut juga tidak baru-baru ini, melainkan sudah dideteksi sejak 16 Desember 2017 dengan instrumen bernama Jovian InfraRed Auroral Mapper (JIRAM) ketika Juno berjarak hanya 470.000 kilometer dari Io. Butuh 7 bulan untuk para astronom mengonfirmasi penemuan tersebut sehingga baru diumumkan hari ini.
Gunung berapi baru di Juno dalam pandangan JIRAM. Kredit: NASA/SwRI/JHUAPL |
Menurut NASA, permukaan Io ditutupi oleh sulfur dalam berbagai bentuk warna-warni. Ketika Io mengelilingi Jupiter dalam orbitnya yang sedikit elips, gravitasi Jupiter yang sangat besar menyebabkan "pasang" di permukaan padat Io sehingga bisa menjulang setinggi 100 meter.
Proses "pasang" tersebut menghasilkan panas yang cukup untuk aktivitas vulkanis dan untuk memuntahkan isi perut Io yang sebagian besar terdiri atas magma silikat panas.
Ke depannya, instrumen-instrumen ilmiah Juno akan terus memantau Io untuk mempelajari lebih dalam mengenai dirinya. Semangat terus, Juno~