The Martian. Kredit: 20th Century Fox |
Mars juga menjadi tema favorit di Hollywood, katakanlah ada film seperti The Martian dan Life, yang mengeksplorasi apa yang mungkin kita temukan setelah kita akhirnya mencapai planet tetangga kita. Tetapi, kebanyakan dari mereka tidak menjawab pertanyaan terbesar: begitu kita sampai di sana, bagaimana kita akan bertahan hidup untuk jangka panjang?
Sembilan puluh lima persen atmosfer Mars adalah karbon dioksida, permukaan planet tersebut juga terlalu dingin untuk menopang kehidupan manusia, dan gravitasinya bahkan hanya 38% dari gravitasi Bumi. Hal-hal itu membuat permukaan Mars menjadi begitu ekstrem. Bagaimana NASA akan sampai di sana? Bagaimana kita bisa bertahan melawan lingkungan Mars yang tak ramah itu?
Belajar Cara Mendarat
Bepergian ke Mars hanyalah bagian pertama dari perjalanan. Butuh paling cepat 260 hari dari Bumi ke Mars. Lalu, setelah kita sampai di sana, tantangan selanjutnya adalah: mendarat di permukaan planet dengan aman.Apa jenis sistem pendaratan yang bisa membuat para astronot Mars nantinya aman untuk mendarat dan update lokasi di media sosial?
Sejak tahun 2007, para ilmuwan pernah mempertimbangkan empat kemungkinan solusi untuk mendaratkan astronot ke permukaan Mars. Ide pertama adalah Sistem Pendaratan Berkaki. Dalam sistem ini, kendaraan pengangkut para astronot akan dilengkapi kaki-kaki penahan, yang mana bisa digunakan untuk mendarat maupun untuk kembali lepas landas.
Kedua, Sistem SLS, atau Sistem Pendaratan Bertali. Sistem ini akan menggunakan alat semacam drone raksasa untuk menurunkan kendaraan berawak dan peralatan lain ke permukaan Mars secara perlahan. Sistem SLS ini pun bisa digunakan untuk lepas lantas kembali.
Solusi ketiga yang dibahas adalah Sistem Pendaratan Berkantong Udara, yang mana sistem ini akan memanfaatkan kantong udara untuk mendaratkan kendaraan berawak. Namun, sistem yang satu ini bukan pilihan terbaik untuk misi berawak karena terlalu berisiko.
Dan solusi pendaratan terakhir adalah, Sistem Pendaratan Sensorik, yakni sistem pendaratan yang memanfaatkan teknologi untuk mencari lokasi pendaratan ideal (seperti permukaan yang lembut atau area lapangan yang luas tanpa tebing) sebelum akhirnya melakukan pendaratan.
Dari keempat solusi ini, beberapa sudah sempat diuji coba di Bumi, walau belum pernah ada uji coba dengan langsung misi berawak. Hasil uji coba menyatakan bahwa sistem pendaratan berkaki dan sistem pendaratan bertali adalah yang paling aman untuk manusia.
Nah, setelah kita berhasil mendarat Mars, apa yang terjadi selanjutnya?
Membangun Habitat
Tidak mungkin astronot yang mendarat di Mars akan tinggal di kapal antariksanya selamanya, mereka akan perlu habitat atau tempat tinggal permanen di sana.Sejauh ini, NASA sudah mempertimbangkan tempat tinggal seperti apa yang kita perlukan untuk bertahan hidup di permukaan Mars. Setidaknya, ada enam perusahaan swasta yang ditugaskan untuk mulai merancang prototipe habitat sejak tahun 2016.
Semua habitat ini kemungkinan akan memiliki beberapa kesamaan: mereka harus mandiri, tertutup terhadap atmosfer tipis Mars, dan mampu mendukung kehidupan untuk waktu yang lama tanpa dukungan dari Bumi.
Kesamaan lainnya adalah, habitat-habitat ini rupanya mengadopsi Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). ISS dianggap telah benar-benar mengajarkan kita mengenai seperti apa habitat yang baik bagi manusia luar angkasa. ISS memiliki lingkungan dan sistem pendukung kehidupan, sistem daya, dan hal-hal yang diperlukan manusia lainnya.
Fiksi ilmiah juga melakukan pekerjaan hebat yang membantu para ilmuwan untuk membayangkan dan mendesain seperti apa misi Mars di masa depan ini nantinya, seperti film The Martian yang telah menggambarkan jenis habitat yang kini sedang benar-benar dikembangkan oleh NASA.
Daun buatan. Kredit: Universitas Teknologi Eindhoven |
Bawa Makanan atau Menanamnya?
Membawa banyak makanan dari Bumi akan menambah beban kendaraan yang akan digunakan untuk pergi ke Mars. Jadi, solusinya adalah: para astronot akan menanam makanannya sendiri.Menjaga persediaan makanan dan obat-obatan di Mars adalah cara terbaik untuk membuat habitat menjadi lebih mandiri tanpa dukungan dari Bumi. Tetapi, dengan atmosfer Mars yang tipis dan kurang banyaknya sinar Matahari di sana, menanam jenis sayuran apapun bisa jadi lebih sulit.
Untungnya, kita bisa memanfaatkan teknologi. Muncullah sebuah ide brilian dari para ilmuwan: membuat daun buatan. Daun buatan ini bisa dikonsumsi, dirancang untuk bisa tumbuh dalam kondisi yang ekstrem seperti di Mars.
Daun-daun ini, yang terbuat dari karet silikon, hanya butuh sedikit sinar Matahari dan mengubahnya menjadi tenaga yang cukup untuk bahan-bahan yang diperlukan reaksi kimia untuk membuat obat dan senyawa lainnya.
Menanam kentang di dalam habitat juga rupanya bisa dilakukan. Alih-alih terkena radiasi Mars yang ekstrem, kentang yang ditanam di dalam habitat bisa lebih terlindungi. Tingkat karbon dioksida yang tinggi di Mars juga akan menguntungkan tanaman kentang, dengan hasil produksi yang bisa meningkat dua hingga empat kali lipat jika dibandingkan dengan menanamnya di Bumi.
Bila kamu ingin jadi astronot Mars tapi tidak suka kentang, mulailah mencicipinya hari ini~
Tinggal Menunggu Waktu
Mars telah sukses membuat imajinasi manusia begitu liar untuk mengeksplokrasinya selama beberapa dekade terakhir ini. NASA sendiri bukan satu-satunya yang bersiap menuju Mars, sebab badan-badan pemerintah negara lain dan bahkan perusahaan-perusahaan antariksa swasta lain sudah memiliki rencana mereka sendiri untuk menuju Planet Merah.Semoga planet Mars hanya merupakan langkah pertama kita menuju eksplorasi alam semesta. Gravitasi Mars yang rendah merupakan media sempurna untuk membangun dan meluncurkan kendaraan luar angkasa untuk misi-misi selanjutnya ke planet-planet lain.
Satu-satunya yang menghambat misi manusia menjelajahi Mars dan tata surya saat ini adalah: teknologi. Teknologi adalah titik lemah dari misi saat ini. Kita mungkin sudah memiliki cara untuk sampai ke Mars, tapi belum ada teknologi yang bisa mendukungnya.
Hanya waktu yang bisa menjawab.