Gabung menjadi member BelajarAstro KLUB yuk! Cek benefitnya~

Saran pencarian

TESS, Perangkat Baru untuk Berburu Planet Asing Pengganti Kepler

Selama berabad-abad, manusia telah bertanya-tanya tentang keberadaan Bumi lain yang mengorbit bintang selain Matahari. Tentang apakah planet-planet asing tersebut memiliki bentuk kehidupan yang aneh atau memiliki kehidupan yang maju.
Ilustrasi satelit TESS pengganti Kepler. Kredit: NASA
Info Astronomy - Selama berabad-abad, manusia telah bertanya-tanya tentang keberadaan Bumi lain yang mengorbit bintang selain Matahari. Tentang apakah planet-planet asing tersebut memiliki bentuk kehidupan yang aneh atau memiliki kehidupan yang maju.

Tetapi, baru sejak tahun 1995 para astronom akhirnya bisa mulai melihat dan meneliti keberadaan planet-planet pertama yang mengorbit bintang-bintang mirip Matahari di luar tata surya kita, sebuah planet yang dikenal sebagai planet ekstrasurya.

Dalam dasawarsa terakhir, secara khusus, jumlah planet ekstrasurya yang ditemukan tumbuh dari di bawah 100 hingga lebih dari 2.000 planet, dengan 2.000 planet lainnya yang menunggu untuk dikonfirmasi. Sebagian besar penemuan-penemuan tersebut dilakukan tidak lain dan tidak bukan oleh Teleskop Antariksa Kepler.

Kepler merupakan teleskop antariksa milik NASA yang dikhususkan untuk berburu planet ekstrasurya. Ia dilengkapi dengan sebuah teleskop berdiameter 1 meter yang dipasangi sebuah kamera digital dengan resolusi 95 megapiksel. Instrumen Kepler tersebut sudah cukup kuat untuk mendeteksi variasi kecil dalam kecerahan 150.000 bintang yang jauh, mencari tanda-tanda dari planet yang transit di depan cahaya bintangnya.

Tak perlu heran mengapa Kepler bisa sangat berjasa dalam menemukan begitu banyak planet ekstrasurya, sebab teknologi pengamatan yang dimilikinya bahkan bisa mendeteksi lewatnya seekor lalat di depan lampu jalan di jalanan Jakarta secara langsung dari orbit Bumi.

Sensitivitas tinggi Kepler ini membuatnya dapat melihat bintang-bintang yang "bergetar" akibat adanya planet ekstrasurya yang mengitarinya; dapat melihat suar-suar yang diletupkan oleh bintang yang jauh; serta, dalam situasi yang menguntungkan, ia dapat melihat planet sekecil Bulan.

Ribuan penemuan Kepler telah merevolusi pemahaman kita tentang planet dan sistem planet asing. Tapi sekarang, bagaimanapun, teleskop antariksa Kepler hampir kehabisan bahan bakar hidrazinnya, sehingga ia akan mengakhiri misinya dalam beberapa bulan ke depan.

Sejarah Kepler

Misi Kepler telah digagas sejak awal 1980-an oleh ilmuwan NASA Bill Borucki, dengan bantuan kemudian dari ilmuwan lainnya, David Koch. Pada saat itu, belum ada planet yang diketahui mengorbit bintang di luar tata surya. Manusia baru mengetahui bahwa planet-planet hanyalah yang ada pada tata surya saja.

Teleskop antariksa Kepler akhirnya dirakit pada tahun 2000 dan diluncurkan pada Maret 2009. Awalnya, misi Kepler direncanakan akan berlangsung selama tiga setengah tahun saja. Tapi seiring waktu berlalu, beberapa instrumen kamera mulai rusak, namun misi tetap berlangsung. Pada tahun 2013, dua dari empat gyros stabilnya (atau "roda reaksi") Kepler rusak, misi Kepler pertama pun berakhir.

Walau misi pertamanya berakhir, para astronom tidak ingin menjatuhkan Kepler kembali ke Bumi saat itu. Alih-alih menjatuhkannya kembali, dengan beberapa kecerdikan, para astronom di NASA rupanya masih mampu menggunakan cahaya dari Matahari untuk membantu menggerakan Kepler.

Misi Kepler pun dimulai lagi, yang mana misi kedua ini dinamai sebagai K2. Kepler yang awalnya direncanakan hanya memiliki misi selama 3,5 tahun saja, malah saat ini masih terus aktif. Misi K2 cukup sukses menemukan ribuan planet dalam kurun waktu setengah dekade.

Misi K2 Kepler. Kredit: NASA Ames/W. Stenzel
Berkat misi K2, manusia telah berhasil melihat beberapa planet yang mengorbit bintang induknya hanya dalam periode beberapa jam saja, sebuah planet yang sangat panas sehingga permukaan berbatunya menguap dan menimbulkan jejak uap di belakang planet seperti ekor komet.

Ada pula penemuan sistem bintang yang memiliki planet yang sangat berdekatan sehingga jika Anda berdiri di permukaan satu planet di sistem itu, planet lainnya bisa tampak di langitnya dengan diameter yang lebih besar dari 10 kali Bulan purnama.

Misi K2 Kepler juga lebih sederhana. Teleskop antariksa tersebut hanya perlu untuk menatap ke satu bagian langit setiap 30 menit, mengamati perubahan cahaya bintang untuk mendeteksi keberadaan planet.

Kita sekarang tahu bahwa setidaknya ada banyak planet di galaksi Bimasakti, dan banyak dari planet-planet itu yang rupanya tidak mirip seperti yang kita miliki di sini di tata surya. Mempelajari karakteristik dari berbagai planet menuntut para astronom untuk menyelidiki lebih dalam dan akhirnya membuka wawasan atau pemahaman baru mengenai planet.

Sekarang, dengan hampir habisnya bahan bakar Kepler, misi K2 akan ditutup. Tapi beruntung bagi para pemburu planet, walaupun Kepler akan habis, lembaga antariksa AS (NASA) telah menyiapkan misi terbaru sebagai penggantinya. Mereka akan meluncurkan satelit TESS sebagai perangkat baru untuk berburu planet ekstrasurya.

Perkenalkan, TESS

TESS merupakan kependekan dari Transiting Exoplanet Survey Satellite, sebuah misi yang dipimpin oleh ilmuwan asal MIT, George Ricker, yang bekerja sama dengan NASA. Satelit pemburu planet ini dijadwalkan untuk diluncurkan dalam beberapa minggu ke depan dan akan mencari planet menggunakan teknik deteksi yang sama yang digunakan Kepler.

Namun, letak orbit TESS akan berbeda dengan Kepler: TESS akan mengorbit Bumi dua kali untuk setiap sekali Bulan mengelilingi Bumi. Pola pengamatan TESS juga tidak hanya akan menatap satu bagian langit, melainkan akan memindai hampir seluruh langit dengan bidang pandang yang tumpang tindih (seperti kelopak bunga).

Para astronom berharap TESS dapat menemukan ribuan sistem planet lainnya. Dengan mensurvei seluruh langit, kita akan menemukan sistem yang mengorbit bintang 10 kali lebih dekat dan 100 kali lebih terang daripada yang ditemukan oleh Kepler, membuka kemungkinan baru untuk mengukur massa dan kepadatan planet, mempelajari atmosfernya, mencirikan bintang induknya, dan menetapkan sifat dari sistem di mana planet-planet itu berada.

Informasi dan data dari TESS ini, pada gilirannya, akan memberi tahu kita lebih banyak tentang sejarah planet kita sendiri, bagaimana kehidupan mungkin telah dimulai, nasib apa yang akan terjadi pada kita di masa depan, dan lain sebagainya mengenai ilmu keplanetan.

Jadi, pencarian untuk menemukan tempat kita di alam semesta akan berlanjut ketika Kepler menyelesaikan perjalanannya dan TESS mengambil tongkat estafetnya. Goodbye Kepler, hello TESS!
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com