Saran pencarian

Mengenal LS1, Bintang Terjauh yang Pernah Diamati

Menggunakan teleskop antariksa Hubble, sekelompok astronom telah menemukan bintang terjauh yang pernah diamati di alam semesta. Bintang yang termasuk dalam jenis raksasa biru panas tersebut diketahui terbentuk 4,4 miliar tahun setelah Big Bang.
Kenampakan bintang terjauh, LS1. Kredit: NASA & ESA, P. Kelly (Universitas California)
Info Astronomy - Menggunakan teleskop antariksa Hubble, sekelompok astronom telah menemukan bintang terjauh yang pernah diamati di alam semesta. Bintang yang termasuk dalam jenis raksasa biru panas tersebut diketahui terbentuk 4,4 miliar tahun setelah Big Bang.

Penemuan ini memberikan wawasan baru dalam memahami bagaimana mekanisme pembentukan dan evolusi bintang di alam semesta awal, dinamika gugus galaksi, serta juga dalam memahami sifat materi gelap.

Dipimpin oleh Patrick Kelly dari Universitas Minnesota, AS, Jose Diego dari Instituto de Física de Cantabria, Spanyol, dan Steven Rodney dari Universitas Carolina Selatan, AS, tim astronom ini menemukan bintang terjauh tersebut di belakang gugus galaksi MACS J1149-2223 pada bulan April 2016.

Setelah melakukan observasi yang intensif selama dua tahun terakhir dengan Hubble, tim astronom ini pun mengonfirmasi bahwa temuan mereka memanglah sebuah bintang. Uniknya, bintang ini ditemukan dengan teknik pelensa gravitasi dari sebuah supernova.

Pelensaan gravitasi sendiri merupakan fenomena yang diprediksi oleh teori Relativitas Umum Albert Einstein, di mana objek bermassa besar di alam semesta dapat menciptakan potensi gravitasi dengan baik di ruang yang ia tempati.

Setiap partikel yang melewati potensi gravitasi ini akan mengikuti jalur yang terdistorsi. Distorsi ini juga berlaku untuk foton. Oleh karena itu, cahaya yang datang dari objek latar belakang lensa gravitasi ini -- seperti bintang atau galaksi -- akan terdistorsi (atau ditekuk) dalam perjalanannya menuju kita sebagai pengamat.

Efek ini cara kerjanya sama dengan kaca pembesar. Semakin besar massa objeknya, semakin besar efek distorsi pada pelensaan gravitasi. Oleh karena itu, sebagian besar lensa gravitasi yang telah dipelajari para astronom dengan baik sejauh ini adalah galaksi, atau bahkan gugus galaksi.

Bintang LS1. Kredit: Hubble/ESA, NASA
Kembali lagi ke pembahasan bintang terjauh, supernova atau ledakan bintang yang dijuluki sebagai SN Refsdal tersebut telah membuat bintang yang sebelumnya tak terlihat karena terlalu jauh menjadi diperbesar sehingga Hubble bisa mengamatinya.

Cahaya yang diamati dari bintang terjauh tersebut, yang dinamai Lensed Star 1 (LS1), dipancarkan ketika alam semesta baru berusia sekitar 30 persen dari usianya saat ini, atau sekitar 4,4 miliar tahun setelah Big Bang terjadi. Deteksi bintang terjauh melalui Hubble ini dimungkinkan karena cahaya dari bintang tersebut diperbesar 2.000 kali oleh sang supernova.

"Bintang menjadi cukup terang untuk terlihat bagi Hubble berkat proses yang disebut lensa gravitasi," jelas Jose Diego. Cahaya dari LS1 diperbesar tidak hanya oleh supernova, melainkan juga oleh massa total yang besar dari gugus galaksi di depannya.

Masih menggunakan Hubble, tim astronom ini juga sempat mengukur spektrum LS1. Berdasarkan analisis mereka, diketahui bahwa LS1 merupakan bintang super raksasa tipe-B. Bintang-bintang ini sangat bercahaya dan berwarna biru terang, dengan suhu permukaan antara 11.000 hingga 14.000 derajat Celsius; dua kali lebih panas dari Matahari.

Jadi, untuk sementara rekor bintang terjauh dipegang oleh LS1. Namun, sains bersifat dinamis, bisa jadi di masa yang akan datang para astronom kembali lagi menemukan bintang yang lebih jauh dari LS1 ini.


Sumber: Siaran pers Hubble
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com