Gabung menjadi member BelajarAstro KLUB yuk! Cek benefitnya~

Saran pencarian

Menyimak Makalah Studi Terakhir Stephen Hawking

Sebelum tutup usia beberapa hari yang lalu, fisikawan Stephen Hawking telah menulis sebuah makalah studi terakhir yang membahas tentang bagaimana kita bisa mendeteksi alam semesta paralel. Kini, kita bisa membacanya secara gratis.
Stephen Hawking. Kredit: Medium
Info Astronomy - Sebelum tutup usia beberapa hari yang lalu, fisikawan Stephen Hawking telah menulis sebuah makalah studi terakhir yang membahas tentang bagaimana kita bisa mendeteksi alam semesta paralel. Kini, kita bisa membacanya secara gratis.

Sebuah pra-cetak makalah studi yang berjudul "A Smooth Exit from Eternal Inflation?" kini tersedia di arXiv. Makalah studi tersebut disusun Profesor Hawking bersama dengan Thomas Hertog, fisikawan dari Universitas Leuven di Belgia. Makalah tersebut telah diserahkan untuk publikasi dua minggu yang lalu, dan saat ini sedang dikaji oleh sekelompok ilmuwan lain.

Makalah ini menggali gagasan bahwa kita hidup dalam lingkungan multiverse, yang menyatakan bahwa alam semesta kita hanyalah salah satu dari banyak alam semesta lain. Penjelasan pada makalah studi ini juga menunjukkan bahwa jejak keberadaan alam semesta lain dapat terdeteksi pada radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis.

Sekadar mengingat kembali, dalam kosmologi, radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis sendiri merupakan sebuah radiasi termal yang mengisi alam semesta teramati hampir secara seragam. Radiasi ini dijelaskan sebagai radiasi yang tersisa dari tahap awal perkembangan alam semesta.

Saat alam semesta masih muda, sebelum pembentukan bintang dan planet, alam semesta berukuran lebih kecil, lebih panas, dan terisi dengan nyala seragam dari kabut plasma hidrogen putih-panas. Begitu alam semesta mengembang, plasma dan radiasi yang mengisinya mendingin.

Saat alam semesta sudah cukup dingin, proton dan elektron dapat membentuk atom netral. Atom tersebut tak lagi dapat menyerap radiasi termal, dan alam semesta menjadi transparan daripada berkabut. Kosmolog menyebut masa pembentukan atom netral pertama sebagai masa rekombinasi.

Radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis. Kredit: Wikimedia Commons
"Ini adalah teori tentang Big Bang. Sebuah versi revisi dari model Big Bang 'tanpa batas' yang digagas Hawking dan rekannya, James Hartle, pada tahun 1983," kata Hertog seperti dilansir IFLScience. Teori itu menunjukkan Big Bang alam semesta kita berdampingan dengan Big Bang dari alam semesta lainnya.

"Secara bertahap kami menyadari bahwa model tersebut tidak menggambarkan adanya satu alam semesta, melainkan ada banyak alam semesta," kata Hertog. "Ahli kosmologi menyebutnya multiverse, kumpulan alam semesta secara paralel."

"Hawking tidak puas dengan kenyataan yang ada saat ini. 'Mari kita coba mengkaji multiverse', katanya pada saya setahun yang lalu. Jadi, kami sejak saat itu mulai mencoba mengembangkan metode untuk mengubah gagasan multiverse menjadi kerangka ilmiah yang dapat diuji secara koheren."

Menurut makalah mereka, kita mungkin saja bisa mendeteksi sisa-sisa Big Bang dari alam semesta lainnya dalam gelombang gravitasi yang dipancarkan dari Big Bang. Sementara gagasan tentang multiverse masih hangat diperdebatkan, model penelitian Hawking dan Hertog menunjukkan bahwa kita dapat menemukan bukti kuat untuk keberadaan alam semesta lainnya di lingkungan kita sendiri.

Makalah ini masih ditinjau ulang, jadi kami belum bisa menganalisisnya. Tapi jika kita nantinya benar-benar dapat menemukan bukti keberadaan multiverse, itu tentunya akan menjadi salah satu penemuan ilmiah terbaik dalam sejarah umat manusia yang pantas mendapat Hadiah Nobel.

"Menurut pendapat saya, Hawking seharusnya telah mendapatkan hadiah Nobel sejak lama," kata Hertog. Profesor Hawking meninggal pada tanggal 14 Maret 2018 pada usia 76 tahun. Dia telah berjuang melawan penyakit neuron motorik (MND) seumur hidupnya, tetapi secara aktif terus menerbitkan sejumlah makalah ilmiah yang inovatif.

Ini termasuk prediksi radiasi Hawking, informasi yang bisa dipancarkan oleh lubang hitam. Bukunya, A Brief History of Time, masih menjadi salah satu buku sains paling populer sepanjang masa. Bahkan setelah kematiannya, dia masih membuat "gelombang" dalam dunia sains seperti penelitian multiverse ini.

Ya, penelitian terhadap alam semesta memang selalu menghasilkan sesuatu yang menarik untuk dikaji. Sudah menjadi takdir manusia untuk selalu mencari tahu.
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com