Ilustrasi Tiangong-1 di orbit Bumi. Kredit: CNSA |
Meskipun sepekan terakhir ini begitu banyak berita sensasional mengenai Tiangong-1, rupanya risiko penduduk Bumi untuk tertimpa Tiangong-1 cukup rendah menurut informasi dari Phys.org. Puing-puing yang tersisa yang tidak terbakar saat Tiangong-1 memasuki atmosfer Bumi juga kemungkinan besar akan jatuh ke lautan, karena dua pertiga permukaan Bumi merupakan perairan.
Menurut perhitungan Orbital Debris NASA, kemungkinan satu orang di manapun di planet ini bisa kejatuhan sisa-sisa puing Tiangong-1 adalah 1 banding 3.200. Yang jelas, Tiangong-1 akan jatuh di wilayah antara 43 derajat lintang selatan hingga 43 derajat lintang utara.
Tapi, sebelum ia jatuh, kita bisa memonitor posisinya secara real time. Hal itupun membuat kita juga bisa mengamatinya. Ya, berada di luar angkasa artinya Tiangong-1 juga disinari Matahari. Pada waktu-waktu tertentu, kita bisa melihat Tiangong-1 melintasi langit.
Bagaimana caranya? Mudah saja, cukup kunjungi situs web Heavens-Above, klik tautan "Tiangong-1" lalu atur koordinat lokasi tempat Anda mengamati. Nantinya, jadwal melintasnya Tiangong-1 di atas langit daerah Anda akan muncul.
Sebagai contoh, berikut jadwal melintasnya Tiangong-1 di langit Jakarta:
Jadwal Tiangong-1 di langit Jakarta. Kredit: Heavens-Above.com |
Cukup mudah, kan, membaca jadwalnya?
Lalu, bagaimana kenampakan Tiangong-1 nantinya? Karena ia hanya memantulkan cahaya Matahari, maka kenampakannya tidak akan berkelap-kelip. Sampah antariksa ini akan tampak bagaikan bintang kecil yang berjalan perlahan dengan warna kekuningan.
Ini adalah kesempatan bagi Anda untuk memotretnya. Atur kamera Anda dengan paparan panjang, lalu arahkan ke posisi di mana Tiangong-1 akan melintas. Nantinya, hasil jepretan Anda kurang lebih akan seperti ini:
Tiangong-1 di langit Roma, Italia. Kredit: Virtualtelescope.eu |
Selamat berburu Tiangong-1!