Uranus. Kredit: ESA/Hubble, NASA, Wikimedia Commons |
Menariknya, planet Uranus ditemukan secara tidak sengaja. Menjelang malam ketika itu, astronom asal Inggris William Herschel sedang melakukan survei terhadap bintang-bintang bermagnitudo +8, kelompok bintang yang terlalu redup untuk dilihat dengan mata telanjang, menggunakan teleskop besarnya.
Saat sedang melakukan observasi, Herschel melihat adanya sebuah benda asing yang sangat redup, lebih redup daripada bintang-bintang bermangnitudo +8 tadi, yang bergerak di depan bintang-bintang latar belakangnya.
Gerakan benda misterius ini jelas menunjukkan bahwa ia lebih dekat dengan kita daripada bintang-bintang. Mula-mula, Herschel mengira telah menemukan sebuah komet. Pengamatan lanjutan pun dilakukan hingga akhirnya Herschel menyadari bahwa yang ia amati merupakan planet baru yang memiliki orbit mengelilingi Matahari kita.
Penemuan ini pun lantas disiarkan oleh Herschel dan rekan-rekannya. Sampai akhirnya diketahui bahwa para astronom terdahulu sebelum Herschel juga pernah mengamati Uranus sejak tahun 1690, namun para astronom terdahulu itu tidak menyadari bahwa yang diamati adalah planet. Dengan begitu, Herschel dianggap sebagai penemu Uranus.
Skesta dari teleskop 12 meter milik Herschel. Kredit: Wikimedia Commons |
Sebagai gantinya, atas saran astronom Johann Elert Bode, para astronom memutuskan untuk mengikuti konvensi penamaan planet dari nama dewa-dewa kuno. Nama Uranus pun terpilih. Dalam mitologi Yunani, Uranus adalah nama salah satu dewa paling awal, serta dianggap sebagai anak laki-laki dan suami Gaia.
Raja George III tetap senang dan setuju apapun namanya. Ia tak lupa mengapresiasi penemuan hebat Herschel dengan menunjuknya sebagai astronom istana. Di sinilah karir Herschel semakin berkembang, ia berhasil menemukan beberapa bulan di sekitar planet raksasa gas di tata surya, serta juga merancang katalog 2.500 benda langit yang masih digunakan sampai sekarang.
Sekitar seratus sembilan puluh enam tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1977, para astronom modern yang menggunakan Observatorium Angkasa Kuiper berhasil membuat penemuan menarik lainnya terhadap Uranus, yakni diketahui bahwa Uranus memiliki sistem cincin, namun tidak semegah cincin Saturnus.
Kiri: warna palsu Uranus, kanan: warna asli Uranus dalam jepretan Voyager 2. Kredit: NASA |
Bagaimana cara mengucapkan "Uranus"? Dalam bahasa Indonesia, kita bisa membacanya sebagai u-ra-nus seperti biasa. Tapi dalam bahasa Inggris, para astronom mengatakan bahwa cara membacanya adalah yoor-un-us.