Akses artikel Premium dengan menjadi member BelajarAstro KLUB, daftar di sini!

Saran pencarian

Bintik Gelap di Neptunus yang Kian Menyusut

Neptunus, planet kedelapan dari Matahari, baru-baru ini teramati mengalami penyusutan awan badainya. Dari pengamatan Teleskop Antariksa Hubble, awan badai gelap yang tadinya berukuran besar, kini menyusut dan diperkirakan akan hilang. Apa penyebabnya?
Bintik badai di Neptunus yang menyusut. Kredit: ESA/Hubble, NASA
Info Astronomy - Neptunus, planet kedelapan dari Matahari, baru-baru ini teramati mengalami penyusutan awan badainya. Dari pengamatan Teleskop Antariksa Hubble, awan badai gelap yang tadinya berukuran besar, kini menyusut dan diperkirakan akan hilang. Apa penyebabnya?

Ya, bintik gelap tersebut merupakan badai antisiklon di permukaan teratas planet raksasa es Neptunus. Fitur ini pertama kali ditemukan pada tahun 1980-an melalui wahana antariksa nirawak Voyager 2 milik NASA yang kebetulan sedang melakukan terbang lintas dekat planet ini untuk menuju ruang antarbintang.

Sejak saat itu, hanya Teleskop Antariksa Hubble yang memiliki ketajaman cukup bagus untuk mengamati fitur badai gelap di Neptunus yang sulit dipahami ini. Hubble menemukan tidak hanya satu, melainkan dua badai gelap yang muncul pada pertengahan 1990-an, tapi kemudian lenyap.

Badai yang teramati menyusut sekarang ini pertama kali terlihat oleh Teleskop Antariksa Hubble pada tahun 2015. Ia rupanya tak berlangsung lama. Hal ini pun membuat pertanyaan besar bagi para astronom, bagaimana badai ini terbentuk dan menghilang?

Mirip seperti Bintik Merah Besar pada permukaan teratas planet Jupiter, badai gelap di Neptunus terbentuk dengan mengeruk material dari dalam atmosfer planet raksasa es tersebut. Sejauh ini, diketahui bahwa material badai gelap di Neptunus mungkin berupa hidrogen sulfida.

"Partikel (badai gelap) itu sendiri sangat reflektif; Mereka hanya sedikit lebih gelap dari partikel di atmosfer sekitarnya," kata Dr. Joshua Tollefson, dari Universitas California, Berkeley, AS, salah satu peneliti dalam studi ini.

Menyusut. Kredit: NASA/ESA/M.H. Wong & A.I. Hsu
Namun, tidak seperti Bintik Merah Besar Jupiter yang telah terlihat setidaknya selama 200 tahun terakhir, vortisitas badai gelap Neptunus hanya bertahan beberapa tahun saja. Gambar di atas menampilkan bagaimana badai gelap pada tahun 2015 yang masih besar, lama-lama menyusut seperti gambar pada tahun 2017.

"Kami tidak memiliki bukti data pengamatan bagaimana vortisitas ini terbentuk atau seberapa cepat mereka berputar," kata Dr. Agustín Sánchez-Lavega, dari Universitas Basque Country, juga salah satu peneliti pada studi ini. "Kemungkinan besar, badai (di Neptunus) muncul atau terbentuk dari ketidakstabilan di atmosfer teratas Neptunus."

Menurut studi ini, badai gelap di Neptunus menghilang ketika pusaran badai tersebut berada terlalu dekat dengan area ekuator. Pada saat itu, badai gelap tadi akan pecah dan mungkin menciptakan ledakan spektakuler pada atmosfer Neptunus. Walau begitu, mekanisme rincinya belum diketahui dengan jelas.

Dari studi ini, kita bisa mengetahui bahwa rupanya ada perubahan drastis dalam dinamika atmosfer Neptunus, dan mungkin ini adalah peristiwa cuaca musiman yang dapat terjadi setiap beberapa dekade sekali di planet tersebut.

Belajar lebih banyak tentang atmosfer Neptunus dapat membantu kita memahami lebih banyak pula tentang sirkulasi globalnya. Ditambah dengan semakin banyak planet asing seukuran Neptunus yang ditemukan, penelitian seperti ini juga bisa memberikan wawasan lebih banyak tentang atmosfer planet asing tersebut.

Hasil studi ini telah dipublikasikan di The Astronomical Journal.
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com