Ilustrasi Lucy. Kredit: NASA |
Dikatalogkan secara resmi sebagai BPM 37093, julukan Lucy bagi kerdil putih berdenyut ini berasal dari judul lagu The Beatles, "Lucy in the Sky with Diamonds".
Lucy merupakan sisa bintang mati di rasi bintang Kentaurus, ia diidentifikasi sebagai "sepotong karbon yang terkristalisasi" oleh para penemunya di Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics. Kerdil putih tersebut bergetar, menciptakan pulsasi yang memungkinkan para astronom membuat perhitungan tentangnya.
Lucy sebenarnya sama seperti kerdil putih lain pada umumnya, yang sebagian besar komposisinya terdiri dari karbon dan oksigen, yang dikelilingi oleh lapisan tipis gas hidrogen dan helium.
Pada tahun 1992, ditemukan bahwa Lucy berdenyut akibat suhu intinya turun di bawah 6.600 Celsius. Selanjutnya, pada tahun 1995, para ilmuwan memutuskan untuk menggunakan Lucy sebagai target eksperimen. Para ilmuwan ingin tahu Lucy terbuat dari apa.
Proses penelitian yang dilakukan para ilmuwan tersebut dikenal sebagai "Asteroseismologi" atau "Seismologi Bintang", yang mana metode ini menggunakan spektrum frekuensi bintang untuk menentukan komposisi bintang tersebut. Intinya, ini adalah cara yang sama dengan ahli geologi mempelajari bagian dalam Bumi selama terjadinya gempa bumi.
Sayangnya, penelitian pada tahun 1995 belum bisa menentukan komposisi Lucy secara presisi. Baru sekitar tahun 2004, astronom Antonio Kanaan dan timnya menggunakan Whole Earth Telescope melakukan penelitian asteroseismologi pada Lucy lagi.
Penelitian Kanaan dan rekan-rekannya berhasil menemukan bahwa sekitar 90% massa Lucy telah mengkristal, dan karena inti interior Lucy sebagian besar terdiri dari karbon, itu berarti secara teknis Lucy merupakan berlian terbesar yang pernah ditemukan.
Untuk ukuran kerdil putih, massa Lucy diketahui cukup besar, yakni sekitar 1,1 kali massa Matahari. Namun, diameternya hanya 4.000 kilometer (kurang dari sepertiga diameter Bumi). Hal itu pun membuat Lucy memiliki bobot yang mencapai 5 juta triliun triliun pound.
Bila bobot Lucy dikonversikan menjadi karat, maka akan menghasilkan angka 10 miliar triliun triliun. Dengan kata lain, berlian Lucy memiliki 10 miliar triliun triliun karat!
Sebelum menjadi berlian terbesar se-alam semesta ini, jutaan tahun yang lalu Lucy diperkirakan masih bersinar terang seperti bintang pada umumnya, tapi sekarang ia hanya mampu menghasilkan 0,06 persen cahaya yang dipancarkan Matahari kita.
Menariknya, seperti Lucy, sekitar 5 miliar tahun lagi Matahari kita kemungkinan akan mengalami nasib yang sama setelah mengembang menjadi bintang raksasa merah.
Referensi: Universe Guide, SIMBAD Astronomical Database, Arxiv.