![]() |
Ilustrasi dua galaksi SPT0311-58. Kredit: NRAO/AUI/NSF/D. Berry |
Sepasang galaksi ini, yang secara kolektif dikenal sebagai SPT-S J031132-5823.4 (atau cukup SPT0311-58 saja agar lebih pendek), pada awalnya diidentifikasi sebagai satu sumber cahaya oleh South Pole Telescope di Antartika.
Pengamatan pertama di Antartika tersebut menunjukkan bahwa sepasang galaksi itu sangat jauh dan bercahaya terang dalam panjang gelombang inframerah, yang berarti kedua galaksi ini sangat berdebu dan mungkin sedang memproduksi bintang dengan tingkat yang ekstrem.
Pengamatan pun dilanjutkan menggunakan teleskop radio ALMA yang berada di Cile, yang mana pengamatan kedua ini berhasil mengungkapkan jarak dan sifat sepasang galaksi SPT0311-58, serta dengan jelas mengamati bahwa sepasang galaksi ini saling berinteraksi.
Terdiri dari dua galaksi yang saling berdekatan, galaksi yang lebih besar merupakan galaksi yang mampu membentuk sekitar 2.900 bintang dengan massa mirip massa Matahari per tahun. Galaksi ini sendiri memiliki gas dengan massa 270 miliar kali massa Matahari dan debu dengan massa 2,5 miliar kali massa Matahari.
Ini adalah galaksi raksasa pertama yang pernah ditemukan di alam semesta awal, yang menghuni alam semesta selama satu miliar tahun pertama setelah Big Bang. Bahkan, galaksi ini telah mengacaukan teori kosmologi yang mengatakan bahwa sebuah galaksi tak bisa sebesar ini di masa-masa awal alam semesta kita.
![]() |
Sepasang galaksi SPT0311-58 dalam panjang gelombang inframerah. Kredit: ALMA/ESO/NRAO/AUI/NASA/ESA |
Dilansir dari Astronomy.com, menurut Dr. Chris Hayward, pemimpin studi ini Pusat Astrofisika Komputasi di Institut Flatiron, kedua galaksi tersebut berada dalam jarak yang dekat satu sama lain, sehingga mereka kemungkinan besar akan segera bergabung untuk membentuk galaksi terbesar yang pernah diamati pada masa-masa awal alam semesta itu dalam sejarah kosmis.
Dengan jaraknya yang telah diketahui di atas, hal itu menunjukkan bahwa para astronom sedang melihat galaksi yang berada pada periode sejarah kosmis yang dikenal sebagai Era Reionisasi, ketika sebagian besar ruang antargalaksi diliputi kabut gas hidrogen dingin.
Karena semakin banyak bintang dan galaksi yang terbentuk pada era itu, energi dari mereka pada akhirnya mengionisasi hidrogen di antara galaksi-galaksi tersebut, yang menjadikan alam semesta seperti yang kita lihat sekarang.
Sumber: Nature, The Astrophysical Journal.