Gabung menjadi member BelajarAstro KLUB yuk! Cek benefitnya~

Saran pencarian

Seberapa Dalam Bintik Merah Raksasa Planet Jupiter?

Penelitian terbaru berhasil dilakukan dengan data yang dikumpulkan oleh wahana antariksa Juno yang mengorbit planet Jupiter. Para astronom berhasil mengetahui seberapa dalam bintik merah raksasa, sebuah badai besar yang diperkirakan telah ada setidaknya sejak manusia pertama kali melihatnya tahun 1830.
Bintik merah raksasa di planet Jupiter. Kredit: NASA/Juno
Info Astronomy - Penelitian terbaru berhasil dilakukan dengan data yang dikumpulkan oleh wahana antariksa Juno yang mengorbit planet Jupiter. Para astronom berhasil mengetahui seberapa dalam bintik merah raksasa, sebuah badai besar yang diperkirakan telah ada setidaknya sejak manusia pertama kali melihatnya tahun 1830.

Juno sukses mengumpulkan data di bintik merah raksasa saat melakukan terbang lintas langsung di atasnya untuk pertama kalinya di bulan Juli 2017 silam. Namun, para astronom baru mempresentasikan hasil penelitian data tersebut pada hari Senin (11/12) di American Fowlical Union Fall Meeting di Louisiana, AS.

Dalam penelitian tersebut diungkapkan bahwa badai raksasa yang berwarna kemerahan tersebut jauh lebih dalam daripada yang diperkirakan para astronom sebelumnya.

"Salah satu pertanyaan paling mendasar tentang bintik merah raksasa Jupiter adalah: seberapa dalam?" kata Scott Bolton, penyidik utama Juno dari Southwest Research Institute di San Antonio, AS. "Data Juno menunjukkan bahwa badai paling terkenal di tata surya tersebut tembus sekitar 300 kilometer ke atmosfer terbawah planet ini."

"Juno menemukan bahwa dasar bintik merah besar di Jupiter mencapai 50 sampai 100 kali lebih dalam daripada dasar lautan di Bumi," kata Andy Ingersoll, profesor sains planet di Caltech yang juga seorang penyidik Juno.

Dalam mengetahui seberapa dalam bintik merah besar, para astronom menggunakan instrumen Microwave Radiometer pada Juno untuk melihat ke dasar bintik merah besar. Beberapa model simulasi komputer juga telah dijalankan untuk mencoba memahami badai tua yang berukuran sekitar 1,3 kali diameter Bumi tersebut.

"Microwave Radiometer memiliki kemampuan unik untuk mengintip jauh di bawah awan Jupiter," kata Michael Janssen, salah satu peneliti Juno dari Jet Propulsion Laboratory NASA di Pasadena, California, AS. "Ini terbukti menjadi instrumen yang sangat baik untuk membantu kita mencapai dasar apa yang membuat bintik merah besar begitu megah."

Juno sendiri telah mengelilingi planet Jupiter sejak tiba di orbitnya pada Juli tahun 2016 dan saat ini sedang dalam orbit setiap 53 hari. Walaupun kedalamannya sudah diketahui, para astronom kini masih belum yakin dari mana asal warna merah badai besar itu. Menemukan reaksi kimia yang menyebabkan warna sulit ditentukan.

Misi Juno masih terus berlanjut. Ia diharapkan untnuk bisa melakukan 12 kali mengorbit Jupiter, yang mana pada 16 Desember 2017 nanti akan memasuki orbit kesembilan. Ketika menyelesaikan orbit ke-12, wahana antariksa nirawak tersebut dijadwalkan untuk terjun ke atmosfer Jupiter, mirip dengan bagaimana Cassini mengakhiri misinya pada akhir September 2017 kemarin.


Sumber: NASA JPL
Ada perlu? Hubungi saya lewat riza@belajarastro.com